Featured Post

[Review] Game of Thrones (season 6)

Setelah setahun, GoT kembali di season 6. Sebenarnya gw juga ga begitu nunggu2 sih, karena lagi asik ngikutin serial yg lain (The Flash...

Thursday, January 21, 2016

[Review] Fargo (season 2)


starring
Kirsten Dunst as Peggy Blomquist
Patrick Wilson as State TrooperLou Solverson
Jesse Plemons as Ed Blomquist
Jean Smart as Floyd Gerhardt
and Ted Danson as Sheriff Hank Larsson

notable guest star
Cristin Milioti (yep, her again) as Betsy Solverson (Lou's wife)
Bokeem Woodbine as Mike Milligan
Jeffrey Donovan as Dodd Gerhardt
Zahn McClarnon as Hanzee Dent (The Indian)
Keir O'Donnel as Ben Schmidt (the future Chief of Fargo PD)
Kieran Culkin as Rye Gerhardt
Bruce Campbell as Ronald Reagan

Ini dia serial TV dengan plot yg bikin gw terbelalak karena kekacauan demi kekacauan yang terjadi di dalamnya. Meskipun disebutnya season 2, season ini sebenarnya merupakan prequel dari season 1. Ketika di season 1, pernah disebut tentang Massacre at Sioux Falls, nah season ini membahas peristiwa2 yang kemudian berujung pada tragedi itu. Berlatar tahun 1979, dan mencakup 3 wilayah: Fargo (North Dakota), Luverne (Minnesota), dan Sioux Falls (South Dakota).

Plot:
Gerhardt family adalah keluarga/sindikat kriminal yang berkuasa di Fargo. Kestabilan mulai terguncang ketika Otto Gerhardt, kepala keluarga alias boss, terkena stroke. Di saat yang bersamaan, anak bungsu Otto, yaitu Rye Gerhardt, mencari masalah dengan membuntuti seorang hakim, Judge Muntz, ke sebuah coffe shop di Luverne. Rye meminta Muntz untuk membereskan kasus rekan bisnisnya (bisnis mesin tik), tapi Muntz yg ga kenal Rye (ga tau kalo dia Gerhardt), mengusir Rye dengan semprotan. Rye yg panik dan kesal, langsung mengeluarkan pistol, dan menembak Muntz. Menyusul dua korban lain, yaitu koki dan pelayan kafe itu. Setelahnya, Rye sempat melihat penampakan UFO dan terbengong di tengah jalan, sebelum tertabrak oleh sebuah mobil.


Mobil ini milik Peggy Blomquist, penduduk lokal Luverne, yg kayaknya delusional, makanya ga ngeliat ada orang ketika dia sedang nyetir. Anehnya, tindakan Peggy kemudian malah melanjutkan nyetir mobil sampai ke rumahnya, dengan tubuh Rye masih nyangkut di mobilnya. Ya itu, karena jalan pikirannya yg delusional itu. Ketika Ed Blomquist, suami Peggy, tiba di rumah dan mendapati kondisi mobil (yg habis menabrak sesuatu), dia dikejutkan oleh Rye yang masih hidup dan menyerangnya. Atas nama self defense, Ed melawan dan Rye mati. Barulah mereka bingung harus bagaimana. Sebenarnya Ed yg lebih waras berpendapat, mereka lapor polisi, tapi Peggy yg rada ga beres meyakinkan Ed untuk menutupi kematian Rye (karena dia udah nabrak trus kabur dsb). Keputusan ini, telah membawa pasangan ini ke dalam situasi yang sudah cukup pelik, ke masalah yang lebih besar: perang mafia antara Gerhardt family dengan Kansas City.

Sindikat kriminal Kansas City melihat kesempatan setelah Otto Gerhardt kena stroke, yang berarti kekosongan pimpinan di dalam Gerhardt family. Karenanya mereka berniat untuk ekspansi dan mengambil alih kekuasaan di Fargo dari Gerhardt. Mereka datang ke kediaman Gerhardt untuk menawarkan pembelian kepada Floyd Gerhardt, istri Otto, yang sementara menjadi boss. Dodd Gerhardt, anak tertua Otto yg masih hidup, menentang keras tawaran itu, dan lebih memilih berperang. Baik Dodd maupun pihak Kansas City memiliki pemikiran yg sama, bahwa mereka harus mendapatkan Rye Gerhardt sebagai nilai tawar. INI yang kemudian menyebabkan pasangan Blomquist terlibat dalam gang war.


Di sini kita diperkenalkan dengan para hitman alias badass dari masing2 kubu. Ada Hanzee, seorang Indian yang mengabdi pada keluarga Gerhardt (spesifiknya: pada Dodd), yang terbukti cerdas, punya analisa yang bagus ketika menyelidiki keberadaan Rye, dan skillful dalam menggunakan senjata untuk membunuh. Berbahaya pokoknya. Dari Kansas City, ada Mike Milligan, seorang hitman kulit hitam, yang cerdas dalam bicara, dan cukup mahir dengan senjata. But really, Mike Milligan lebih menonjol dengan monolog dan kalimat2 yang diucapkan ketika bertemu dengan pihak lain. Smart, badass.

Pada akhirnya perang antara Gerhardt dan Kansas City benar2 terjadi. Mostly karena Dodd yg sengaja memancing perang, dan membelokkan kematian Rye sebagai ulah Kansas City (padahal bukan). Floyd meminta agar mereka menghabisi pembunuh Rye (Ed Blomquist), jadi mereka mengirim orang ke Luverne.

Hal tak terduga lainnya. Ed Blomquist, yg mungkin terlihat bingung, punya survival skill yg bagus. Ed bekerja sebagai asisten butcher. Ketika orang Gerhardt datang dan hendak menghabisinya, dia membela diri dan berhasil membunuh si penyerang. Yang membuat masalah makin berat, karena Charlie Gerhardt, cucu Otto, ikut serta dalam penyerangan, dan ditahan oleh kepolisian Luverne. Gerhardt mengirim pasukan cukup banyak, untuk membebaskan Charlie, dan untuk membunuh Ed.

Yang terjadi selanjutnya adalah kejar-kejaran antara pasangan Ed-Peggy, dan Hanzee yang ditugaskan untuk memburu mereka.


Kekacauan demi kekacauan. Seakan ga cukup, ada hal-hal lain yang makin memperkeruh suasana. Hanzee yang kemudian mengkhianati Gerhardt family, membunuh Dodd, dan memancing pasukan Gerhardt yang tersisa untuk baku tembak dengan polisi. Juga ada manuver dari Mike Milligan yang ambisius mendapatkan posisi boss di Fargo menggantikan Joe Bulo, bossnya yg terbunuh oleh serangan Gerhardt ketika perang berlangsung. Tindakan Sioux Falls PD yang mengumpankan Ed dan Peggy untuk memancing sindikat Kansas City, dll. Yang akhirnya menyebabkan peristiwa yang terkenal dengan Massacre at Sioux Falls.

Penjelasan dari peristiwa Massacre. Sebelumnya Ed menghubungi Mike Milligan, menawarkan Dodd Gerhardt, dan gantinya Milligan membantu dia lepas dari Gerhardt family. Kemudian Dodd mati (dibunuh Hanzee), Hanzee kabur, polisi datang. Ed dan Peggy yg dalam penanganan kepolisian gabungan Fargo, Luverne, dan Sioux Falls, rencananya akan dipasang wire (penyadap) untuk memancing Mike Milligan dkk, supaya mereka bisa meringkus sindikat Kansas City. Mereka menginap di sebuah motel, sebagai tempat pertemuan Ed dengan Milligan. Hanzee yg mengawasi kemudian menghubungi kediaman Gerhardt, berbohong kalo Dodd ditahan oleh orang2 Kansas City di sana, yang memancing seluruh anggota Gerhardt yang tersisa untuk datang. Waktu pertemuan sebenarnya jam 8 pagi esok harinya, tapi pasukan Gerhardt datang malam harinya, sewaktu sebagian polisinya lagi istirahat. Hasilnya, baku tembak antara orang2 Gerhardt dengan para polisi (yg mereka kira orang2 Kansas City). Ketika mereka sadar kalo mereka salah sasaran, Hanzee membunuh Floyd yg juga ikut. Lou Solverson yang aslinya dilarang ikut (dia menentang ide menjadikan Ed dan Peggy sebagai umpan), datang dan ikut ambil bagian, dengan menembak dan membunuh Bear Gerhardt, anak tengah Gerhardt. Hasil akhir: Banyak korban jatuh, well almost everyone dead, kecuali Sheriff Hank dan Ben Schmidt dari Fargo PD. Keluarga Gerhardt habis sudah. Ed kemudian mati, setelah terluka kena tembak dari Hanzee. Hanzee melarikan diri.

Madness, begitulah komentar gw akan peristiwa Massacre ini.

Bayangkan misalnya Rye Gerhardt ga bikin masalah dengan membunuh si hakim. Maka Luverne ga akan terlibat masalah. Perang mafia mungkin akan tetap berlangsung antara Gerhardt dan Kansas City, tapi Lou dan Hank ga akan pontang panting ngurusin itu. Mereka paling cuma komen tentang berita tersebut. Ed dan Peggy akan tetap menjalani hidup mereka yg biasa. Ed akan membeli butcher shop tempat dia bekerja. Peggy akan ikut seminar pengembangan diri. Dan tidak perlu ada jatuh korban orang2 yg tak bersalah.

Di sisi lain, bagian akhir cerita memunculkan Hanzee, si Indian, sebagai karakter paling berbahaya dan harus diperhitungkan. Motivasinya mengkhianati Gerhardt menjadi hal menarik untuk dibahas. Why? Kemungkinan terkait fakta bahwa dia adalah seorang Indian, dan mengalami diskriminasi rasial. Dalam pengejaran pasangan Blomquist, Hanzee bertemu dengan orang2 rasis yang menghinanya. Yang mengingatkannya, selama dia Indian, tak ada yg pernah benar2 menghargainya, termasuk Dodd dan keluarga Gerhardt, kendali dia sudah berjasa besar dalam pengabdiannya. (Hanzee yg paling jago dalam membunuh, berperan dalam menghabisi banyak orang2 Kansas City). Sempat pula terlihat sisi lemah Hanzee, sewaktu dia nyebut kalo dia "tired of this life" dan minta potongin rambut ke Peggy. Ya, sebagai Indian yg ga punya identitas, hidupnya bakal berat. Makanya, di akhir ditunjukkan, Hanzee membeli ID berisi nama baru, dan rencana untuk operasi plastik, ganti wajah total, menjadi orang baru. Btw, nama barunya adalah Moses Tripoli, dan ini adalah yg kemudian menjadi boss sindikat Fargo (di season 1), walopun menurut gw agak jauh kemiripannya sama Hanzee.

Sedangkan Mike Milligan, yg ambisius, mendapati kesuksesan yg tidak terlalu menyenangkan. Dia berharap jadi boss yg berkuasa, menggantikan keluarga Gerhardt di Fargo. Ga taunya kenaikan pangkat yang diterimanya malah membuatnya bekerja di balik meja, seperti orang kantoran dengan pekerjaan membosankan. Well, mungkin itu imbalan yg pantas buat dia, sebab dia sebenarnya ga pernah terlibat langsung dalam perseteruan2 krusial. Ketika baku tembak pertama antara Gerhardt-Kansas City, dia ga ikut, yg menyebabkan bossnya tewas. Lalu di penyerangan di motel Sioux Falls juga, dia baru dateng setelah baku tembak selesai. Yang dia lakukan hanyalah menyerang ketika ada kesempatan, di antaranya menyerang rumah Gerhardt ketika penjagaan minim karena yg lain sedang pergi ke Luverne.

Lou Solverson dan Hank. Hank ini adalah mertuanya Lou, ayahnya Betsy. Dua solid karakter yang tidak mengecewakan dalam mewakili pihak law enforcement. Lou beberapa kali menunjukkan keberaniannya ketika berhadapan dengan Gerhardt family dan Mike Milligan. Terjadi konfrontasi, tapi berakhir tanpa baku tembak. Ya, Lou sebenarnya jarang terlibat aksi langsung, cuma pas di motel aja, dia nembak Bear Gerhardt. Dan itu pun ga langsung mati. Hank walaupun udah tua, tapi tetap gagah, dan untungnya dia selamat dari peristiwa SIoux Falls, walaupun tertembak oleh Hanzee tapi ga sampe mati.

This is a perfect story, with lots of subplots and troubles complicating it.

Selengkapnya, cek wikipedia.

No comments:

Post a Comment