Featured Post

[Review] Game of Thrones (season 6)

Setelah setahun, GoT kembali di season 6. Sebenarnya gw juga ga begitu nunggu2 sih, karena lagi asik ngikutin serial yg lain (The Flash...

Sunday, August 28, 2011

Experimental Photographer

Beberapa waktu lalu ada teman yang minta saya jadi seksi dokumentasi untuk sebuah acara miliknya. Dan mendadak saja saya menjadi fotografer. Experimental Photographer tapinya, alias Fotografer Coba-Coba.

Adapun, ini beberapa ciri saya sebagai fotografer super amatir. Siapatau nanti ada lagi yg minta saya buat jadi seksi dokumentasi.

1. Saya selalu mengambil gambar dengan format landscape, ga pernah portrait.
2. Dan sering pula, ga benar2 landscape, tapi pake angle, kisaran 0-45 derajat, kayak scene di film2nya Michael Bay.
3. Expecting a lot of pictures about food. Yes, food. Saya hobi motoin makanan, entah kalo diliatin doang, mungkin bisa bikin kenyang.
4. Favorit saya yang lain adalah foto candid, pokoknya yang natural. Jadi ga usah ada aba-aba ato berpose madep kamera, karena saya sendiri yg menentukan kapan mau nekan tombol.
5. Sehubungan dengan nomer 4, bersiap-siaplah kalo dalam foto2 saya, selalu ada yg blur ato goyang, karena ga semuanya berpose, banyak yg lagi jalan kena kefoto juga.
6. Resolusi yang saya pake nanti ga gede2 banget, maksimal 1600x1200. Ga suka file gambar yg sizenya sampe 2-3 mega dan resolusi 2000an pixel ke atas, padahal gambarnya banyak yg ga bagus hasilnya. Berat2in doang pas dibuka.
7. Setelah kemaren2 maen2 dengan setingan kamera untuk ganti theme sepia atau tungsten, memutuskan untuk ga neko2. Pake mode Auto saja. Editnya nanti bisa di Photoshop.

Biarpun kesannya cuma coba-coba, ternyata saya dapat pengakuan lho, dari yg punya acara. Berikut:

@risawamura: @minky_monster G'morning, mo blg skali lagi, trimakasih byk ya atas jepretan2 d tgl 24 kmrn! Nice shot! Really! ;)

Sunday, August 21, 2011

#MiniConcertParamore

Alkisah, tanggal 19 Agustus kemaren, Paramore manggung di Jakarta, di Ancol tepatnya, setelah sebelumnya tanggal 17 sudah di Bali. Aku juga, sebenarnya, termasuk baru juga sih kenal Paramore. Pertama kali denger tahun lalu, trus baru dengerin lagu mereka untuk pertama kalinya akhir tahun lalu. Tapi emang harus diakui, vokalnya Hayley Williams kuat banget.Despite the fact that she's very attractive, with red hair, and kulitnya itu lho, putih banget.

Tapi kan aku juga bukan tipe orang yg pergi ke konser, yg bayar, pake tiket. Lagian fokusku tu pada lagu2 mereka yg enak didenger, bukan pada band-nya atau personalnya. Tapi ceritanya ingin ikut merasakan juga atmosfernya, makanya aku bikin Mini Concert gt, isinya ya dengerin lagu-lagunya Paramore yg kira2 dibawain pas konsernya. Total ada 8 lagu Paramore, trus biar ga terlalu cepet selesai, di tiap lagu diselingi sama lagu dari band laen.

Dan semuanya terangkum dalam hashtag #MiniConcertParamore berikut:

#MiniConcertParamore #1 dibuka dengan Misery Business. Single dari album kedua, 'Riot'. Platinum.

#MiniConcertParamore #2 band selingan: Train - Hey, Soul Sister.

#MiniConcertParamore #3 Paramore - Crushcrushcrush. Masih dari album 'Riot!'

#MiniConcertParamore #4 Neon Trees - Animal. Lagu yg mengancam mengambil alih Mini Concert ini. Sulit ditandingi.

#MiniConcertParamore #5 Paramore - Brick by Boring Brick. Salah satu lagu yg paling asik yg ditunggu-tunggu.

#MiniConcertParamore #6 OneRepublic - Good Life. Selingan. Mayan enak kok.

#MiniConcertParamore #7 Paramore - Playing God. Lagu Paramore pertama yg kudengerin. Masih Ok sampe sekarang.

#MiniConcertParamore #8 Linkin Park - Iridescent. Barangkali ada yg ngitung berapa kali lagu ini nyaris diputer pas Transformers kemaren.

#MiniConcertParamore #9 Paramore - Ignorance. Baru kali ini denger kayaknya.

#MiniConcertParamore #10 Foster the People - Pumped Up Kicks. Slow rock yg asik.

#MiniConcertParamore #11 Paramore - Monster. Termasuk soundtrack Transformers 3.

#MiniConcertParamore #12 The Click Five - Don't Let Me Go. Ayo pasang penutup matanya dan nyanyi bareng2. #bandselingan

#MiniConcertParamore #13 Paramore - The Only Exception. Ini dia lagu favoritnya orang2. Sudah dinanti2 sejak tadi.

#MiniConcertParamore #14 Keane - Somewhere Only We Know. #specialappearance. Lagu galau sepanjang masa.

#MiniConcertParamore #15 Paramore - Decode. Yang juga soundtrack dari Twilight, yg katanya sedang disiarkan malam ini ya.

Decode sekaligus menjadi lagu penutup #MiniConcertParamore . Sekian dan selamat malam.

Thursday, August 11, 2011

Symphony no. 7 Allegreto from Beethoven


The best word to describe this melody was: DEPRESSING. Karena memang iramanya yang menggetarkan hati itulah, Symphony no. 7 bagian Allegreto ini seringkali dijadikan theme untuk situasi yang mencekam dan sulit.

Pertama kali aku dengerin melodi ini adalah di film Knowing. Aku langsung jatuh cinta sama musiknya yang menyayat-nyayat itu. Setelah cari namanya di imdb, ketauan lah kalo ini salah satu masterpiecenya Beethoven, dan memang dikompose di hadapan para korban perang, jadi wajar kalo suasananya depressing.

Sudah 3 kesempatan saya mendengarkan melodi ini disisipkan pada film. Berikut diantaranya.

1. Knowing
Melodi ini mengiringi momen2 kehancuran planet bumi, tapi bukan tentang kehancurannya itu sendiri, melainkan keputusasaan umat manusia yang tak mampu berbuat apa-apa untuk mencegahnya. Kerusuhan dimana-mana, situasi tak terkendali, orang-orang berlarian berusaha menyelamatkan diri meski tahu bahwa hal itu sia-sia. The End is Coming.





2. The Man from Earth
Melodi ini disetel oleh John Oldman, karakter utama, sewaktu dia mulai serius dan mengindikasikan ke rekan-rekannya bahwa tak hanya dia adalah manusia Cro-Magnon yang sudah hidup selama ribuan tahun, tapi juga bahwa Jesus yang dikenal orang, sebenarnya adalah dia yang waktu itu kebetulan berguru pada Buddha (Siddharta Gautama) and simply menyebarkan ajaran yang dipelajarinya itu. Terang saja penjelasannya ini membuat rekan-rekannya shock, dan langsung memicu perdebatan sengit.

3. The King's Speech
Yang teraktual adalah melodi ini mengiringi pidato King George V, yg punya masalah dalam berbicara di depan umum. Pidatonya sendiri berisi penjelasan akan situasi yg dihadapi Inggris saat itu, yang diambang perang dengan Jerman dengan Nazi-nya Hitler. Beliau memberitahu rakyat bahwa situasi sulit di depan mata, tapi juga berusaha membangkitkan harapan rakyat bahwa mereka bisa melaluinya. Jujur, mendengar pidato ini akan membuat kita merinding, Selain King George yang bicara diberi jeda tiap berapa kata (bukan karena biar tegas, tapi memang dia mesti berhenti karena bicaranya ga lancar, tapi justru hal inilah yang membuat pidatonya powerful), musik Symphony no. 7 ini makin membuat suasana mencekam.


Yah, setidaknya 3 contoh itulah yang saya temukan sejauh ini di film2 yang saya tonton.

Monday, August 08, 2011

Selfnote: Lokasi yang perlu diketahui di Jakarta via Google Map

Dikarenakan pengetahuan saya tentang jalan2 di Jakarta payah banget, kemaren2 barulah saya melakukan hal yang seharusnya saya lakukan sejak lama: memanfaatkan Google Map. Dari situ saya cari lokasi2 penting yang semestinya saya tahu. Kayak Jalan Thamrin, Jalan Sudirman, Gatot Subroto, yang gitu2 lah. Sedih rasanya kalo mo kemana2 tapi gatau letaknya dimana.

Jalan Thamrin. Letaknya ternyata deket. Kalo biasanya gw suka belok di jalan menuju Kebon Sirih buat nyari makan, ke Thamrin tinggal lurus lagi, ga usah belok, dan sampelah di jalan gede Thamrin.



Jalan Sudirman itu sambungannya dari Jalan Thamrin. Adapun panjangnya luar biasa, bayangin dari Sudirman sana yg deket2 Tanah Abang, kok bisa nembus2nya ke Senayan City. Padahal kalo mau diinget dulu kan pernah waktu ikut Car Free Day sekali-kalinya itu dari Senayan ke Sudirman ke Thamrin ke Monas. Mestinya ga terlalu sulit diinget.

Jalan Jaksa, yang beberapa kali sering ditanya turis asing yang ketemu di jalan sekitar Monas. Ternyata letaknya di Jalan Kebon Sirih, cabangnya. Ini juga memberikan solusi paling tepat kalo kejadian lagi ada turis nanya. Just ask them some paper, or use our own, then draw them a simple map to Jalan Jaksa. Should work better than narrating things.

Cawang. Waktu itu pernah dibilangin kalo mau ke Senayan (JCC) ke Cawang dulu baru naek busway. Ragu2 karena Cawang dan Senayan bukannya jauh banget. Ternyata dari Cawang ke Senayan memang terhubung oleh satu Jalan Gatot Subroto. Hanya, panjangnya itu yg masalah.

Pancoran. Hmm, ini lokasinya salah satu selebtwit sih. Penasaran aja karena dia sering bolakbalik Pancoran Sudirman. Pancoran ini deket dengan Stasiun Duren Kalibata, dan masih masuk daerah Pasar Minggu. Iya dulu kan waktu SMA kalo ke Pasar Minggu pasti ngelewatin Pancoran.


Sebagai penutup, meski sekarang sudah kira2 tahu letak2 lokasi tadi, dan juga tau kira2 naek apa kesana (kereta, bus Trans Jakarta), masalahnya tinggal ini: Berapa lama bisa sampe kesana? Kalo ke Pondok Indah dari rumah di Depok aja 2 jam, apakah ke lokasi2 tadi juga bakal selama itu?

Sunday, August 07, 2011

Nonton Harry Potter di Pondok Indah

Sejak seminggu lalu, akhirnya film terakhir dari seri Harry Potter, yaitu Harry Potter and the Deathly Hallows Part 2 akhirnya diputar di bioskop2 Indonesia. Ada kesempatan buat nonton pas opening day-nya yaitu Jumat, karena jatah gw libur. Tapi orang2 di kantor pada ga berminat, dan kalaupun gw paksakan, it’s still the first day, you see, it’s gonna be crowded. Chance untuk dapetin tiketnya sulit. Dan lagi yg tak kalah penting adalah: Jumat itu bukan termasuk nomad, harga karcisnya minimal 35 rebu.

Akhirnya seperti biasa, kita tunggu nontonnya. Dan jatah libur berikutnya adalah Rabu-Kamis ini. Cocok juga sih, soalnya masih seminggu pertama pemutarannya, dan lagipula, gw nontonnya bisa siang/sore, bukan malem. Selain karena nanti bingung pulangnya kalo malem, nonton siang/sore juga ada keuntungannya, yakni yg nonton lebih sedikit, ga bejubel.

Kemudian poin berikutnya adalah: mau nonton dimana? Di Depok sebenarnya ada 2 bioskop, di sebrang ITC Depok sama di Detos, keduanya SUCKS. Dalam arti kualitasnya payah. Selain suasananya ga nyaman, film yg diputer cuma film2 lokal macem hantu2an gt. Mungkin memang udah jatahnya muterin film2 itu ya. Film2 barat hampir ga pernah masuk dalam radar bioskop2 Depok ini. Mungkin itu sebabnya bioskop di Depok ga terdaftar di situs 21 Cineplex., ga diakui. Oleh karena ga ada decent theatre in Depok inilah, kita nyari tempat lain yang bagus, yang terdekat adalah: Pondok Indah. Kebetulan, karena gw juga belom pernah ke PIM seumur2, kesempatan yg bagus buat nyoba pergi ke sana.

Tentunya mesti ada persiapan dulu, yaitu cek jadwal di 21cineplex[dot]com. Ada yang untuk Pondok Indah Mall 1 dan Pondok Indah Mall 2. Nah itu dia seumur2 baru tau PIM itu dinamain jadi 2 bagian, kirain sama aja gt. Ternyata ya 2 bagian yang dipisahkan ama Jalan Arteri itu masing2 ada studio 21-nya. Memperhitungkan jumlah studio yang lebih banyak, gw pilih nonton di PIM1. Jadwal diperkirakan kisaran 14.45, 15.15, atau 15.45.

Berangkat dari rumah jam 1. Naek sepeda ke depan, nitip di pos satpam, trus naek angkot ke terminal Depok. Darisana naek bis Deborah yang kecil. Inilah penantian yang kurang mengenakkan. Begitu serabutnya dan ga beraturannya kendaraan di dalam terminal, sampe butuh 20 menit buat bus Deborah untuk keluar dari terminal. Parah ga sih, 20 menit terbuang sia-sia.

Sementara begitu lepas dari terminal, perjalanan boleh dibilang lancar2 saja. Kurang dari sejam, bisnya nyampe perempatan Lebak Bulus. Bandingin kalo naeknya pagi2, standarnya satu jam lebih baru nyampe. Abis itu nyebrang ke perempatan Pondok Indah, naek MetroMini 72 darisana ke PIM. Sampe di PIM jam 14.48, dan nyari dulu studio 21nya yang letaknya di pojok. Pilih nonton yang 15.15.

Mungkin karena udah hampir seminggu, dan kemungkinan besar karena itu masih sore, yang nonton ga banyak. Cuma setengah dari jumlah bangku yang kira2 terisi. Gw duduk di baris F di pinggir tengah, depannya dah kosong. Film pun dimulai.

Isi dari film ini banyak yang emosional buat gw. Entah ketika Harry dkk ngebebasin Naga buat kabur, ato waktu dia berdebat dengan Aberforth, dan terutama di setengah bagian terakhir, dimana pertempuran berlangsung. Beberapa kali gw harus menahan air mata sampe mata agak sepet. Yes, for those who thinks I’m heartless, that’s not entirely true. Nonton film kadang bisa bikin gw terharu, dan di film Harry Potter ini banyak sekali adegan yang bikin terharu.

Film pun berakhir. Orang2 pun keluar semua. Gw tetep disana. Menonton, tepatnya sih baca credit, terutama yg bagian cast-nya sambil dengerin musical scores dari Alexander Desplat. Dan sendirian saja gw disana, sampe bagian terakhir dari credit dan logo Warner Brothers nongol. Petugas yg bersih2 untungnya ga negor. Yaiyalah kan hak gw sebagai penonton untuk tinggal sampai film benar2 berakhir. Lagian musiknya Desplat yang luar biasa, masa mau dilewatkan gitu aja.

Selesai dan keluar dari studio itu jam setengah 6 lewat. Belom solat Ashar. Cari musholla dulu, sebelumnya udah nanya petugas 21 yg bersih2 tadi. Pas nemu musollanya, rada takjub juga, soalnya terbilang megah, ketimbang musolla di mall2 lain. Ada tulisan MUSHOLLA yg bagus, trus di depannya ada yg jagain, buat nitipin sepatu. Abis solat kira2 17.40, ya gw tetep disitu aja dulu buat nunggu waktu buka sambil baca buku terbarunya Andrea Hirata yg tentang sepakbola itu. Bukunya ketipisan. Dan gw ga sendirian, karena beberapa orang juga nunggu buka disana sambil nyiapin air di botol Aqua.

Pas adzan magrib, minum air bentar, semenit kemudian langsung solat jamaah. Abis itu baru gw keluar dari PIM, agak ribet juga nyari2 pintu keluarnya dimana. Trus jalan ke halte depan situ, dan naek bis 72. Sempet bingung ama jalur yang dilewatin, ternyata ujung2nya bis 72 ini muter lagi di perempatan Pondok Indah, dan berada di posisi sewaktu gw tadi berangkat ke PIM. Bis yg ini rupanya ga mau ngabisin waktu masuk ke dalam terminal Lebak Bulus.

Berikutnya adalah nunggu bis Deborah buat balik ke Depok. Cukup melelahkan karena baru 20 menit lebih bisnya baru nongol, dalam keadaan penuh banget tentunya. Ah, repot juga kalo mesti bepergian naek angkutan umum dari Depok ke Jakarta. Armada dikit, ga memadai banget. Train is the best lah. Dapet bus Debora itu kira2 jam 7 kurang 5, sampe terminal Depok setengah 8 lewat, sampe rumah jam 8.

Untuk nonton film di Pondok Indah Mall, keseluruhannya gw menghabiskan waktu 7 jam (jam 1 siang sampe 8 malem). Haaahhhh, I miss Ciwalk.