Featured Post

[Review] Game of Thrones (season 6)

Setelah setahun, GoT kembali di season 6. Sebenarnya gw juga ga begitu nunggu2 sih, karena lagi asik ngikutin serial yg lain (The Flash...

Friday, September 28, 2012

bukan tawuran, tapi tubir

Minggu ini sedang dihebohkan dengan kasus tawuran antara SMA 70 dan SMA 6 yang menyebabkan satu orang tewas. Hmmm, semacam bom waktu ya menurut saya. Tapi coba kita bahas dulu apa yg sebenarnya terjadi di lapangan.

Menurut berita2 di tv yang gw ikutin, ternyata korban ini ga ikut tawuran. Bahkan kejadian itu sendiri sebenarnya bukan tawuran, tapi sekelompok anak 70 nyerbu beberapa anak 6 yg lagi makan. Hmmm.

Waktu gw bilang semacam bom waktu, ya emang iya. Karena tradisi tawuran udah dari jaman baheula udah ada di 70. Aneh padahal, dibalik prestasi yg bagus, baik akademis maupun non akademis, prestasi kriminalnya juga cukup terkenal. Dan selama ini seringnya dibiarkan aja semua kejadian2 tawuran itu tanpa ada upaya berarti supaya tradisinya ga berlanjut. Ujung2nya mesti nunggu sampe jatuh korban kayak sekarang kan. Ya mudah-mudahan aja sih pihak sekolahnya sadar dan berbenah.

Berbenah gimana? Kasih hukuman tegas. Dan basmi doktrinnya, penyebarnya, penghasutnya. Siapa sih? Mari dibahas. Karena ini tradisi, artinya turun-temurun, dari alumni ke senior kelas 3, dilanjutkan dan ditanamkan ke kelas 1 yg baru masuk. Hampir selalu seperti itu. Kalo sekolah emang bener2 niat memberantas tawuran, tambah keamanannya, awasi lokasi-lokasi strategis di sekitar sekolah yg dipake buat kumpul2 dan 'kaderisasi', awasi toilet dan lokasi-lokasi dalam sekolah yg dipake buat mojokin anak2 baru. Intinya jangan biarkan tradisi berlanjut. Masalah membina anak baru sehingga mentalnya bagus dsb, lanjutin aja program yg biasa, ekskul dll.

Tapi itu sih ya kuncinya. Dari senior dan alumni jangan dikasih kesempatan untuk meneruskan tradisi.

Lalu hukuman tegas. Hmm, kalau masalah bully di DB waktu itu, kemaren2 saya ketahui, ternyata para pelakunya diberi hukuman kerja sosial, semacam community service di US sana, mereka bantu2 di panti. Cukup mendidik sih. Tapi untuk kasus ini? Mesti tegas. Satu nyawa melayang. Harus berhadapan dengan hukum. Kalo cuma luka-luka parah masih bisa ngeles, tapi korban jiwa? Penjara. Normalnya untuk anak2 yg ketauan tawuran hukumannya kerja sosial aja, tapi kalo udah ada korban, ya harus penjara. Dan ada satu lagi hukuman yang terhitung berat buat pelaku: minta maaf ke keluarga korban. Sampe kapanpun keliatannya bakal sulit untuk dimaafkan.

Solusi lebih lanjut yg kepikiran, khususnya dalam kasus antara 70 dan 6 ini, menurut gw sih sering2 adain kegiatan bareng aja antar sekolah. Dari jaman gw sih konflik dengan 6 ini sebenarnya ga gede-gede amat, jarang banget malah. Emang ada semacam rivalitas layaknya tim2 sepakbola di Eropa yang berada di kota yg sama, tapi jarang. Apa mungkin karena berita tawuran dengan anak2 STM ga pernah kedengeran (mungkin udah jarang), makanya sekarang targetnya berubah jadi sekolah tetangga?

Balik ke solusi tadi. Adakan kegiatan bersama antar sekolah, sering2 aja. Misalnya tanding basket, bola atau apa kek. Daripada berantem di jalan, mending berantem dengan sehat di arena olahraga utk berlomba jadi yg terbaik. Dan juga ga cuma yg sifatnya kompetisi, tapi juga yg kerjasama. Sekali-kali boleh lah studi banding ke sekolah sebelah, dan sebaliknya, dan teratur, seminggu sekali ato gimana gitu. Pokoknya yg bisa menjadikan kedua sekolah bersahabat.

Dan ketika segala usaha tetap ga berhasil, solusi terakhir ya mau gimana, leburkan aja dua sekolahnya, digabung. Dulu juga begitu kan sejarahnya 70, gabungan dari 2 sekolah yang suka berantem.

Btw, istilah tawuran sebenarnya bukan istilah yang populer di sana. Kalo ga ada perubahan, istilah yang betul adalah tubir. Alias ribut. Courtesy dari budaya 70 yang menggunakan bahasa terbalik.

No comments:

Post a Comment