Featured Post

[Review] Game of Thrones (season 6)

Setelah setahun, GoT kembali di season 6. Sebenarnya gw juga ga begitu nunggu2 sih, karena lagi asik ngikutin serial yg lain (The Flash...

Wednesday, January 30, 2013

Jurnal 30 Januari 2013

Haloo, and...
Why took so long to write another journal?
Maunya sih gw nulis jurnal seperti ini lagi dari awal tahun, tapi distraksi mulu, yg udah jadi semacam addicted. Jadi yg nulis jurnal biasa aja ga sempet, apalagi ikutan nulis bikin ff segala macem.

Dua minggu lalu sempat hujan deras banget, dari malam dini hari, terus aja sampe sorenya. Di daerah gw tinggal sih ga kenapa-kenapa, tapi di Jakarta, hujan teramat lebat itu bikin banjir hampir semua penjuru kota. Jadinya orang2 ga bisa masuk berangkat kerja. Gw juga jadinya tuker jadwal dulu, karena perjalanan kereta commuter line terhambat di stasiun Sudirman, Tanah Abang dan Kota yg kelelep aer.

Event 13harimenulisFF gw lewatkan saja, ga berniat mengulangi event tahun lalu (yg durasinya 15 hari). Entahlah, sudah terlalu lama tak menulis. Beberapa kali sempet pengen nyoba, tapi antara menentukan mana ide yg mau ditulis, seret dan enggannya mulai, jadinya meneguhkan diri utk ga ikut sama sekali. Biarlah.

Maunya sih mulai rajin baca buku. Maunya. Udah dikasih keringanan, ga usah bikin reviewnya gitu, jadi biar gw mulai baca. Masih aja ada kendala lain. Gim Avengers. Adiktif yg satu ini susah dilepasin.

Kemudian kemaren nyimak timelinenya pak hotradero. Tentang berhenti merokok. Banyak kasus, orang2 yg berhenti itu, karena ya, langsung berhenti aja, udah seterusnya ga ngerokok lagi. Nah, kalo ngerokok aja bisa berhenti, kenapa maen game engga?

Tapi, tapi, sekarang lagi ada special ops yg baru, hero barunya Havok, dan ga cuma satu, ada satu hero baru lagi Magneto. Aduh, plis.

Susah ya kalo punya kesenangan dan keinginan macem2 tapi ga mau ngelepasin yg satu. Mau nonton film, baca buku, nulis, maen sepeda, semua tereduksi oleh satu hal bernama game ini. Layaknya orang2 yg ngetwit "Sebatang rokok terakhir", twit itu selalu diulang-ulang, pertanda sebatang itu bukan benar-benar yg terakhir dan mereka belum juga berhenti.

Oiya kemaren2 sempet baca komik Marvel, satu-satunya yg gw berminat baca, yaitu edisi Avengers vs X-Men. Ini pun tertarik bacanya karena jadi plot di spec ops Marvel Avengers taun lalu, yg hero prizenya Magik. Jadi ngerti lebih banyak tentang Marvel Universe saat ini, walopun ada hal-hal yang membuat bertanya-tanya.

Oiya, saya juga pengen nulis beberapa surat cinta. Buat orang beneran. Mumpung event 30harimenulissuratcinta masih berlangsung. Sekian.

Wednesday, January 09, 2013

[Review Film] Rurouni Kenshin (2012)



Director: Keishi Otomo
Cast:
Takeru Sato
Emi Takei

Kemunculan live action dari manga/anime yg dulu jadi favorit banget gw ini ga disangka-sangka emang. Tiba2 denger kalo di Jepang tayang filmnya. Yah mungkin bagusnya begitu, daripada telanjur denger kabarnya, trus berharap, dan ga taunya lama jadinya. (Hear that, Evangelion). Tapi seperti halnya yang terjadi dengan adaptasi dari manga/novel ke film, pastinya berbeda dengan aslinya. Seberapa besar bedanya? Gw coba deskripsikan plotnya (sedetail mungkin). SPOILER alert.

Plot:

Pada era Bakumatsu (zaman kekacauan sebelum era Meiji di Jepang), nama Hitokiri Battosai (Batosai si Pembantai) menjadi legenda di antara para samurai. Ketika perang berakhir, Battosai meninggalkan pedangnya dan memutuskan untuk tidak membunuh orang lagi. Pada bagian ini juga ditampilkan Hajime Saito, samurai dari pihak lawan yang mulanya hendak menantang Battosai. Seorang pendekar yang selamat dari perang menemukan pedang itu dan mengambilnya. (dia yang kemudian kita kenal sebagai Jine Udo)

Kenshin Himura

Belasan tahun kemudian, di era Meiji yang 'damai', pengusaha kaya Kanryu Takeda, memiliki rencana licik untuk memproduksi opium besar-besaran dan mengeruk keuntungan darinya. Uang yang kemudian digunakan untuk membeli senjata dan kekuasaan. Kanryu memiliki banyak anak buah, salah satunya adalah Jine, yang berkeliaran membunuh banyak orang, mulai dari polisi, hingga anak2 buah Kanryu yang lain. Jine yang haus darah seakan menggantikan peran Battosai, membantai mengatasnamakan Battosai dari dojo Kamiya Kasshin. Megumi Takani, yang meramu opium untuk Kanryu, melarikan diri ke polisi, dan karenanya Jine membantai seisi kantor polisi.

Sementara Battosai yang asli sekarang menjadi pengembara, dan bertemu Kaoru Kamiya, putri pewaris dojo yang namanya dicemarkan Battosai palsu. Setelah pertemuan singkatnya, Battosai menyelamatkan Kaoru yang sedang berkonfrontasi dengan Jine. Jine melecehkan prinsip Kamiya Kasshin yang menggunakan pedang (kayu) untuk melindungi orang lain. Tak disangka, Battosai juga memiliki prinsip yang mendukung, yaitu dengan menggunakan pedang bermata terbalik (Sakabatou), dimana bagian tajamnya ada di sisi bagian dalam.

Kaoru Kamiya

Kaoru membawa Battosai, yang memperkenalkan dirinya dengan nama Kenshin Himura ke dojonya untuk tinggal sementara. Rombongan samurai anak buah Kanryu datang dan hendak merubuhkan dan mengambil alih dojo Kamiya untuk kepentingan Kanryu, tapi Kenshin berhasil mengalahkan mereka semua tanpa ada yang terbunuh. Polisi datang dan Kenshin malah menyerahkan diri untuk ditahan.

Di dalam penjara (dimana Sanosuke Sagara juga ada), Saito yang sekarang menjadi polisi mendatangi Kenshin dan membawanya menemui Aritomo Yamagata, dulu salah satu atasan Kenshin yang sekarang menjadi menteri. Pak Yamagata menjelaskan tentang rencana jahat Kanryu untuk menyebarkan opium dan membuat masyarakat runtuh karena ketagihan. Dia meminta bantuan Kenshin untuk bergabung dengannya menjadi salah satu panglimanya, tapi Kenshin menolak. Saito yang tak puas berusaha memancing Kenshin agar menggunakan pedangnya, tapi Kenshin bertahan pada sikapnya dan pergi.

Kanryu Takeda

Kaoru datang menjemput Kenshin untuk kembali ke dojonya. Juga tinggal di dojo itu adalah Yahiko Myojin, bocah satu-satunya murid Kaoru, dan Megumi yang meminta tempat untuk sembunyi. Ketika mereka berempat makan di restoran, Kanryu datang dan menawari Kenshin untuk menjadi bodyguardnya, dengan iming2 uang yang banyak. Kenshin jelas menolak, apalagi Kanryu menghinanya. Sanosuke malah muncul dan menantang Kenshin, supaya Kanryu merekrutnya. Dengan pedangnya yang besar, Sano tak mampu menyentuh Kenshin sedikit pun, dan kemudian setuju dengannya bahwa menjadi anak buah Kanryu adalah hal yang tidak pantas.

Jine berulah lagi. Menyaksikan korban2 pembantaiannya, Kenshin teringat sewaktu dia masih menjadi pembantai. Ada seorang pria (Kyoshiro Sato) yang berkali-kali bangkit biarpun Kenshin sudah menebasnya. Orang dengan semangat pantang mati itulah yang sudah menorehkan salah satu bekas luka di pipinya.

Jine Udo

Kanryu menjalankan rencananya mencemari air konsumsi penduduk dan membuat orang2 keracunan. Megumi menunjukkan skillnya sebagai dokter dan berusaha keras menyembuhkan mereka. Terkuaklah bahwa Megumi merupakan keturunan keluarga dokter terkenal, yang menjadi satu-satunya yang tersisa setelah perang. Tak lama setelahnya, Megumi menyerahkan diri ke Kanryu, tapi usahanya untuk membunuh Kanryu gagal percuma.

Kenshin pun membulatkan niat untuk menghentikan ulah Kanryu dan mendatangi markasnya bersama Sano. Berdua mereka mengatasi puluhan ronin anak buah Kanryu tanpa kesulitan. Di dalam rumah Kanryu, mereka berdua masing-masing bertarung dengan lawan-lawannya. Lawan Sano (yg seharusnya Shikijo) menggunakan tangan kosong, sedangkan lawan Kenshin (yg seharusnya Hannya) adalah orang bertopeng yang menggunakan pistol dan kodachi (pedang pendek). (oke, karakter2 ini yang buat gw mengganggu banget, entar dibahas lah).

Sanosuke Sagara

Setelah melewati lawan-lawannya, Kenshin dan Sano berhadapan dengan Kanryu dan gatling gun-nya. Dengan bantuan Saito yang ikut muncul, Kenshin melumpuhkan Kanryu dan membebaskan Megumi, yang meminta Kenshin untuk segera menyelamatkan Kaoru yang diculik Jine.

Dengan kekuatan semacam hipnotis yang dimilikinya, Jine membuat Kaoru lumpuh, tak bisa bergerak. Satu-satunya jalan untuk membebaskannya adalah dengan membunuh Jine. Dengan cara inilah Jine memaksa Kenshin untuk kembali menjadi pembantai. Melihat Kaoru yang tersiksa, amarah Kenshin meningkat dan naluri pembantainya muncul. Tapi di saat dia hendak membunuh Jine, Kaoru berhasil melepaskan diri dari hipnotis Jine dan menyadarkan Kenshin. Dia pun tidak jadi membunuh Jine, dan hanya mematahkan tangannya agar tak bisa menggunakan pedang. Jine yang kalah, menikam perutnya sendiri dengan tangan kirinya.

Hajime Saito

Ketika tersadar di dojonya, Kaoru yang cemas berusaha mencari Kenshin, kuatir kalau Kenshin sudah pergi mengembara lagi. Kenshin masih ada di sana, memutuskan untuk tinggal dengannya sementara.

--

Komentar:

Secara visual, Rurouni Kenshin keren. Banyak pemandangan yang indah, setting di era Meiji juga cukup pas. Lalu dari tampilan karakter2nya, lumayan sih. Yang jadi Kenshin mirip banget ama di manga/anime, juara pokoknya. Sehingga menyisakan kekurangan di karakter2 lainnya. Kaoru, Megumi, Jine tampilan karakternya oke, mirip. Saito yang diperanin Eguchi Yosuke (dulu sering nonton dorama, boi) tampangnya kurang jahat. Kanryu juga ga mirip, Sano juga, ga setajam di manga. Itu masalah tampilan.

Masalah cerita/plot. Boleh gw bilang, kacau. Bukan kacau yang baik sih. Gw ga tau gimana reaksi orang2 yg ga familiar ama cerita manganya, ya tapi kalo dipikir2 kalo ga baca manganya mungkin juga ga tertarik buat nonton ya. Komen gw ini sebagai orang yg udah baca manganya komplit dari vol 1 sampe 28 tamat.

Plot yang disajikan di live action ini mengambil banyak elemen dari hampir semua plot/arc di manganya, dicampur aduk. Menurut gw ini ga bagus. Utamanya dia mengkombinasikan plot Kanryu, yg mestinya juga menyertakan Aoshi dan Oniwabanshu disana sebagai anak buahnya Kanryu, dan plot Jine yang aslinya muncul sebelum plot Kanryu. Selain itu di tengah2nya juga disisipkan plot Battosai palsu dari dojo Kamiya, plot Sanosuke diselipin dikit banget (maksa). Sempat ada plot flashback Kenshin, dan Dan juga termasuk dosa besar adalah memasukkan Saito ke dalam cerita ini, padahal aslinya dia baru muncul kemudian, setelah plot2 ini selesai. Jadilah Saito perannya cuma semacam tempelan, sekali doang sih ngeluarin jurus Gatotsunya.

Ya namanya film, mesti beda ama cerita aslinya. Tapi buat gw yang udah baca, aneh rasanya ngeliat Jine, Kanryu dan Saito muncul bersamaan. Mau yang lebih kacau? Anak buahnya Kanryu. Semua aja dimasukin jadi anak buahnya, ya gerombolan samurai lah, Jine lah, juga dua orang mencurigakan yang menjadi pengganti Oniwabanshu. Secara penampilan, dua orang ini adalah Banjin Inui dan Gein (baca di wiki), yang aslinya merupakan anak buah Enishi di arc Enishi yang muncul di akhir manga. Dan dua karakter ini mengganggu gw banget sampe mesti dibahas satu-satu.

Banjin yang jadi lawan Sano ini, menggantikan peran Shikijo, anggota Oniwabanshu yg harusnya jadi lawannya. Tapi entah kenapa, di karakter ini juga terselip sedikit kepribadian Anji, biksu jahat yg juga pernah jadi lawannya Sano. Jadi 3 karakter dikompositkan jadi 1. Masih mending. Coba yang satunya lagi.

Gein, masih pake topeng
Gein sesudah lepas topeng

Gein, yang memakai topeng tengkorak, menggantikan peran Hannya, anggota Oniwabanshu yang juga memakai topeng. Makanya gw sampe salah ngira kalo itu Hannya. Tapi begitu dia ngelepas topengnya dan mulai bertarung dengan Kenshin, keluarlah elemen2 dari karakter lainnya. Muka aslinya ga jelek kayak Gein, tapi lumayan ganteng, dengan rambut putih dan bekas2 luka di pipi. Ngingetin siapa ya, ohiya, Enishi Yukishiro. Lalu sewaktu ngeluarin jurus, awalnya konsisten ama Gein, pake kawat2 gitu. Tapi begitu pake pistol, setelah gw cermati, mirip sama tangan kanannya Enishi, Wu. Dan begitu dia pake kodachi, meh, jelas2 ini maksudnya memasukkan Aoshi sebagai bagian dari karakternya. Nah diitung tuh, ada 5 karakter yang dikompositkan jadi satu.

Dan ada karakter baru, 3 asisten Kanryu yang make baju putih, berkacamata, dan kipas2. Asli ga guna dan ga jelas banget maksud keberadaan mereka.

Plot yang campur aduk ini juga memunculkan Jine yang menjadi lawan terakhir Kenshin. Jadi secara kronologi aslinya, dari Jine, maju ke Kanryu trus balik lagi ke Jine. Mestinya mereka fokus ke salah satu plot, musuhnya satu tapi plotnya sesuai. Gitu sih pendapat gw.

Kemudian jurus-jurusnya, kayaknya selain jurus Kenshin, yg lainnya ga disebutin. Bahkan terkadang ga ada nama jurusnya, misalnya Sano, dia bertarung asal aja, bahkan sampe lempar telor. Duh.

Anyway, usaha untuk mengadaptasi ke live action ini patut diapresiasi dan didukung, apalagi kalo misalnya nanti mau dibikin sekuel, lawan Shishio :D. Selain konsisten dengan genrenya, film ini juga tak lupa menyisipkan beberapa kata-kata mutiara dari manga.

"Pedang adalah senjata, dan ilmu pedang adalah teknik untuk membunuh."
lalu Kaoru yg berkata "Aku tidak peduli dan tidak kenal dengan Battosai. Yang kutahu adalah Kenshin si pengembara yang baik hati"
dan di akhir hidupnya, Jine berkata pada Kenshin, "Sampai kapan kau mampu bertahan dengan prinsipmu itu, aku akan menyaksikannya dari neraka."

Rating saya: 7.5/10

Friday, January 04, 2013

(My) 2012 in Cinema

Jadi setelah ngubek2 arsip Twournal, gw berhasil menghitung berapa kali gw ke bioskop di tahun 2012 ini. Karena biasanya tiap gw nonton gw ngetwit tentang film itu sesudahnya. Hasilnya adalah 29 kali, gw nonton film di bioskop. Beberapa ada yg sehari nonton 2 film. Jelas ini meningkat pesat dibanding tahun sebelumnya. Di 2011 kayaknya gw cuma berapa kali, mungkin 3 atau 4 ke bioskopnya, ke PIM, trus nyobain ke Metropole Cikini. Sedangkan tahun ini, selain mencoba ke bioskop2 lain yg kemudian jadi langganan, ada pengalaman berbeda ketika menonton. Rinciannya sebagai berikut.

Di awal Januari, abis taun baru, di waktu jam kerja belom selesai, gw cabut duluan buat ngejar nonton Sherlock Holmes: A Game of Shadow di Djakarta XXI yang lumayan deket dari kantor. Jalan cepet kesana, bisa ngejar yg jam 4 lewat. Meskipun suasananya lumayan bagus, Djakarta XXI hanya punya 2 studio, jadi ya ga banyak variasi film yg disajikan.

Februari, nonton Chronicle sendiri di PIM, setelah sebelumnya ketemuan ama dian. Sukses menjadi distraksi otak, paling tidak selama beberapa jam. Setelahnya, gw berusaha menghindari untuk dateng ke PIM. Dengan armada bis Debora yg jalannya ogah-ogahan kecuali kalo udah di tol, perjalanan ke PIM bisa jadi melelahkan dan berpotensi telat. Lagipula, dalam perkembangan selanjutnya, tiket bioskop di PIM jadi yg termahal di penjuru Jakarta. *huealah, hiperbol deh.

Di bulan Maret, iseng2 gw menang kuisnya flickmagazine di suatu jumat malem waktu gw di kantor. Dapet tiket buat nonton bareng film Thailand Fabulous 30. Tapi waktu nontonnya besok paginya dong. Walhasil, yang mestinya tiketnya utk 2 orang gw pake sendiri aja. Tapi manfaatnya bagi gw adalah, gw menginjakkan kaki di GI (Grand Indonesia) dan memperkenalkan gw ke Blitz. Masih dengan semangat menjelajahi tempat baru, di akhir Maret, gw yg waktu itu udah temenan sama adit_adit meminta rekomendasi buat nonton di Botani, mall milik IPB. Pertama kalinya gw ke sana, gw langsung double aja nontonnya. Yg pertama nonton The Raid, film actionnya Iko Uwais yang udah jadi buah berita di Hollywood, kemudian The Hunger Games, yang juga lagi hot-hotnya waktu itu. Memuaskan juga, Botani XXInya. Dengan akses yg lebih mudah dijangkau (kereta+angkot), lebih cepet dibanding PIM, dan kualitas lebih bagus dibanding Detos.

Gw baru pergi ke bioskop lagi di bulan Mei. Tempatnya di Botani lagi. Kali itu rencananya nonton ama adit, utk The Avengers dan Modus Anomali. Apa boleh buat, Modus udah ga tayang, jadinya nonton Avengers saja. Yang memaksa gw untuk nonton Modus Anomali minggu depannya di Margo Platinum. Salah satu film yang berkesan utk gw. Lalu entah sesudahnya, diajak nonton di Djakarta XXI sma temen kantor. Tapi udah malem banget, jam 21.30 coba! Filmnya Jason Statham, Safe. Dalam kondisi biasa di siang hari aja gw suka ngantuk, apalagi udah larut gitu, jadinya sepanjang film gw jatuh bangun antara ngantuk dan ketiduran, ga nangkep ceritanya gimana. Untung itu nontonnya dibayarin, meskipun jadinya mubazir. Kemudian di akhir Mei, setelah rapat paginya dan nunggu jadwal masuk di sore hari, gw ngajak temen2 kantor nonton dulu di GI. Padahal selain nobar film Thailand waktu itu, gw belom kesana lagi. Mana langsung nontonnya yang 3D pula kali itu, Men In Black 3. Sempet pesimis dengan nonton 3d, tapi hasilnya ternyata di luar dugaan gw puas banget. Sehingga berikut2nya keterusan pengen nontonnya 3d di blitz.

Minggu depannya, udah masuk Juni, kembali gw ke Blitz untuk menonton film terbaik tahun ini menurut gw. Film yg paling berkesan. Prometheus. Alien stuff. 3D pula. For information, tiket 3D di blitz waktu itu (nomad) masih 35rb, dan yg biasa 30. Kalo sekarang sih udah naek 5rb. Abis itu sempet ke Botani lagi buat nonton Brave, film animasi Pixar yg katanya bagus, lanjut Abraham Lincoln: Vampire Hunter. Sayang gw lagi ngantuk berat waktu nonton kedua film ini dan melewatkan sebagian plotnya.

Juli, puncaknya summer movies. Tentunya pilih tempat terbaik buat nontonnya, di Blitz GI lagi. Dalam dua kesempatan terpisah, The Amazing Spider-Man, dan The Dark Knight Rises. Waktu TDKR udah masuk bulan Ramadan. Dan kalo biasanya gw selalu nonton 3D di Blitz, begitu TDKR yg ga menyediakan 3D, dapet studionya yg versi stadium, gede kapasitasnya.

Agustus. Setelah Lebaran, sehari setelah balik dari kampung, ke GI, nonton Perahu Kertas (1) berdua ama Rara. Cukup mendadak, direncanain kemarennya. Soalnya gw males baca convo rencana2 orang2 mau nobar, tapi banyak yg ga pas lah waktunya, yaudah mending berdua aja. ga usah ajak2 yg laen. Abis itu masih tetep di Blitz dan nonton ulang TDKR sendiri. Sebabnya gw masih belom puas nonton yg pertama, belom ngerti banget isi filmnya. Sayangnya, gw ga ngerti deh tuh, kenapa file film yg diputer kyknya bukan kualitas GI, tapi kualitas XXI. Ga setajem aslinya. Minggu berikutnya nonton The Expendables 2. Berhubung ga tayang di Blitz, gw nontonnya ke Botani XXI.

Di bulan September, nontonnya terpusat di seminggu waktu Pilkada DKI. Hari Selasanya gw nonton film Korea, The Thieves yg keren itu, dan lanjut Resident Evil Retribution. Dan Jumat sorenya nonton film drama Korea, Architecture bareng adit dan iip.

Memasuki bulan Oktober, experience dalam menontonnya berbeda. Beda, karena sekarang seringnya nonton berdua sama pacar, hihi. Our first date setelah jadian, nonton Perahu Kertas 2 di PIM. Sayang itu Minggu, dan penuh banget yg nonton, jadinya kita kebagian di baris2 depan.*deleted* Anyway, karena harga tiket yg juga mahal (50rb kalo hari libur di PIM), disepakati utk acara berikutnya jangan di PIM. Minggu depannya gw kembali ke Margo Platinum utk nonton Looper, film time travelnya JGL yg keren. Alasan sama, film ga tayang di Blitz. Abis itu lanjut Dredd, remake film taun 90an dengan nuansa yg lebih kelam.

Berhubung waktu availablenya pacar terbatas banget, berarti nontonnya mesti yg deket2 tempatnya aja. Karena itulah awal November gw nyobain pergi ke Teras Kota BSD, buat survey lokasi dan Blitznya yg kataya harga tiketnya lebih murah. Emang bener sih, harga tiketnya lebih murah 10rb ketimbang GI. Misal, film biasa di GI (sekarang) 35rb, di Teko 25rb. Of course kalo diitung biaya ongkosnya, ya jadinya sama aja. Nonton Skyfall di Blitz Teko siang2, dan sorenya sekalian nyobain naek kereta dari stasiun Rawa Buntu (yg kayaknya paling deket ke Teko) ke Tanah Abang. Berikutnya, tiap kali gw ke Teko, gw naeknya kereta aja. Minggu depannya kita nonton, tapi bukan di Teko, melainkan di Bintaro Mall. Tetep naek kereta, dan bahkan lebih deket dari stasiun Pondok Ranji, tinggal jalan 15 menit aja. Nonton Jakarta Hati di XXInya, dan *deleted* Masih di bulan November, gw sempetin sekali lagi nonton di Blitz GI, Wreck It Ralph. Keren, film animasi paling keren tahun ini.

Desember, tiga kali nonton, ketiganya sama rara. Pertama waktu yg tadinya buat kumpul2 di Teko, tapi yg dateng cuma mbak wangi, mbak indah, gw, rara, sama rina. Nonton Life of Pi sorenya. Dua minggu kemudian, karena kangen, kembali ketemu di bintaro dan nonton 5cm. Selain itu, karena sewaktu di teko suasananya agak kaku, bad mood, kali ini utk bayar utang momen yg hilang waktu itu. *deleted* Dan akhirnya, di penghujung tahun, our last date. Ga ada berantem2an, ngambek2an. Fokus supaya momen terakhir ini bener2 menyenangkan. Juga ga peduli kalo pulangnya malem banget. Dipikir2 jam 10 sampe rumah ga parah2 banget sih. Rencana awal adalah nonton The Hobbit, karena durasinya 3 jam, jadi biar bisa lama disana. Opsi berikutnya adalah Habibie Ainun. Tapi berhubung hari Minggu itu yg nonton dua film itu bejibun banget, dan jadinya malah ga nyaman, jadinya pilih nonton Jack Reacher, yg relatif lebih dikit. Ga mengecewakan banget, soalnya filmnya seru dan keren. Dan kita masih norak aja dong :p Sengaja milih duduk di lajur kiri, bukan di tengah. Soalnya kosong, bisa puas pacaran disana :p Anyway, itu acara nonton terakhir kita, di tahun ini, dan seterusnya. Fun dan menyenangkan :) yang membuat gw mesti membiasakan diri lagi untuk nonton film sendiri di kesempatan2 berikutnya.

Di antara film2 yg ditonton tahun 2012 ini, favorit nomer satu gw adalah Prometheus, berikutnya Modus Anomali, lalu The Thieves. Film2 kayak TDKR, Avengers, Hunger Games juga asik, apalagi film2 yg nontonnya berdua sama pacar.