Pada suatu masa, terdapatlah seorang pendekar yang tangguh bernama Kaito. Tapi dia bukan seorang prajurit ataupun ksatria, melainkan pembantai yang selalu menghabisi lawan-lawannya. Pada awalnya, orang-orang dunia hitam senang menggunakan jasanya, untuk membantu mereka menyingkirkan lawan-lawannya yang sama-sama berkecimpung di dunia hitam. Lama-kelamaan mereka mulai kuatir dengan reputasinya yang semakin terkenal dan berbahaya, yang berpotensi menghancurkan mereka dari dalam.
Mereka, para kliennya, mengirim sepuluh orang pembantai tangguh lainnya untuk melenyapkan Kaito. Di suatu hutan yang sepi, mereka mengepungnya.
"Apa-apaan ini?" tanya Kaito.
Salah satu pembantai menjawab, "Waktumu sudah habis, Kaito. Mereka tidak menginginkan jasamu lagi."
"Begitu ya? Lalu mereka mengirim kalian semua sekaligus untuk menghabisiku. Ya, aku sudah memperkirakan hal ini bakal terjadi."
Kesebelas orang itu bersiap-siap memasang kuda-kuda untuk bertempur. Masing-masing siaga memegang pedangnya. Begitu salah satu meneriakkan aba-aba, mereka semua pun bergerak dan pertarungan dimulai.
Kaito pendekar yang tangguh. Dengan cepat dia berhasil melukai beberapa lawannya. Tapi lawan-lawannya juga tangguh. Mereka berhasil mendesaknya, dan sedikit demi sedikit berhasil melukainya. Kondisi Kaito yang menurun semakin menguntungkan mereka. Pertempuran pun berakhir ketika salah satu dari mereka berhasil menikam Kaito di dadanya, disusul dengan tikaman dari lawan-lawannya yang lain.
Mereka memandangi Kaito yang terbaring sekarat, kemudian pergi meninggalkannya sendirian di hutan itu. Tugas berhasil diselesaikan.
Kaito yang tinggal meregang nyawa, memandangi pepohonan rindang di atasnya. Dengan napas yang tersengal-sengal, dia merenungi nasibnya.
Dia paham akhir macam apa yang akan didapatnya sejak memilih dunia hitam sebagai jalan hidupnya. Dia akan mati oleh pedang lain. Hal itu adalah sesuatu yang tak terbantahkan. Sudah tak terhitung berapa banyak orang yang sudah dibunuhnya. Mungkin mereka sudah tak sabar menantinya di alam sana untuk membuat pembalasan atas perbuatannya.
Kaito memejamkan matanya, menanti saat kematiannya tiba.
*
Dia tak ingat sudah berapa lama waktu berlalu, ketika didengarnya sebuah suara yang lembut.
"Jangan kuatir. Aku akan menyembuhkanmu."
Siapa itu? Seorang wanita, dia menyimpulkan dari suara yang didengarnya.
Kaito merasakan tangan wanita itu menyentuh dahinya. Darinya timbul hawa yang hangat, yang perlahan mengalir masuk ke dalam tubuhnya.
"Jangan!"
Kaito menggenggam tangan wanita itu, mencegahnya meneruskan apa yang sedang dia lakukan.
"Tidak perlu berisik. Biar aku menyembuhkanmu," kembali suaranya yang halus berucap.
"Kau tidak mengerti. Kau tidak tahu siapa aku. Aku bukan orang baik-baik."
"Aku tidak peduli kau ini siapa."
"Aku seorang pembantai! Aku sudah membunuh banyak orang. Biarkan aku mati!"
Wanita itu diam sejenak. Disingkirkannya tangan Kaito yang mencekalnya, dan dia kembali menempelkan telapak tangannya ke dahi Kaito.
"Aku, tidak bisa membiarkan seseorang mati di depan mataku. Tidak selagi aku memiliki kemampuan untuk menolongnya. Lagipula..." Dia tersenyum, "kau bukan orang jahat. Aku bisa merasakannya."
Kaito tak berkata apa-apa. Dia bisa merasakan tambahan energi yang perlahan diserap oleh tubuhnya. Dalam beberapa menit, dia kembali pulih, dan semua lukanya lenyap.
Sekarang dia bisa melihat wajah penolongnya, seorang gadis muda yang cantik. Wanita tercantik yang pernah dilihatnya selama ini.
"Terimakasih."
Gadis itu tersenyum. "Apa rencanamu selanjutnya?" tanyanya.
"Aku tidak tahu. Yang jelas, aku harus bersembunyi. Kalau mereka tahu aku masih hidup, mereka pasti akan kembali lagi untuk membunuhku."
"Kalau begitu, ikutlah denganku. Kau bisa tinggal di kerajaan kami."
Kaito menatap tak percaya. "Kau serius?"
"Tentu saja. Kau bisa membangun kembali hidupmu dari awal, untuk menebus kesalahanmu di masa lalu."
Apakah ini betul-betul nyata? Tak hanya menyelamatkannya, gadis ini juga memberinya kesempatan untuk lepas dari dunia hitam yang selama ini lekat dengannya.
Dengan kondisi yang sudah fit, Kaito bangkit dan berdiri.
"Namaku Kaito. Siapa namamu?"
"Flora."
Flora. Nama orang yang sudah menyelamatkan hidupku. Pahlawanku. Aku berhutang nyawa padanya. Selamanya, aku akan mengabdikan hidupku untuknya dan melindunginya.
"Flora, dengan senang hati aku akan ikut denganmu."
- bersambung -
#7HariMendongeng hari ke-1 tema: Pahlawan
Mereka, para kliennya, mengirim sepuluh orang pembantai tangguh lainnya untuk melenyapkan Kaito. Di suatu hutan yang sepi, mereka mengepungnya.
"Apa-apaan ini?" tanya Kaito.
Salah satu pembantai menjawab, "Waktumu sudah habis, Kaito. Mereka tidak menginginkan jasamu lagi."
"Begitu ya? Lalu mereka mengirim kalian semua sekaligus untuk menghabisiku. Ya, aku sudah memperkirakan hal ini bakal terjadi."
Kesebelas orang itu bersiap-siap memasang kuda-kuda untuk bertempur. Masing-masing siaga memegang pedangnya. Begitu salah satu meneriakkan aba-aba, mereka semua pun bergerak dan pertarungan dimulai.
Kaito pendekar yang tangguh. Dengan cepat dia berhasil melukai beberapa lawannya. Tapi lawan-lawannya juga tangguh. Mereka berhasil mendesaknya, dan sedikit demi sedikit berhasil melukainya. Kondisi Kaito yang menurun semakin menguntungkan mereka. Pertempuran pun berakhir ketika salah satu dari mereka berhasil menikam Kaito di dadanya, disusul dengan tikaman dari lawan-lawannya yang lain.
Mereka memandangi Kaito yang terbaring sekarat, kemudian pergi meninggalkannya sendirian di hutan itu. Tugas berhasil diselesaikan.
Kaito yang tinggal meregang nyawa, memandangi pepohonan rindang di atasnya. Dengan napas yang tersengal-sengal, dia merenungi nasibnya.
Dia paham akhir macam apa yang akan didapatnya sejak memilih dunia hitam sebagai jalan hidupnya. Dia akan mati oleh pedang lain. Hal itu adalah sesuatu yang tak terbantahkan. Sudah tak terhitung berapa banyak orang yang sudah dibunuhnya. Mungkin mereka sudah tak sabar menantinya di alam sana untuk membuat pembalasan atas perbuatannya.
Kaito memejamkan matanya, menanti saat kematiannya tiba.
*
Dia tak ingat sudah berapa lama waktu berlalu, ketika didengarnya sebuah suara yang lembut.
"Jangan kuatir. Aku akan menyembuhkanmu."
Siapa itu? Seorang wanita, dia menyimpulkan dari suara yang didengarnya.
Kaito merasakan tangan wanita itu menyentuh dahinya. Darinya timbul hawa yang hangat, yang perlahan mengalir masuk ke dalam tubuhnya.
"Jangan!"
Kaito menggenggam tangan wanita itu, mencegahnya meneruskan apa yang sedang dia lakukan.
"Tidak perlu berisik. Biar aku menyembuhkanmu," kembali suaranya yang halus berucap.
"Kau tidak mengerti. Kau tidak tahu siapa aku. Aku bukan orang baik-baik."
"Aku tidak peduli kau ini siapa."
"Aku seorang pembantai! Aku sudah membunuh banyak orang. Biarkan aku mati!"
Wanita itu diam sejenak. Disingkirkannya tangan Kaito yang mencekalnya, dan dia kembali menempelkan telapak tangannya ke dahi Kaito.
"Aku, tidak bisa membiarkan seseorang mati di depan mataku. Tidak selagi aku memiliki kemampuan untuk menolongnya. Lagipula..." Dia tersenyum, "kau bukan orang jahat. Aku bisa merasakannya."
Kaito tak berkata apa-apa. Dia bisa merasakan tambahan energi yang perlahan diserap oleh tubuhnya. Dalam beberapa menit, dia kembali pulih, dan semua lukanya lenyap.
Sekarang dia bisa melihat wajah penolongnya, seorang gadis muda yang cantik. Wanita tercantik yang pernah dilihatnya selama ini.
"Terimakasih."
Gadis itu tersenyum. "Apa rencanamu selanjutnya?" tanyanya.
"Aku tidak tahu. Yang jelas, aku harus bersembunyi. Kalau mereka tahu aku masih hidup, mereka pasti akan kembali lagi untuk membunuhku."
"Kalau begitu, ikutlah denganku. Kau bisa tinggal di kerajaan kami."
Kaito menatap tak percaya. "Kau serius?"
"Tentu saja. Kau bisa membangun kembali hidupmu dari awal, untuk menebus kesalahanmu di masa lalu."
Apakah ini betul-betul nyata? Tak hanya menyelamatkannya, gadis ini juga memberinya kesempatan untuk lepas dari dunia hitam yang selama ini lekat dengannya.
Dengan kondisi yang sudah fit, Kaito bangkit dan berdiri.
"Namaku Kaito. Siapa namamu?"
"Flora."
Flora. Nama orang yang sudah menyelamatkan hidupku. Pahlawanku. Aku berhutang nyawa padanya. Selamanya, aku akan mengabdikan hidupku untuknya dan melindunginya.
"Flora, dengan senang hati aku akan ikut denganmu."
- bersambung -
#7HariMendongeng hari ke-1 tema: Pahlawan
No comments:
Post a Comment