Kaito yang terluka parah dan sekarat setelah melalui pertempuran yang tak seimbang dengan lawan-lawannya, terselamatkan nyawanya berkat pertolongan Flora yang kebetulan menemukannya. Dengan kemampuan yang dimilikinya, gadis itu menyembuhkan luka-lukanya, dan kemudian mengajak Kaito untuk ikut bersamanya ke kerajaannya.
Setelah Kaito menyatakan setuju untuk ikut, mereka pun memulai perjalanan untuk kembali ke kerajaan dimana Flora berasal, dengan menyusuri bagian lain hutan itu.
"Apa yang sedang kau lakukan di sini, Flora?" tanya Kaito,"sewaktu kau menemukanku di tengah hutan ini."
Flora menjawab, "Aku sedang mencari sesuatu."
"Apa kau berhasil menemukannya?"
Flora menggeleng. Dia sudah menjelajahi seisi hutan ini, selama bertahun-tahun, dan tetap tidak menemukan benda yang dicarinya. Sesuatu yang berharga. Harta karunnya. Sesuatu yang lepas darinya sejak lama, dan tak pernah berhasil ditemukannya hingga saat ini.
"Bagaimana kalau kita mencarinya sekali lagi, sebelum kembali ke kerajaanmu?" usul Kaito.
Flora menoleh padanya dan tersenyum tipis.
"Percuma, aku sudah berjam-jam di hutan ini mencarinya, sebelum aku menemukanmu. Mungkin bukan hari ini. Lain waktu aku akan mencoba mencarinya lagi."
"Tapi kau mencarinya seorang diri. Kali ini, aku akan membantu mencarinya. Mungkin aku bisa melihat hal-hal yang terlewat olehmu."
Flora menghentikan langkahnya.
"Kau benar. Tidak ada salahnya kita mencoba lagi."
"Seperti apa benda yang sedang kau cari ini?"
"Bola kristal kecil, transparan."
Dengan ragu, Flora menambahkan, "Bola itu berisi memori yang sangat berharga untukku. Memori dari orang yang sangat berarti dalam hidupku."
"Kau yakin benda itu ada di hutan ini?"
Flora mengangguk.
"Beberapa tahun yang lalu, aku dan beberapa temanku mengunjungi hutan ini untuk bermain. Ketika aku hendak menunjukkan bola kristal itu pada mereka, tiba-tiba saja bola itu terlepas dari genggamanku, dan lenyap begitu saja. Kami sudah berusaha mencarinya, tapi tak mendapatkan hasil."
"Baiklah, mari kita mencarinya sekali lagi," tegas Kaito.
Mereka pun memeriksa seisi hutan, di antara semak-semak dan pepohonan yang memenuhinya. Dan seperti yang sudah-sudah, mereka tidak berhasil menemukannya. Matahari pun mulai terbenam, dan malam tiba.
Flora mengeluarkan dua botol air dari dalam tasnya, dan memberikan salah satunya pada Kaito. Mereka sedang beristirahat setelah sekitar dua jam mencari bola kristal milik Flora.
"Jadi, siapa orang yang sangat berarti ini?"
"Ibuku." jawab Flora.
"Dia meninggal sewaktu aku masih kecil, dalam usahanya untuk melindungi kerajaan kami dari serangan musuh. Dia berhasil mengusir mereka, tapi dia menggunakan kekuatannya hingga melebihi batas."
Kaito mendengarkan dengan seksama.
"Aku tidak tahu bagaimana bola ini berfungsi, tapi apakah tidak ada cara khusus untuk menemukannya? Seperti mantra misalnya?"
"Ada semacam mantra, tapi aku sudah mengucapkannya ratusan kali, dan tak ada hasilnya."
"Seperti apa bunyinya?"
"O magic orb, I call upon thee." Flora menyebutkan mantranya.
"O magic orb, I call upon thee." Kaito mengulangi.
Kemudian, secara tak terduga, sepercik sinar muncul dari kejauhan, dan melayang mendekati mereka.
Flora tertegun. Takjub, tapi masih berusaha memahami apa yang sebenarnya terjadi. Bola kristal yang dicarinya selama bertahun-tahun, datang sendiri menghampirinya, melayang-layang di hadapannya, bersinar terang. Dia meraih bola itu, dan menggenggamnya erat-erat, tak ingin kehilangan benda berharga itu untuk kedua kalinya.
Bola itu berpendar, dan sinarnya membentuk sesosok bayangan manusia. Seorang wanita yang tak kalah cantiknya dengan Flora, darinyalah kecantikan Flora berasal. Sosok ibunya muncul kembali. Meskipun tidak nyata, hanya berupa proyeksi dari bola kristal itu, tapi dia muncul kembali, di hadapan mereka berdua.
Kemudian proyeksi berganti menjadi wanita itu yang menggendong seorang bayi, Flora. Ibunya berusaha menenangkannya dengan menyenandungkan suatu lagu. Kaito takjub menyaksikan dan mendengarkan potongan memori yang terasa sangat nyata. Sementara itu, Flora mulai menitikkan air matanya. Kerinduan akan ibunya, terobati sudah.
*
Mereka melanjutkan kembali perjalanan, dimana hari sudah mulai gelap. Flora sudah menyimpan baik-baik bola kristal itu.
"Terimakasih, Kaito. Aku tidak tahu bagaimana hal itu terjadi, tapi keberadaanmu telah sangat membantu mengembalikan bola itu padaku."
"Kau sudah menyelamatkan nyawaku. Rasanya yang kulakukan belumlah seberapa dibandingkan apa yang sudah kau lakukan padaku."
Flora tersenyum mendengar ucapan Kaito. Mungkin bukan kebetulan aku bertemu dengannya di tempat ini.
"Kita sudah sampai."
Mereka sudah keluar dari belantara hutan, dan tiba di sebuah lahan yang sepi. Kembali Kaito dibuat takjub dengan penampakan yang ada di depannya.
Seekor kuda pegasus.
"Kerajaanku masih jauh dari tempat ini. Kita akan terbang ke sana."
-end-
#7HariMendongeng hari ke-2 tema: Harta Karun
Setelah Kaito menyatakan setuju untuk ikut, mereka pun memulai perjalanan untuk kembali ke kerajaan dimana Flora berasal, dengan menyusuri bagian lain hutan itu.
"Apa yang sedang kau lakukan di sini, Flora?" tanya Kaito,"sewaktu kau menemukanku di tengah hutan ini."
Flora menjawab, "Aku sedang mencari sesuatu."
"Apa kau berhasil menemukannya?"
Flora menggeleng. Dia sudah menjelajahi seisi hutan ini, selama bertahun-tahun, dan tetap tidak menemukan benda yang dicarinya. Sesuatu yang berharga. Harta karunnya. Sesuatu yang lepas darinya sejak lama, dan tak pernah berhasil ditemukannya hingga saat ini.
"Bagaimana kalau kita mencarinya sekali lagi, sebelum kembali ke kerajaanmu?" usul Kaito.
Flora menoleh padanya dan tersenyum tipis.
"Percuma, aku sudah berjam-jam di hutan ini mencarinya, sebelum aku menemukanmu. Mungkin bukan hari ini. Lain waktu aku akan mencoba mencarinya lagi."
"Tapi kau mencarinya seorang diri. Kali ini, aku akan membantu mencarinya. Mungkin aku bisa melihat hal-hal yang terlewat olehmu."
Flora menghentikan langkahnya.
"Kau benar. Tidak ada salahnya kita mencoba lagi."
"Seperti apa benda yang sedang kau cari ini?"
"Bola kristal kecil, transparan."
Dengan ragu, Flora menambahkan, "Bola itu berisi memori yang sangat berharga untukku. Memori dari orang yang sangat berarti dalam hidupku."
"Kau yakin benda itu ada di hutan ini?"
Flora mengangguk.
"Beberapa tahun yang lalu, aku dan beberapa temanku mengunjungi hutan ini untuk bermain. Ketika aku hendak menunjukkan bola kristal itu pada mereka, tiba-tiba saja bola itu terlepas dari genggamanku, dan lenyap begitu saja. Kami sudah berusaha mencarinya, tapi tak mendapatkan hasil."
"Baiklah, mari kita mencarinya sekali lagi," tegas Kaito.
Mereka pun memeriksa seisi hutan, di antara semak-semak dan pepohonan yang memenuhinya. Dan seperti yang sudah-sudah, mereka tidak berhasil menemukannya. Matahari pun mulai terbenam, dan malam tiba.
Flora mengeluarkan dua botol air dari dalam tasnya, dan memberikan salah satunya pada Kaito. Mereka sedang beristirahat setelah sekitar dua jam mencari bola kristal milik Flora.
"Jadi, siapa orang yang sangat berarti ini?"
"Ibuku." jawab Flora.
"Dia meninggal sewaktu aku masih kecil, dalam usahanya untuk melindungi kerajaan kami dari serangan musuh. Dia berhasil mengusir mereka, tapi dia menggunakan kekuatannya hingga melebihi batas."
Kaito mendengarkan dengan seksama.
"Aku tidak tahu bagaimana bola ini berfungsi, tapi apakah tidak ada cara khusus untuk menemukannya? Seperti mantra misalnya?"
"Ada semacam mantra, tapi aku sudah mengucapkannya ratusan kali, dan tak ada hasilnya."
"Seperti apa bunyinya?"
"O magic orb, I call upon thee." Flora menyebutkan mantranya.
"O magic orb, I call upon thee." Kaito mengulangi.
Kemudian, secara tak terduga, sepercik sinar muncul dari kejauhan, dan melayang mendekati mereka.
Flora tertegun. Takjub, tapi masih berusaha memahami apa yang sebenarnya terjadi. Bola kristal yang dicarinya selama bertahun-tahun, datang sendiri menghampirinya, melayang-layang di hadapannya, bersinar terang. Dia meraih bola itu, dan menggenggamnya erat-erat, tak ingin kehilangan benda berharga itu untuk kedua kalinya.
Bola itu berpendar, dan sinarnya membentuk sesosok bayangan manusia. Seorang wanita yang tak kalah cantiknya dengan Flora, darinyalah kecantikan Flora berasal. Sosok ibunya muncul kembali. Meskipun tidak nyata, hanya berupa proyeksi dari bola kristal itu, tapi dia muncul kembali, di hadapan mereka berdua.
Kemudian proyeksi berganti menjadi wanita itu yang menggendong seorang bayi, Flora. Ibunya berusaha menenangkannya dengan menyenandungkan suatu lagu. Kaito takjub menyaksikan dan mendengarkan potongan memori yang terasa sangat nyata. Sementara itu, Flora mulai menitikkan air matanya. Kerinduan akan ibunya, terobati sudah.
*
Mereka melanjutkan kembali perjalanan, dimana hari sudah mulai gelap. Flora sudah menyimpan baik-baik bola kristal itu.
"Terimakasih, Kaito. Aku tidak tahu bagaimana hal itu terjadi, tapi keberadaanmu telah sangat membantu mengembalikan bola itu padaku."
"Kau sudah menyelamatkan nyawaku. Rasanya yang kulakukan belumlah seberapa dibandingkan apa yang sudah kau lakukan padaku."
Flora tersenyum mendengar ucapan Kaito. Mungkin bukan kebetulan aku bertemu dengannya di tempat ini.
"Kita sudah sampai."
Mereka sudah keluar dari belantara hutan, dan tiba di sebuah lahan yang sepi. Kembali Kaito dibuat takjub dengan penampakan yang ada di depannya.
Seekor kuda pegasus.
"Kerajaanku masih jauh dari tempat ini. Kita akan terbang ke sana."
-end-
#7HariMendongeng hari ke-2 tema: Harta Karun
No comments:
Post a Comment