Featured Post

[Review] Game of Thrones (season 6)

Setelah setahun, GoT kembali di season 6. Sebenarnya gw juga ga begitu nunggu2 sih, karena lagi asik ngikutin serial yg lain (The Flash...

Friday, March 30, 2012

Jangan Bilang Siapa-Siapa

"Jadi, siapa sih cewek yang lu suka?" cerocos Lulu tiba-tiba.
"Apaan sih, dateng-dateng nanya yang aneh-aneh?" Angga bertanya balik.
"Habisnya, dari kemaren-kemaren gw liat lu sering senyum-senyum sendiri. Cuma ada dua kemungkinan. Satu, lu gila. Dua, lu lagi kesengsem sama orang. Dan gw ga mau temenan sama orang gila, jadi mending lu sebutin deh siapa cewek yang udah bikin lu kesengsem."
"Eyalah, ni anak, maksa banget sih. Mau tau aja."
"Iya dong, lu kan anak buah gw, jadi gw sebagai bos mesti tau."
"Bos dari Hongkong. Mentang-mentang lu ketua kelas, tiba-tiba gw sekarang jadi anak buahlu."
"Lho emang iya, elu kan wakilnya, cong."
"Eh iya ya. Yaudah, besok pulang sekolah gw ceritain deh," janji Angga.

Singkat cerita, keesokan harinya, sore hari menjelang senja, di taman dekat sekolah, disanalah Lulu yang sudah duduk manis di bangku taman, menunggu Angga menepati janjinya untuk bercerita.

"Jangan bilang siapa-siapa tapi ya, soalnya orangnya juga belom tau," Angga mewanti-wanti.
"Oke. Rahasia aman. Tapi ngomong-ngomong, gw kenal orangnya ga?"
"Oh iya, lu kenal banget. Tapi biar gw cerita sampe abis ya," kata Angga ketika dilihatnya Lulu hendak menyela dan mengajukan pertanyaan lain.

"Waktu pertama kali ketemu dia tahun lalu, kesan yang gw dapet adalah, dia orangnya pendiem, malu-malu gitu. Eh, siapa sangka, sekalinya dia dikasih kesempatan ngomong, malah bisa ga berenti gitu ngocehnya. Ga cuma itu, setelah kenal baik, ternyata orangnya rada galak dan suka nyuruh-nyuruh. Beuh, beda banget ya ama kesan pertamanya."

"Tapi justru itu yg gw suka. Itu artinya dia percaya ama gw. Dia bisa jadi dirinya sendiri ke gw. Kalo ke orang-orang laen dia masih suka jaim sok-sok pemalu gitu, tapi ke gw keluar deh semua sifat aslinya. "

"Karena urusan tugas dan lain-lain, kita jadi sering ketemu dan kemana-mana bareng, dan tau-tau udah jadi sobat-sobatan aja. Dan gw masih oke-oke aja sih, meskipun sering kesel karena terus-terusan dimanfaatin, hehe enggak deng bercanda."

"Gw pikir kita akan terus temenan seperti ini, tapi suatu ketika dia cerita tentang kakak kelas yang dia taksir, yang anak paskibra itu. Entah kenapa, waktu itulah gw merasa ada yang lain. Pertama kalinya gw cemburu. Keliatannya udah sejak beberapa lama gw jatuh cinta ke dia."

"Deket sama orang yang kita suka, setiap hari pula, karena itulah gw jadi makin seneng dan sering senyum akhir-akhir ini."

Angga berhenti bercerita. Di hadapannya, Lulu memejamkan mata, terharu, dan berusaha menahan air matanya. Semua yang diceritakan Angga tadi, adalah deskripsi tentang dia.

"Jadi, coba kasih saran, Lul. Gw sekarang mesti gimana? Mesti bilang langsung ke dia kalo gw suka ke dia, sementara dia naksir sama orang lain, ato engga?"


Lulu mengangkat kepalanya, dan memandangi Angga.
"Tunggu tiga hari lagi, pas hari Sabtu. Lu ajak dia makan ke tempat yang bagus, trus lu bilang deh ke dia kalo lu suka. Menurut gw, dia ga bener-bener suka ama anak paskibra itu, cuma naksir-naksir boongan doang. Makanya, dia butuh waktu buat yakinin dirinya sendiri. Tiga hari lagi pas lu tanya, gw yakin, 100 persen dia akan jawab kalo dia juga suka sama lu."

Lulu tersenyum. Angga juga.

-END-

*sebenarnya FFSpesial, dan ga boleh diposting di blog dulu katanya, 
but hey, I don't follow rules :D*

Thursday, March 29, 2012

Selamat Ulang Tahun, Kamu v1

Dago Steak House, selepas maghrib, selepas jam kantor.
Dinner.
Santi dan Raka.

Santi, sambil tersenyum semanis mungkin: "Happy birthday, Raka."
Raka, yang sedang menyantap makanannya, membeku, diam beberapa detik.
Raka, perlahan meletakkan sendok dan garpunya.
Raka: "San, hari ini bukan ulangtahunku."
Santi, terkesiap.

Uncomfortable silence.

Raka: "Bukan ulangtahunku. Tapi aku tahu ulangtahun siapa hari ini. Rendi."
Santi, makin terdiam, menunduk, tak berani memandang Raka.
Raka, menghela nafas.
Raka: "Kalo kamu masih terus kepikiran dia, mending kita ga usah lanjut deh. Buat apa?"
Raka, berdiri, hendak meninggalkan lokasi.
Raka: "Beresin dulu perasaan kamu, baru kita bicara lagi."
Raka, berjalan pergi.
Santi, memanggil tak berdaya: "Raka...!"

Sendiri. Hanya tinggal Santi sendiri.
Santi, memandangi dua piring steak yang tak habis di mejanya.
Muak. Dia muak dengan dirinya sendiri, dan kebodohannya.


-END-

Wednesday, March 28, 2012

The Enchanted Castle: Book Review


Author: Edith Nesbit
Penerbit: Atria

Plot:

Gerald, Kathleen, dan Jimmy yang merupakan kakak adik, menghabiskan liburan musim panas mereka di asrama sekolah Kathleen, yang diurus oleh seorang wanita yang cukup mereka sebut 'Mademoiselle'. Tak butuh waktu lama, mereka pun berpetualang dengan menjelajahi hutan di sekitar tempat itu, dan sampai ke sebuah bangunan puri bernama Yalding Towers.

Di tempat-tempat tersembunyi di sekitar kastil itu, mereka bertemu dengan putri yang tertidur. Mereka membangunkannya, dan kemudian sebagai balasannya, putri itu mengajak mereka berkeliling ke pelosok kastil, menunjukkan ruangan tempat perhiasan berharga, dan cincin ajaib yang bisa membuat mereka menghilang.

Tak berapa lama, terkuaklah kalau dia bukanlah seorang putri, melainkan anak perempuan bernama Mabel, yang merupakan keponakan dari salah satu pengurus rumah di kastil itu. Tak jadi masalah, karena Mabel pun bergabung dengan ketiga bersaudara itu untuk melakukan petualangan berikutnya. Cerita-cerita Mabel sebelumnya pun sebenarnya hanyalah karangannya, kecuali tentang cincin.

Setelah memakai cincin itu, Mabel benar-benar menjadi kasat mata. Rupanya cincin itu benar-benar memiliki kekuatan sihir. Mereka pun harus bersusah payah menghadapi efek-efek yang dihasilkan dari cincin itu, karena masing-masing dari mereka menggunakannya.

Kemampuan sebenarnya dari cincin itu bukanlah untuk membuat pemakainya tak terlihat, tapi lebih dari itu, yaitu mengabulkan keinginan si pemakainya. Hanya saja, seringkali anak-anak itu mengucapkan sesuatu yang tak dipikirkan matang-matang, dan cincin itu, yg menganggapnya sebagai sebuah permintaan, mengabulkannya begitu saja, dengan efek yang tidak mereka harapkan.

Ketika Mabel dan Gerald memakai cincin itu, mereka menjadi tidak terlihat. Gerald memanfaatkan Mabel yang tak terlihat untuk bermain sulap, dan mereka memperoleh cukup banyak uang darinya. Ketika Gerald yang menjadi kasat mata, dia menggunakannya untuk menjadi semacam detektif. Dengan bantuannya mengawasi komplotan pencuri, dia membantu polisi lokal mencegah pencurian tersebut.

Mereka juga mengadakan semacam pertunjukan drama untuk Mademoiselle. Saat itulah masalah mulai muncul. Orang-orangan yang mereka buat, sebagai penonton maksudnya, berubah menjadi hidup. Mahluk2 yang mereka sebut Ugly Wugly ini terbukti cukup merepotkan karena mereka mesti menyembunyikannya dari orang-orang

Ketika tiba giliran Jimmy yang memakai cincin, masalah semakin bertambah. Jimmy yang ingin menjadi kaya, seketika berubah menjadi tua, dan tidak mengenali yang lainnya. Dia pergi bersama salah satu Ugly Wugly yang tersisa, dan tiba-tiba memiliki perusahaan sendiri di kota. Gerald menyusul mereka, untuk merebut cincin itu dan mengembalika Jimmy menjadi anak-anak kembali.

Ketika giliran Kathleen, dia berubah menjadi patung batu, ditambah dengan Mabel yang tubuhnya memanjang, membuat Gerald semakin pusing. Untungnya tidak semua yang ditimbulkan cincin itu adalah masalah. Orang yang memakai cincin itu, misalnya, akan memperoleh keberanian. Selain itu, mereka bisa menyaksikan pemandangan ajaib, dimana patung-patung di sekitar kastil itu menjadi hidup di malam hari, dan berenang bersama-sama di danau terdekat.

Satu demi satu, misteri mengenai cincin itu terungkap, bersama patung-patung dewa yang ramah, Mademoiselle, Juru Sita yang ternyata Lord Yalding, pemilik kastil itu. Tak ketinggalan kisah cinta yang hidup kembali, di antara Lord Yalding dan Mademoiselle. Semuanya berakhir dengan persetujuan semua pihak, untuk mengajukan permohohan terakhir pada cincin itu, yaitu menghapus kekuatan sihirnya dan membuatnya menjadi cincin biasa.

Komentar:

Agak tertipu dengan judul dan covernya. Gw kira buku ini bakal membahas tentang putri dan hal-hal gaib. Well, bagian putrinya dengan cepat musnah, begitu diketahui kalau itu adalah Mabel yang berpura-pura. Tapi tidak mengubah suasana fantasi di buku ini.

Petualangan yang satu ke yang lainnya seru juga, cuma mungkin agak terlalu banyak, dari satu masalah ke masalah lain. Untuk buku dengan 377 halaman, iya mungkin sedikit ketebalan. Meski begitu tetap menarik untuk dibaca. Endingnya juga bagus, dimana ada penjelasan tentang Lord Yalding dan Mademoiselle yang ternyata saling mencintai.

Tokoh-tokohnya juga menarik, dalam arti bukan anak-anak biasa. Gerald ini ada kecenderungan untuk berkhayal dan menyebut dirinya sebagai orang ketiga. Aneh, tapi dibalik itu, dia anak yang sopan, terlihat dari sikapnya pada Mademoiselle. Kathleen mungkin yang paling baik hati diantara yang lainnya. Sedangkan Jimmy, orangnya suka ceplas-ceplos dan ga peduli dengan keadaan (ish, gw banget), dan seringkali bocorin hal-hal penting ke orang. Mabel ceroboh, dan sifatnya mirip dengan Gerald. Hmm, mungkin di masa depan mereka akan jadi pasangan yang cocok.

Hal yang sedikit mengganggu mungkin masalah penamaan. Sepanjang buku ini, beberapa kali karakter Gerald ditulis dengan Jerry, nama panggilannya. Juga Kathleen dengan Cathy. Mungkin mestinya lebih konsisten, dengan hanya menggunakan satu nama saja. Juga tentang Mademoiselle. Gw juga ga ngerti nih, apakah memang namanya ga disebutin, atau anak2 itu cuma memanggilnya dengan 'Mademoiselle', yg artinya 'Miss' (Nona) dalam bahasa Inggris.

Anyway, buku ini merupakan hadiah kuis dari Jia Effendie, sudah diterima sekitar akhir November tahun lalu, dan baru mulai dibaca kemaren2, hehehe. My Rating: 3.5/5 stars.

Sunday, March 25, 2012

Semangkok Bakso Tahu

Seminggu setelah kejadian yang menimpa Tante Mawar, Amela masih belum mampu melepaskan diri dari suasana hatinya yang murung. Amela yang biasanya ceria sekarang berubah jadi pendiam.

Dia pun belum berani untuk melewati rumah Tante Mawar dalam perjalanan pulang dari sekolah, dan memilih melewati rute lain, yang lebih jauh. Hari sudah melewati senja, dan Amela yang mulai lapar mengamati tempat makan yang berjejeran di sepanjang jalan yang dilaluinya.

Dengan asal, dia masuk ke salah satu kedai terdekat. Warung bakso tahu, atau lebih sering disebut somay. Dia duduk di salah satu bangku yang disediakan, dan menatap kosong pada TV yang sedang menyala. Ketika pramusaji menanyakan pesanannya, dia masih belum menentukan pilihan, dan hanya memesan teh botol saja.

Amela sebenarnya tak terlalu bernafsu untuk makan. Dia hanya ingin duduk sejenak, dan tenggelam dalam pikirannya. Seandainya, ya seandainya dia tahu apa yang tante Mawar pikirkan saat itu, mungkinkah dia bisa mencegah kejadian itu? Seandainya dia mengunjunginya lebih sering, mungkinkah?

"Somaynya, Bu. Dua porsi."

Sebuah suara mengusik lamunan Amela, milik seorang laki-laki yang baru saja masuk ke kedai itu.

"Makan di sini atau dibungkus, mas?" tanya pramusaji.

"Di sini."

Laki-laki itu langsung duduk dan meletakkan tasnya di samping bangku yang didudukinya. Masih muda, dari penampilannya Amela menyimpulkan orang ini baru pulang kerja.

Segera setelah pesanannya tiba, laki-laki itu tak membuang banyak waktu. Diraihnya botol kecap dan saos yang kemudian ditaburkannya ke mangkok somaynya. Amela yang masih menyedot teh botolnya, menyaksikan dengan seksama, bagaimana orang itu dengan gesitnya melahap potongan-potongan bakso tahu itu satu demi satu.

Tak sampai lima menit, semangkok somay itu pun habis. Amela terkesima melihatnya. Ekspresi kenyang laki-laki itu... entah bagaimana membuatnya tersenyum. Tak tahan hanya menonton, dia pun bersahut.

"Mas, kok kuat banget sih makannya? Dua porsi langsung abis gitu."

Dia menjawab sambil tertawa, "Iya dong. Laper, plus capek soalnya."

Dia melihat meja tempat Amela, dimana hanya ada teh botol di atasnya.

"Kamu sendiri ga makan?"

Amela menjawab dengan ragu, "Ntar aja."

"Bad day?"

Amela mengangguk.

"Makan dong kalo gitu. Buat saya, di akhir hari yang berat dan melelahkan seperti ini, dua porsi somay selalu bisa mengembalikan mood seperti sedia kala."

Laki-laki itu berdiri, kemudian membayar makanannya. Sebelum pergi, dia menoleh ke Amela.

"Duluan ya," ujarnya sambil melambaikan tangan.

Amela hanya mengangguk. Dipandanginya laki-laki itu yang menghilang di kejauhan. Dia kembali memandangi TV, kemudian teh botolnya yang sudah hampir habis.

Dia pun memanggil pramusaji.

"Bu, somaynya dua porsi."

Dua menit kemudian, Amela memandangi mangkoknya yang penuh dengan potongan somay yang diluluri bumbu, saos, dan kecap. Persis seperti yang dipesan laki-laki tadi. Tangannya bergerak, menyendok salah satu potongan somay itu.


Dia pun melahap potongan somay pertamanya.

Hmm, enak. 

Kekuatannya seakan muncul kembali. Dengan bersemangat Amela melahap potongan-potongan selanjutnya.

Tak peduli seberapa buruk peristiwa yang terjadi dalam hidup kita, selalu ada hal-hal kecil yang bisa membuat kita tersenyum, dan membuat kita menikmatinya. Seperti somay ini.

-END-

*siapa itu Amela? baca dulu di cerita sebelumnya: Payung Ungu Amela*

Monday, March 19, 2012

Jurnal 18 Maret 2012

Stress. Gw terlalu banyak menghabiskan waktu untuk stres, untuk bimbang dan mikir2 apakah mau ikut nulis FFHore ato engga. Penyebab utama adalah males dan seretnya kemampuan untuk nulis. Sementara liat orang2 kayak ray kayaknya lancaaar banget nulisnya, hampir tiap hari ada entrynya. Awalnya FFHore juga kan dari dia dan beberapa member FF yg ngebet pengen nulis lagi. Eh akhirnya semua kena deh. Jujur, gw kesel dan iri (tuh kan, terlalu banyak waktu untuk hal2 yg ga produktif seperti ini) karena ga bisa serajin mereka. Makanya sempet muak juga waktu diumumin FFHore bakal dilanjutin.

Muak dan bilang kalo gw ga mau ikutan. Tapi gw juga orangnya ga mau kalah. Makanya waktu dian ternyata mulai ikut nulis, meskipun kesel, jadinya gw mencamkan dalam hati mesti ikut juga. Keputusan yg salah, karena diambil berdasarkan alasan yg salah. Karena jadinya serasa terpaksa gitu nulisnya. Apalagi ditambah gw kena sakit gigi beneran, cuma satu, tapi bikin rahang jadi agak bengkak. Nanti aja mungkin ya ke dokternya kalo udah agak stabil.

Melakukan sesuatu yang terpaksa itu ga baik. Mungkin gw seharusnya menenangkan pikiran dulu (lagi), refreshing, ato just don't do it. Gw masih kepengen nonton film2 yg masih numpuk, dan juga buku (duh). Buku yg bulan ini terlalu banyak gw beli. Kalo gw terjebak untuk ikut nulis teratur ini, nanti kapan sempetnya. Karena itulah, kali ini gw mau bener2 istirahat nulis, utamanya yg FFHore itu. Biarlah 2 entry yg sudah masuk jadi satu-satunya tulisan yg gw persembahkan. Kecuali yg tentang 29 Februari, kayaknya masih utang 1 atau 2 cerita lagi.

Sunday, March 18, 2012

Payung Ungu Amela

Hujan turun semakin deras. Gadis itu pun berlari mencari tempat yang teduh. Ketika dilihatnya rumah bercat coklat tua, dia berhenti.

Ah, ini kan rumah Tante Mawar. Aku mampir sebentar aja deh, sekalian numpang berteduh.

Dia pun bergegas memasuki halaman rumah itu dan berdiri di depan pintu sembari memencet bel. Agak lama, sekitar 5 menit kemudian barulah pintu itu terbuka.

Mawar cukup terkejut dengan kehadiran Amela, keponakannya yang masih duduk di kelas 2 SMA itu.

“Eh, Amela?”

“Maaf Tante, aku lagi ga bawa payung. Boleh mampir sebentar ya?” tanyanya sambil nyengir.

“Oh, silahkan.”

Amela pun masuk ke rumah tantenya. Sepi sekali. Mungkin karena Tante Mawar hanya tinggal seorang diri. Amela tidak ingat persis kapan terakhir kalinya dia mengunjungi rumah ini. Empat atau lima tahun yang lalu mungkin. Aneh juga sebenarnya, mengingat dia sering melewati rumah ini dalam perjalanan pulang. Tapi kalo diingat, Tante Mawar juga jarang berada di rumah. Beberapa tahun terakhir dia lebih sering berada di luar negeri, sehingga rumahnya tidak ditempati.

Setelah menyuguhkan teh manis, Mawar menyalakan TV.

“Nih Mel, sembari nonton TV ya?” sahutnya sebelum kembali lagi ke dalam kamarnya.

Beberapa menit kemudian, Mawar keluar lagi dan duduk bersama Amela menonton TV.

“Eh, maaf ya tante, tadi aku mendadak begini. Tante tadi lagi sibuk apa?”

“Oh, em, nggak kok, tadi cuma lagi baca buku aja.”

Mereka pun menonton sebuah acara berita tanpa berkomentar.

Setelah setengah jam berlalu, dan hujan masih belum berhenti, Amela mulai cemas. Sudah lewat magrib, dan dia masih punya beberapa tugas sekolah yang mesti dikerjakan. Lagipula, dia mulai merasa keberadaannya di rumah ini tidak diharapkan tante Mawar. Mungkin dia sedang menunggu pacarnya yang sebentar lagi datang.

“Ehm, tante, aku pulang sekarang aja ya.”

“Oh, tapi di luar kan masih hujan. Sebentar.”

Mawar pergi lagi ke belakang, dan kembali dengan membawa sebuah payung berwarna ungu.

“Bawa payung ini ya.”

“Iya. Besok aku kembaliin ya, tante.”

“Ga dikembaliin juga ga apa-apa. Jaga baik-baik ya payungnya,” kata Mawar sambil tersenyum.

Amela pun pulang dengan memakai payung ungu itu. Sesampainya di rumah, ibunya bertanya,

“Lho, itu payung darimana, Mel?”

“Payungnya Tante Mawar, Ma. Tadi aku mampir dulu di sana, soalnya hujannya deras banget.”

“Tante Mawar? Oh, dia sudah balik dari luar negeri ya?”

“Iya tuh, sudah.”

Ibunya hanya mengangguk-angguk tapi masih menunjukkan wajah yang keheranan. Kenapa Mawar ga bilang-bilang ya kalo sudah pulang, pikirnya.

~

Keesokan harinya, sepulang sekolah, Amela yang membawa payung ungu milik Tante Mawar berniat untuk kembali mengunjungi rumah itu untuk mengembalikan payungnya. Sambil berjalan, dia mengayunkan payung itu dan bersenandung.




Alangkah kagetnya Amela ketika dia melihat garis polisi terpasang di rumah tante Mawar. Ada dua orang petugas yang berjaga di sana.

“Pak Polisi, apa yang terjadi dengan Tante Mawar?” tanyanya dengan cemas.

“Kamu siapa?”

“Saya keponakannya.”

Kedua petugas itu saling berpandangan. Petugas yang satunya kemudian menjelaskan.

“Bunuh diri. Minum obat tidur dalam jumlah banyak.”

Pandangan Amela tiba-tiba terasa berat. Payung ungu yang dipegangnya pun terlepas dan jatuh.

Jaga baik-baik ya payungnya...

Pesan terakhir tante Mawar terdengar kembali olehnya.

-END-


*maaf kalo ceritanya ga sesuai dengan cerita anak-anak yg diharapkan. Nulisnya waktu moodnya lagi jelek. banget.*

Aku Sakit Karenamu, Gigi

Laki-laki itu duduk di kursi besar yang empuk. Tangan kanannya digunakannya untuk menopang dagunya, sementara matanya terpejam. Entah apakah sedang tertidur atau berpikir. Yang jelas, suasana yang tenang itu tidak berlangsung lama.

“KAU TAHU AKU INI SIAPA?”

Dari ruangannya, dia bisa mendengar suara bernada angkuh itu dengan jelas. Dari seberang jalan sepertinya.

“BERANI SEKALI KAU MENGOTORI PAKAIANKU YANG MAHAL INI!”

Cukup, pikirnya. Laki-laki itu bangkit dan keluar dari ruangannya, menuju pintu depan untuk melihat apa yang menyebabkan keributan itu.

Kejadiannya berlangsung tak jauh dari kantor laki-laki itu. Seorang anak kecil yang sedang berlari-lari sambil menikmati eskrimnya, tak sengaja bertubrukan dengan orang berpakaian mewah ala bangsawan. Sebagian eskrimnya mengenai pakaian orang itu, yang tak lain adalah anak dari gubernur kota itu.

Orang-orang sudah tahu bagaimana tabiat anak sang gubernur. Dengan ayahnya sebagai orang nomor satu di kota itu, ditambah lagi dengan segala kemudahan yang selalu didapatnya sejak kecil, dia menjadi orang yang angkuh dan menyebalkan. Orang-orang pun hanya bisa mengamati ketika dia menghardik anak kecil itu, tak berani untuk melakukan apa-apa. Hanya ayah dari anak kecil itu yang berusaha melindungi anaknya yang terus menangis dari omelan si anak gubernur.

“KALIAN PIKIR, UANG KALIAN CUKUP UNTUK MENGGANTINYA?”

Si ayah tak henti-hentinya meminta maaf, sementara si anak kecil masih menangis.

Laki-laki yang tadi keluar dari kantornya berjalan ke arah mereka. Setelah berada di dekat anak gubernur, tanpa basa-basi dia langsung menampar wajah si anak gubernur itu dengan kepalan tangannya.

BUK!

Si anak gubernur sampai terpental karena tamparan itu, dan kemudian pingsan.

Orang-orang yang menyaksikan hanya bisa menahan napas.

Laki-laki itu memegangi pipi kanannya sambil melirik ke anak gubernur yang tergeletak di depannya. Dan dia pun berbalik pergi, kembali ke kantornya.

Seseorang berpakaian seragam menghampirinya.

“Komandan?”

“Deputi Amos,” balasnya, ”kapan dokter giginya akan datang?”

“Baru nanti sore, pak.”

Si Komandan pun menghela napas. Artinya masih harus menunggu beberapa jam lagi sebelum sakit giginya bisa diobati.

“Jangan biarkan keributan seperti ini terjadi lagi. Aku butuh suasana yang tenang.”

“Baik, pak.”

Deputi Amos hanya bisa memandangi komandannya yang masuk kembali ke kantornya dan langsung menutup pintu.


-END-


*ditulis dalam keadaan sakit gigi beneran*

Wednesday, March 14, 2012

Klub 29

28 Februari 2009, 23:59

Jarum detik pada jam dinding terus berdetak, mendekati angka 12, menyusul jarum jam dan menit yang sudah terlebih dahulu berada di sana. Ketika mereka bertiga akhirnya bertemu di sana, mereka pun berhenti.

Semenit, dua menit, lima menit kemudian tidak ada tanda-tanda kalau jam itu akan berputar kembali. Waktu telah berhenti,

...dan seorang anak masih tertidur dengan lelap, tanpa menyadari peristiwa yang cukup krusial ini.


07:10

Anak itu terbangun juga. Dilihatnya jam wekernya yang sepertinya mati, karena masih menunjukkan jam 12. Untungnya ponselnya masih berfungsi dengan baik dan memberikannya waktu yang sesuai. Dia turun ke ruang tamu dan menyalakan TV, tapi hanya ada statik di sana. Apa pula ini, siarannya mengalami gangguan? Dia pergi ke dapur, tapi belum ada makanan yang tersedia kecuali sisa semalam.

Penasaran, dia mengetuk pintu kamar orangtuanya. Tidak ada jawaban. Dengan hati-hati dia mengintip ke dalam, mendapati mereka masih tertidur lelap. Begitu pula dengan kakaknya, ketika dia pergi ke kamarnya untuk mengecek. Memang ini hari Minggu, tapi tidak biasanya, semua orang masih belum bangun. Aneh, karena jam dinding di ruang tamu juga sepertinya mati, di angka 12.


09: 30

Setelah mandi dan membuat sendiri mie rebus, anak itu menghabiskan waktu dengan membaca komik. Kemudian bel rumahnya berbunyi. Dia pun bergegas ke depan dan membuka pintu. Seorang pemuda menyambutnya.

“Kak Irfan?”

“Hai, Dika.”

Dika bertemu dengan Irfan setahun yang lalu, ketika dia merayakan ulangtahunnya yang ke 12. Tidak disangka, Irfan dan temannya Raya juga berulangtahun pada hari yang sama. Mereka pun akhirnya merayakannya bersama-sama waktu itu.

“Ada apa Kak?”

“Ikut yuk, kita rayakan ulangtahun kita sama-sama lagi.”

“Tapi kan tahun ini bukan tahun kabisat. Ga ada tanggal 29 Februari.”

“Ya ga apa-apa. Kita rayain aja. Bareng-bareng sama yang lain. Banyak lho yang ulangtahun di tanggal 29 Februari.”

“Lagipula,” lanjut Irfan, ”hari ini bukan hari biasa. Coba, ada sesuatu yang aneh ga sejak kamu bangun?”

Dika langsung mengerti.

“Iya, jam di rumah mati semua, dan semua orang masih tertidur.”

“Itu karena, buat mereka, hari ini tidak ada. Tapi buat kita, ada.” Irfan menjelaskan.

“Kita?” tanya Dika.

“Iya, kita orang-orang spesial, yang lahir di tanggal yang spesial pula.”


10:00

Mereka berada di dalam mobil yang dikendarai Irfan, menempuh jalanan yang sepi dan kosong.

“Dua tahun yang lalu, Raya yang memberitahuku. Kami bukan satu-satunya orang yang lahir pada 29 Februari. Ternyata, ada beberapa orang selain kami yang tersebar di kota ini. Wajar saja kalau mereka membuat semacam perkumpulan khusus untuk orang-orang yang lahir di tanggal itu. Namanya Klub 29. Raya pun mengajakku bergabung.”

“Kegiatan Klub 29 sederhana saja, mengadakan perayaan ulang tahun bersama-sama setiap tahunnya. Setiap tahun, artinya termasuk tahun-tahun yang bukan tahun kabisat seperti sekarang. Tadi kamu bilang ada yang aneh dengan hari ini kan? Begitu juga dua tahun yang lalu, waktu aku pertama kali mengalaminya. ”

“Di antara tanggal 28 Februari dan 1 Maret, waktu berhenti untuk orang-orang normal. Mereka tidak akan merasakan perbedaannya, dan akan bangun di pagi harinya seperti biasa pada tanggal 1 Maret. Tapi, bagi anggota Klub 29, kita punya satu hari tambahan. Hari yang akan menjadi 29 Februari untuk kita.”

Dika mendengarkan semua penjelasan Irfan dengan takjub.

“Tapi aku kan belum bergabung menjadi anggota.”

“Ga masalah. Sewaktu kita bertemu tahun lalu, kamu otomatis sudah terdaftar dalam Klub 29. Artinya, efek satu hari ini akan kamu rasakan.”

“Lalu, bagaimana caranya waktu berhenti pada saat ini?”

“Hmm, aku juga kurang tahu tentang itu. Hanya pak ketua saja yang kelihatannya paham. Soalnya adalah, ini bukan hanya terjadi di kota ini. Di seluruh penjuru dunia, di negara-negara lain, juga terdapat Klub 29. Mereka juga mengalami hari tambahan ini sesuai dengan waktu mereka masing-masing.”

Beberapa menit kemudian, mereka tiba di tempat tujuan. Di depan taman rekreasi.

~


Ada sekitar 15 orang anggota Klub 29 yang berkumpul di sana. Irfan memperkenalkan Dika pada anggota yang lain, termasuk Raya. Entah bagaimana, ada salah satu anggota yang memiliki akses ke taman rekreasi ini. Dia dan beberapa anggota yang lain pun kelihatannya bisa mengoperasikan hampir semua wahana di tempat ini. Adapun persiapan lain yang dibuat klub ini cukup lengkap. Selain kue ulangtahun, mereka juga menyiapkan bekal makan siang dan makan malam untuk semua yang hadir.

Seharian itu, Dika bersama anggota Klub 29 yang lain, bergiliran mencoba semua wahana yang bisa digunakan, termasuk wahana yang sebenarnya Dika takuti, roller coaster. Setelah sempat waswas di awal, pada akhirnya dia malah berhasil menaklukkan ketakutannya, dan mencobanya sampai tiga kali.

Sorenya, setelah semua wahana itu berakhir, mereka semua berkumpul dan melakukan seremoni. Kue ulangtahun yang ukurannya cukup besar ditaruh di meja. Tepat ada 29 lilin di kue itu, yang tentu saja karena tidak dimaksudkan untuk perayaan perseorangan, tapi semua yang hadir, yang berulangtahun pada tanggal 29 Februari.

Ulangtahun ke-17 yang spesial untuk Dika. Normalnya, di saat anak-anak seusianya merayakan momen pergantian usia ke 17 tahun dengan meriah, Dika dan orang-orang lain yang lahir di tanggal ini tidak bisa mendapatkan kesempatan yang sama. Karena itulah, bisa dibayangkan, betapa bersemangatnya Dika sore itu, ketika dia bersama-sama dengan yang lain meniup lilin pada kue yang mereka siapkan.

~


21:15

Irfan mengantarkan Dika hingga ke rumahnya.

“Sampai ketemu lagi tahun depan, Dika.”

Dika yang sudah kecapekan karena aktivitas luar biasa yang dilaluinya hari itu, hanya mengecek kondisi rumahnya sebentar, memastikan tidak ada sesuatu pun yang berubah sejak tadi pagi. Dia pun bergegas ke kamarnya dan menenggelamkan diri di tempat tidur.

Keesokan harinya dia akan terbangun seperti biasa, bersama keluarganya dan semua orang normal lainnya, di tanggal 1 Maret.


23:59

Ketiga jarum jam masih terpaku di angka 12.

00:00

Jarum detik pun bergerak kembali.

1 Maret 2009.


-END-

Monday, March 12, 2012

Relativitas Mimpi

"Semalam saya bermimpi." Dalam mimpi dimana gw ketemu dengan orang yg gw kenal, ada semacam memori, kalo gw udah pernah ketemu dia sebelumnya, dulu, bertahun2 yg lalu. Yang jadi masalah apakah hal itu bener2 pengalaman gw, ataukah hanyalah mimpi yang terjadi di masa lalu, ato bagian dari mimpi yg sekarang tapi seolah-olah seperti dejavu?

Memori yg serasa dejavu itu adalah, waktu gw kecil, ya kira2 umur 10an lah, ketika mau pergi ke rumah kerabat, gw nyasar karena perginya sendiri, dan di tengah jalan, akhirnya numpang naik mobil seorang wanita, hingga kemudian nyampe ke rumah kerabat gw. Setelah dipikir2 lagi, hal itu bukan kejadian nyata, tapi bagian dari mimpi. Dan bukan mimpi yang terjadi dulu, tapi gw yakin betul itu mimpi yg semalem juga. Jadi, dejavu-nya, boongan dong? Iya mesti boongan, soalnya masa wanita yang ditemui waktu gw anak2 itu sama dengan orang yang sekarang gw temuin, ga bertambah tua gt?

Betullah, bahwa pengalaman seperti itu termasuk fenomena dejavu. Oke, setelah baca di wikipedia, yang dimaksud adalah seperti ini. Dejavu berasal dari overlapping (campuraduk) antara short-term memory dan long-term memory, yg menyebabkan anomali pada memori. Hasilnya, kita menyangka bahwa sesuatu hal sudah terjadi dan kita alami sebelumnya di masa lalu, tapi begitu disuruh menjelaskan detailnya, kita ga bisa.

Memang biasanya contoh2 fenomena dejavu saat kita membandingkan hal yang kita alami sekarang, dengan hal yg 'kita kira' sudah alami dulu, yg padahal mungkin cuma mimpi, ato false memory. Nah, kalau di mimpi, dimana segala sesuatunya bersifat relatif dan ga menentu, fenomena seperti ini mungkin bisa lebih sering terjadi. Beberapa kali memang seperti itu, dalam mimpi gw, seakan2 mimpi ini merupakan lanjutan dari mimpi lainnya, padahal mimpi lainnya itu ga ada, dan baru terjadi pada saat yg bersamaan dengan mimpi yg ini.

Ribet ya, mimpi aja pake dibahas, hehe :D ga usah terlalu serius juga kali mimpi dipelajari. Kecuali situ nabi, ato mimpinya menjadi kenyataan, semua itu hanyalah mimpi.

Sunday, March 11, 2012

Jurnal 11 Maret 2012

Seringkali, untuk mendapatkan sebuah kedamaian, kita harus berperang terlebih dahulu. Dan itulah yang gw lakukan. Mesti ngamuk2 dulu di tengah malam, mumpung sepi, buat ngelepasin semua uneg-uneg, dan mencari resolusi yang menghasilkan kedamaian di dalam hati. Not sure if it works, but I do feel better after that.

Seiring males dan seretnya kemampuan menulis cerita, gw kembali lagi ke ciri tweeps yg dulu: mainstream, dan komentator bola. Apalagi di tengah minggu ini berlangsung partai-partai yang seru. Mulai dari Rabu dinihari, dimana Arsenal dengan luarbiasa membantai Milan 3-0, tapi Milan masih lolos, dengan agregat 4-3. Di babak berikutnya sih gw perkirakan Milan bakal rontok, kalo ngeliat kualitas permainannya yg payah waktu lawan Arsenal. Besoknya giliran Barca ngamuk, membantai Bayer Leverkusen 7-1. Yup, so far, this one is unbeatable. Ga kebayang siapa yg bisa ngalahin mereka. APOEL mungkin, dengan semua hoki yg terus mereka punya? Jumatnya, di Liga Eropa, mungkin salah satu pertandingan paling seru yg pernah gw tonton, dimana MU tumbang 2-3 dari Athletic Bilbao, salah satu kuda hitam yang dilatih seorang jenius bernama Marcelo Bielsa. Gw aja sampe dukung Bilbao saking kacrutnya pertahanan MU, dan hampir bener memprediksi skor 1-3.

Selain dari Eropa, pertandingan minggu ini juga menampilkan timnas U-21 Indonesia yang berlaga di Hassanal Bolkiah Trophy di Brunei. Di semifinal, tanpa diduga timnas kita menang 2-0 lawan Vietnam. Tapi di final, kita takluk dari tim tuan rumah Brunei 0-2. Misterius banget emang Brunei ini. Setelah lama ga kedengeran (karena sanksi FIFA), maennya malah bagus. Kirain kemaren2 mereka menang terus lawan Malaysia dan Myanmar karena hoki, ga taunya emang bagus.

Hari Rabu jadi hari yg sibuk. Dimulai dengan gangguan sinyal KRL di pagi hari, tapi untungnya masih nyampe kantor sebelum jam 8, berkat gw yg selalu berangkat lebih awal. Karena besoknya mesti masuk pagi lagi, dan gw udah telanjur ada di kantor sampe abis magrib, memperhitungkan kemungkinan adanya gangguan di malam hari, dan suasana macet besok paginya pas mau berangkat, gw putuskan untuk nginep aja. Capek dan ngabisin waktu kalo gw pulang. Yg repot sih besok paginya. Mandi sih bisa, tapi bajunya akhirnya pinjem temen, celana ga ganti. Pas pulang Kamis sorenya, lega banget, ga sabar pengen mandi.

Rabu itu juga gw akhirnya dengan setengah terpaksa bikin akun Facebook. Selain karena pengen aja ya bikin; biar kalo ada info apa2 yg lewat facebook bisa liat; juga karena dipaksa atasan. Jadilah bikin dan ngeadd temen2 sekantor. Udah, cukup sampe situ aja. Gw ga mau akun FB ini sampe nyebar dan sampe ke temen2 kuliah ato SMA, dan twitter. Ini cukup lingkungan kantor aja. Kalo ke dunia luar, gw lebih suka lewat twitter.

Yang juga terjadi hari Rabu itu, pre order buku #15hariFF. Nama gw masuk di buku yg pertama. Mesennya sih tadinya mau nanti digabung ama pesenan2 yg laen. Tapi situasi berubah karena ada yg nyari temen buat barengan dikirim ke depok. Akhirnya iya gw gabung aja, biar biaya ongkirnya makin murah. Lanjut kemudian, ongkir bisa jadi gratis, kalo: dikirimnya ke jakarta, dan mesennya pas 6 buku (pas 1 kilo). Solusi tercapai, karena salah satu yg gabung itu rumahnya di cilandak, tapi sering maen ke depok. Akhirnya gw, @yuridistapp, dan @rayfarahsoraya setuju untuk pesen barengan, dengan gw beli 3 buku (15 hari part 1 dan 2, serta coffe shop), dan dikirimnya ke rumah ray. Cuma ya, masalah detail pemesanan ama pembayaran ke rekeningnya belom dibahas lagi.

Yang juga terjadi hari Rabu, adalah gw menemukan makanan enak selain nasi goreng depan kantor. Alkisah karena udah mesen dari jam 8 tapi udah setengah 10 ga dateng2, gw ikut nitip beliin nasi goreng yg di depan balai kota. Eh jam 10 nasgor depannya dateng, dan karena udah telanjur ya gw bayar dan makan. 15 menit kemudian nasgor balaikota juga udah dibeliin. Ya gw makan juga jadinya, dan masyaallah, porsinya udah banyak, enak pula. Dan gw ga kuat ngabisinnya karena udah telanjur kenyang makan nasgor yg pertama. Pas hari jumat gw masuk malem lagi, gw jauh2 jalan ke balaikota buat beli nasi goreng yg itu. Puas pokoknya.

Hari Jumat itu juga penuh kejutan. Sambil nonton Brunei dan ngurusin trouble2 yg tiba2 muncul beberapa, rada2 panik juga karena ditinggal sendirian ama anggota tim yg laen, sempet2nya ikut kuis dari flickmagazine. Jreng, tak disangka, dapet aja dong. 2 tiket untuk nonton bareng film Thailand, 30 Fabulous, besok paginya, di Grand Indonesia jam 9. Jelas gw bingung mau ngajak siapa. Ah coba aja pluto ada di jakarta. Dengan setengah hati nawarin tiket lewat twitter. Eh ada juga sih yg nyamber, tapi keesokan paginya malah ga ada kabar lagi. Entahlah, ga niat kayaknya.

Jadinya gw kesana aja sendiri, naek busway, dan baru pertama ke GI coba. Udah kayak anak ilang gitu, pas di Blitznya. Banyak orang, tapi ga ada yg gw kenal. Yg bikin bingung adalah, ini kayaknya bukan acaranya flick magazine. Iya, kemudian baru gw tau, ini asalnya yg ngadain adalah majalah Cleo (majalah cewek). Trus, mungkin karena tiketnya berlebih, jadinya disebar2 aja gratis. Buktinya, selain lewat flick magazine, nobar ini juga disebar tiketnya lewat kaskus. gratis gitu aja boi. Entahlah, kenapa mesti sampe segitunya. Gw sih duduk aja di antara cewek2 yg duduk di kiri kanan, mungkin aslinya ga sreg karena gw nyempil sementara mereka kan satu geng gitu.

Karena nobar itu, jadinya gw balik lagi ke kantor pas udah beres. Baru pulang sorenya, karena asik maen Dynasty Warrior lagi. Sibuk banget kesannya seminggu ini. Ga ada hari libur. Soalnya Minggu ada acara lagi, dan ke kantor lagi. Resepsi pernikahannya temen sekantor gw. Nikahnya sih udah beberapa minggu sebelumnya.

To be honest, I don't really like wedding. I hate how people spends a lot of money to held a wedding, while they should've use it to start a new life. Karena berangkatnya bareng2 ama rekan yg laen, ke kantor dulu, dan baru berangkat jam 11 naek mobil pinjeman dari kantor. Sempet bermasalah karena ban ada yg jebol. Tapi overall kegiatan ini cukup bermanfaat, bisa kumpul 1 tim. Jarang2 kan.

Friday, March 09, 2012

4 kilos, 17 books, and 200 thousand IDRs

Hari Sabtu kemarin, lagi-lagi gw ke Istora Senayan untuk dateng ke acara Kompas Gramedia Fair. Hasilnya adalah, ngeborong buku-buku novel yang tebel-tebel, dengan harga yang cukup murah. Padahal buku-buku yang waktu itu dibeli pas pameran buku sebelumnya masih utuh, belom dibuka plastiknya :)) 

Liat aja gambar di bawah ini. Tebel-tebel banget kan? Pas ditimbang di rumah aja, total beratnya sampe 4 kilo. Jangan tanya gimana beratnya buku2 ini waktu gw bawa dalam perjalanan pulang dari sana. Naek bis dan kereta, sambil gendong tas yang penuh berisi buku2 tebel ini, makin menambah berat bebannya.


Dan inilah buku-bukunya.


- Seri Bilangan Fu (by Ayu Utami). 65rb.
1. Bilangan Fu
2. Manjali dan Cakrabirawa
 

3. Rose Madder (by Stephen King). 20rb.
4. Metropolis (by Windry Ramadhina). 15rb.
5. Zona@ Tsunami (by dewie sekar). 10rb.
 

- Darren Shan: Koleksi 1. 30rb.
6. Cirque du Freak
7. The Vampire's Assistant
8. Tunnels of Blood
9. Vampire's Mountain
 

- Darren Shan: Koleksi 2. 30rb.
10. Trials of Death
11. The Vampire Prince
12. Hunters of the Dusk
13. Allies of the Night
 

- Darren Shan: Koleksi 3. 30rb.
14. Killers of the Dawn
15. The Lake of Souls
16. Lord of the Shadows
17. Sons of Destiny

Total: 17 buku seharga 200rb :D

Sunday, March 04, 2012

Jurnal 4 Maret 2012

Sejak ngeliat kalender meja KFC dari minggu malem, gw udah ngidam banget makan ayam gorengnya KFC. Selasa akhirnya ke ITC, dengan sebelumnya ke Carrefour dulu, buat beli makanan2 yg juga ngebet dibeli karena liat iklannya di TV. Target utama adalah Indomie Goreng rasa Rendang, yg sayangnya ga ketemu di sana. Jadinya cuma beli beberapa jenis mie goreng aja. Berikutnya adalah Oreo Eskrim rasa Jeruk-nya Afika. Iya, ini berkat Afika makanya gw jadi kepengen beli. Sisanya beli kopi sachetan, pengen nyobain yg merek2 lain aja.

Lalu begitu ke KFC di foodcourt ITC, dengan bimbangnya malah milih untuk dibawa ke rumah. Belinya paket Super Besar yg ayamnya 2. Yang bikin repot adalah bingung gimana bawa pepsinya. Tolol deh, kenapa juga ga beli ayamnya doang. Beres kan, lebih murah pula. Ato kalo mau pesen superbesar ya makan aja disitu. Entahlah, lagi plinplan hari itu. Dan yg jelas makan 2 ayam KFC itu langsung bikin ngantuk.

Hari Rabu adalah hari yang cukup spesial, 29 Februari 2012. Tanggal yang cuma terjadi setiap 4 tahun sekali. Entah kenapa, padahal ga ada urusannya ama gw, tapi serasa penting banget tanggal ini. Jadinya pengen bikin cerita seputar 29 Februari, spesifiknya tentang orang yg lahir di tanggal itu. Udah kepikiran sih tema-temanya, tapi ya itu, susah nulis kalo lagi di kantor. Padahal dulu sih ga masalah, pasti karena mood yg akhir2 ini turun.

Pengen nulis di rumah, tapi ngantuk lagi, dan ada pertandingan timnas Indonesia. Bersejarah banget, soalnya timnas kita secara memalukan dibantai Bahrain 10 gol tanpa balas. Mending kalo Bahrain lolos, lah mereka ujung2nya ga lolos. Jadi itu kalah telak ga ada gunanya, sia-sia. Setidaknya kalo Bahrain lolos kan kekalahan itu jadi ada artinya.

Setelah cuma direncanakan, akhirnya hari Jumat jadi juga nulis yg tentang 29 Februari itu. Tentang dua orang yg ulangtahun di hari yg sama yg kebetulan ketemu. Masih ada dua cerita lagi yg pengen ditulis, mudah2an bisa mengatasi kemalesan ini dan menuntaskannya. Jadi pengen bikin semacam trilogi.

Sabtu, pergi ke pameran buku Gramedia di Istora. Dari 3 hari sebelumnya dapet infonya. Tadinya mau pergi sendiri aja, tapi kebetulan mbak adit_adit juga mau kesana hari itu. Jadinya ya bareng aja, ketemunya di stasiun Cawang. Pengen juga kan sekali-kali ketemu orang yg dikenal lewat dunia maya. Sudah setahun lebih ikut twitter, dan satu-satunya orang yg sudah ditemui secara langsung adalah dian. Dan di pamerannya, gw ngeborong banyak buku yg murah2. Asal tebel tapi murah gw ambil. Tas udah penuh gitu karena buku, dan jadinya berat banget boi. Ditambah perjalanan yang melelahkan naik bis transjakarta, jembatan transit semanggi yg masyaallah panjangnya, dan berdiri di kereta, capeknya poll. Makanya pas nyampe di stasiun depok, langsung ke tempat somay dan makan 2 porsi seperti biasanya.

tentang 'fuckyou'

Alkisah, semalem, dalam momen pertandingan Liverpool vs Arsenal, Mr A yg salah satu selebtweet dengan jumlah follower diatas 10rb, ngetwit kira2 begini:

"Liverpool sama Arsenal seri aja deh, yg penting MU menang."

Twit yg normal2 saja, ga ada masalah. Kemudian orang2 pun, seperti biasa, ngereply/mention. Salah satunya, sebut saja O, ngeRT komen: setuju. Kemudian, temennya O, mbak R, ngeRT komen O dengan fuckyou. Di sinilah permasalahan dimulai.

"@R: fuckyou RT @O: setuju RT @MrA Liverpool sama Arsenal seri aja deh, yg penting MU menang."

Mr A merasa ucapan fuckyou itu ga pantes diucapin oleh mbak R, yg notabene berkerudung (bukan jilbab yah, saya pernah dikasihtau kalo jilbab itu beda dengan kerudung. jilbab itu bener2 nutup, yg lebar2 gitu deh. Kalo kebanyakan cewe sekarang sih menurut penjelasan yg saya denger, baru berkerudung, belom berjilbab) Apalagi mungkin Mr A merasa tersinggung karena mbak R ngucapinnya dengan mention dia juga, jadi kesannya ngumpat ke dia.

Mr A pun ngebahas masalah ini, ngetwit terbuka tentang gimana orang yg berkerudung ternyata ada juga yg ngomong kasar kayak gitu. Pake acara nunjukin segala pula dengan ngeRT komen mbak R tadi. Alhasil, para followernya, manusia2 biasa yg banyak yg gatel pengen ngomen ato nimbrung tiap2 ada isu sensitif, keluar semua deh. Kebanyakan (ga semua) sih jadinya pada ngehujat mbak R. Dalam istilah dunia pertwitteran, mbak R dibully sama follower2nya Mr A.

Setelahnya, Mr A yg ada acara, buat nonton konser, off dari twitter. Tapi arus ngebully yg dilancarkan orang2 ke mbak R masih lanjut aja. Mbak R pun akhirnya ngeladenin satu2 komen yg masuk ke tab mentionnya, kebanyakan yg ngebully, tapi ada juga beberapa yg bela dia. Akhirnya mungkin semalem entah jam berapa reda juga, dan tadi pagi masih ada bekas-bekas pertempuran sedikit.

Pembahasan:
Siapa yg salah sih sebenarnya?

Mari kita liat ke akar permasalahan, yaitu ketika mbak R ngeRT twit RTan O dengan fuckyou. Mbak R setelahnya menjelaskan kalo O itu adalah abangnya (ato temen, sama aja lah intinya), dan dia ga bermaksud kasar ato gimana, melainkan hanya bercanda. Wajarkah? Menurut saya sih wajar2 aja.

In my opinion, ngomong fuck itu udah ga sevulgar dulu waktu orang2 masih awam dengan istilah itu. Kalo sering nonton film dengan rating R (bahasa cursing sering dipake) ato dengerin lagu2 rap ato hiphop yg banyak mengandung kata 'fuck', niscaya fuck itu ga akan terdengar kasar. Biasa aja. Sama aja dengan penggunaan kata 'anjing' yg dulu dipercaya sebagai umpatan, tapi sekarang maknanya lebih ke arah partikel tambahan ato pelengkap kata ato adjektif, ato begitulah kira-kira.

Masalahnya mbak R kurang berhati-hati. Bagi dia dan O mungkin ngucapin fuck ga masalah, tapi dia ga memperhitungkan pendapat Mr A, yg kebetulan kebawa dimention juga. Mr A yg memiliki pandangan berbeda, menganggap cewek berkerudung seperti mbak R ga pantes ngomong kayak gitu. Iya, dalam hal ini mbak R teledor. Ga bisa kita menyamaratakan opini semua orang, bahwa gapapa ngomong fuck ke siapa aja. Mungkin mestinya kalo dia mau komen dengan fuckyou itu, dia ga usah ikut mention Mr A, ato minimal tanda "@"nya dihilangkan. Ketiadaan satu karakter itu niscaya akan memberi perbedaan yg besar.

Okeh, itu kesalahan dari mbak R. Bagaimana dengan Mr. A. Tersinggung boleh, tapi pantaskah nyebarin dan ngepublish akun mbak R itu, yg berpotensi terjadinya bully masal oleh puluhan ribu followernya? Menurut saya enggak. Kalo kita tersinggung ato bermasalah dengan ucapan seseorang, kenapa ga konfirmasi ato minta penjelasan dulu ke ybs? Sukur2 kan cuma salah paham, ga perlu timbul keributan ala twitwar dan bully seperti ini. Dan kalopun emang itu maksudnya menghina, yaudah ga usah ditanggepin dan stop disitu. Itu kan masalahnya personal, ga usah disebar2in dan defame nama ybs ke orang2 lain.

Jadi, tidak sempat untuk konfirmasi, atau tidak peduli? Kalo ga sempat ya mestinya ga usah ngepublish nama mbak R ato ngebahas masalah itu kan, urusin aja konsernya :p Ya, menurut saya Mr A ini semalam ga peduli. Kemudian sewaktu mbak R dibully, apakah dia ga tau ato ga peduli? Menurut saya, dia ga peduli. Lempar api aja, trus dengan nyamannya meninggalkan arena pertempuran.

Itulah kenapa, saya ga terlalu suka dengan selebtweet dgn puluhan ribu follower. Beberapa diantara mereka menurut saya arogan. Makanya saya jarang follow mereka, meskipun masukin ke dalam list. Dan jarang pula mention mereka, biasanya cuma retweet untuk twit2 yg menurut saya bagus. Mungkin ini sindrom superstar yg sering dialami orang2. Jadi kurang manusiawi ke orang2 biasa. Cuma peduli sama temen2nya dia. Seperti halnya wakil DPR pada rakyat jelata. Oke, cukup, saya malah jadi subjektif :p

Yang juga bersalah adalah orang2 yg ikut nimbrung masalah yg bukan urusan mereka. Begitulah soalnya. Masih banyak orang2 yg udah ikut twitter, tapi belom cerdas. Asal ada isu dikit aja, pengennya nyamber, ga dipikir2 ato dicari kebenaran duduk perkaranya dulu.

Kesimpulannya, tidak bisa menyalahkan satu pihak saja, karena masing2 (mbak R, Mr A, dan para followernya yg ngebully mbak R) berpartisipasi dalam kadar yg berbeda2 sehingga menyebabkan 'keributan kecil' ini terjadi. Bagusnya sih masing2 pihak mengambil pelajaran dari kejadian ini, biar bisa lebih mengendalikan diri.

- buat mbak R, lain kali agar berhati2 kalo ngomong, disesuaikan dengan orang yg jadi lawan bicara ato yg terlibat dalam pembicaraannya.

- buat Mr A, agar lebih peduli, ga asal ngejudge tanpa konfirmasi dulu ketika dirasa ada ucapan orang yg menyinggungnya. Agar lebih bijak dalam berucap. Mungkin ga masalah kalo dia yg jadi target bully, karena dia tau cara nanganin dan nyuekinnya, tapi hati2lah jangan sampe bikin orang lain jadi target bully. Sampeyan bisa bikin orang susah karena sebuah kesalahpahaman.

- buat para followernya yg masih belom cerdas, yah, meskipun rada pesimis, agar ga usah asal nimbrung kalo ga ngerti konteks permasalahannya. dan kalopun ngerti, ga usah memperkeruh suasana dengan ikut2an bully. selebtweet yg kalian follow itu ga selalu benar. merekapun kadang melakukan kesalahan.

yg terakhir, buat semuanya, tak ada salahnya belajar untuk meminta maaf. Ketika ucapan ato perbuatan kita menyinggung perasaan orang lain, introspeksilah. Kalo kita emang salah, minta maaflah dan perbaiki sikap. Kalo kita merasa ga bersalah, tetep minta maaf karena perbedaan pendapat kita menyinggung orang lain. Minta maaf itu ga sulit kan, asal diucapkan dengan sungguh-sungguh :)

Friday, March 02, 2012

Selamat Ulang Tahun, Kamu

Judul Asli: Kembar


Minggu sore
29 Februari 2004



“Happy birthday, Irfan!”

Teman-temanku bersorak mengucapkan selamat dan menyalamiku. Tak lupa, mereka juga membawakan sebuah kue blackforrest. Aku tidak tahu dimana mereka membelinya, atau sejak kapan mereka mempersiapkan kejutan ini, tapi yang jelas tentu saja aku senang sekali dengan momen ini. Tidak menyangka, teman-teman yang biasanya brengsek ini ingat dengan ulangtahunku yang termasuk langka.

Suasana di sekitar foodcourt di kompleks olahraga tempat berlangsungnya Porseni tahun ini pun jadi sedikit ramai karena kegaduhan yang kami buat. Untungnya, tidak terlalu banyak orang yang berada di sana, karena masih ada beberapa cabang yang masih dipertandingkan. Aku sendiri masih dalam keadaan berkeringat dan memakai seragam tandingku, karena baru setengah jam yang lalu pertandinganku berakhir.

Tak berapa lama, teman-temanku pun beranjak pergi untuk menyaksikan beberapa pertandingan final, meninggalkanku beserta kue yang masih tersisa banyak.

"Hai."

Seorang gadis menyapaku. Dilihat dari pakaiannya, kelihatannya dia salah satu atlet voli dari sekolah lain.

"Kamu ulang tahun hari ini?" tanyanya.

"Iya." jawabku sambil nyengir.

"Sama dong. Aku juga," ujarnya sambil tersenyum lebar.

"Eh, beneran? 29 Februari juga?"

Dia mengangguk. Aku menyodorkan kue blackforrest di tanganku.

"Mau ikut ngabisin juga?"

Dia tertawa, dan kemudian ikut bergabung di mejaku.

"Kenalkan, namaku Irfan. Kamu?"

"Raya."

Sambil melahap sisa kue, kami pun mengobrol.

"Ulangtahunmu ga dirayain, Ray?"

"Tadi sudah. Lagian, namaku kan Raya. Pasti selalu di-Raya-in," katanya sambil tertawa.

Aku pun turut tertawa. Dia ini lucu juga.

“Tapi jarang sekali ya, ketemu dengan orang yang sama-sama lahir di tanggal 29 Februari.”

“Betul. Orang yang lahir di tanggal ini aja udah langka, apalagi bisa ketemu langsung dengan salah satu di antaranya. What are the chance?” sahutnya.

“Apalagi, kalo melihat bahwa kita sama-sama masih SMA, kita pasti lahir di tanggal dan tahun yang sama, 29 Februari 1988.”

“Iya! Karena tahun kabisat itu kalo ga 88, ya 84 atau 92. Tapi kalau 84, berarti umurku sekarang 20, dan kalau 92, umurku 12. Bukan umurnya anak SMA.”

“Hehe, kita ini berarti udah seperti kembar ya, lahir di hari yang sama.”

“Iya banget.”

Dia memperhatikan pakaianku yang serba putih dan bertanya, “By the way, kamu ikut cabang karate ya?”

“Iya. Kamu, voli?”

“Yup. Gimana hasilnya?”

“Semifinal saja.”

“Wah, berarti kamu kuat dong?”

“Hehe, ga juga sih. Aku baru mulai ikut latihan bela diri begitu masuk SMA. Kebetulan lawan-lawan sebelumnya kelihatannya sama-sama pemula, makanya aku bisa menang. Tapi begitu di semi, lawannya udah pengalaman. Kalah telak jadinya. Tim kamu gimana?”

“Babak ketiga. Soalnya pemain andalan tim kami tadi cedera, jadinya kacau balau aja begitu dia ga ada.”

“Bukan kado yang bagus ya, untuk ulang tahun kita yang langka ini?”

“Ga juga. Justru menurutku bisa ketemu dengan orang lain yang ulangtahunnya sama-sama langka, itu hadiah yang sangat berkesan.”

Kami sama-sama tersenyum. Kue blackforrest-nya sudah habis tak bersisa. Kemudian beberapa teman Raya muncul dan memanggilnya.

“Raya, ikut nonton final basket yuk!” 

“Oke,” Raya pun bangkit berdiri.

“Hei, Raya,” panggilku. Dia menoleh.

“Kita harus ketemu lagi nanti.”

Dia tersenyum.

“Pasti!” ucapnya sebelum berlalu dari hadapanku.

~


Jumat dini hari, selepas tengah malam.
29 Februari 2008



Langit malam ini sangat cerah. Aku bisa melihat bulan purnama, dan bintang-bintang yang bertebaran di sekitarnya. Sepertinya mereka ingin memberikan penampilan terbaik mereka untuk kami yang berulangtahun di hari ini.

Teleponku berbunyi. Segera kuangkat.

“Halo.”

“Bagaimana langit di sana?” tanya suara di ujung sana.

“Sempurna. Di sana gimana?”

“Sama. Bintang-bintangnya, indah ya?”

“Iya. Kira-kira mereka sedang membentuk sebuah rasi bukan ya?”

“Entahlah. Aku bukan anak astronomi, hehe.”

Beberapa detik berikutnya kami habiskan dalam keheningan, sambil terus menikmati pemandangan di langit. Ada perasaan menyenangkan di sana, ketika kami yang terpisah oleh jarak, menyaksikan sesuatu yang sama, dan nyata.

“Happy birthday, Irfan.”

“You too, Raya. Happy birthday.”

Aku yakin saat ini dia pun tersenyum, sama sepertiku.


-END-


*tribute untuk orang-orang yang ulangtahun di tanggal 29 Feb*