Sebagai informasi, Europe on Screen adalah event tahunan dimana diselenggarakan pemutaran film2 dari Eropa di venue2 yang sudah disediakan, dan gratis. Gw inget tahun 2012 itu di sekitar akhir November/awal Desember, tapi tahun 2013 dimajuin jadi April atau Mei gitu lah, dan tahun 2014 ini di awal Mei. Untuk tahun2 sebelumnya, sebenarnya gw udah tertarik untuk dateng, tapi ga pernah kesampaian, karena di antaranya ga ada temen kesana, dan ga tau letak venue-nya. Pernah ada di Kineforum, tapi waktu itu gw belom tau kineforum itu di sebelah mana. Di dalem Taman Ismail Marzuki sih, tapi ga tau di sebelah mananya.
Nah, tahun ini, tadinya gw juga ga ngikutin infonya, dan ga begitu berminat begitu berita EoS2014 beredar. Kemudian dengan semangat mencoba hal2 baru, gw menetapkan untuk harus datang nonton EoS. Apalagi ada juga yg mau ke sana, yaitu bella dan mput. Biar afdol, mesti diubek2 dulu infonya, jadi gw buka situsnya, liat2 jadwal filmnya, dan terutama, venue-nya. Untunglah kali ini venuenya dilengkapi dengan mapnya, jadi ketauan itu di daerah mana. Dan kebetulan, ada satu lokasi yang cukup strategis, deket dari stasiun Gondangdia, yaitu Goethe Haus. Goethe ini semacam tempat kursus bahasa Jerman (dan segala hal berbau budaya Jerman), mirip sama CCF yg buat bahasa Perancis.
EoS tahun ini berlangsung dari tanggal 2-11 Mei. Hari Minggu, sehabis pulang dari kantor, gw nyempetin diri untuk survei ke lokasi, jalan kaki dari stasiun ke Goethe, kira2 15 menit lah, trus balik lagi. Pokoknya lokasi udah diketahui. Baru nonton kesananya hari Senin, waktu jadwal libur. Di hari kerja, pemutaran di Goethe ini ada 3 kali, yaitu jam 14.30, lalu jam 17.00, dan jam 19.30. Gw berangkat dari depok siang, biar bisa nonton dari jam 14.30. Sampe sana, masuk ke dalem hall yg luas, dan ada meja panitia. Tinggal dateng ke sana, tulis nama, dan dikasih tiketnya deh, plus (kalo masih ada) buku guide Europe on Screen 2014. Kalo kemaren itu juga ada koran JakartaPost yg hari itu. Gratis. Trus tinggal nunggu sampe pintu auditoriumnya dibuka. Ruang auditoriumnya sendiri kayak ruang kuliah di kampus gitu lah. Bangku lipet, dan ga begitu nyaman sih. Yaiyalah, dikira bioskop apa.
Film pertama, Mission to Lars. Film dari Inggris. Menceritakan tentang usaha Kate Spicer mewujudkan keinginan adik laki-lakinya, Tom, yg memiliki kelainan Fragile-X (mirip autisme), yaitu bertemu dengan Lars Ulrich, drummer Metallica. Mulailah mereka merencanakan perjalanan mereka dari Inggris ke Amerika untuk mengikuti rangkaian konser Metallica. Usaha ini sempat terhambat karena di hari-H, Tom sempat mengalami cold leg, dan ga mau ikut. Biasa lah, kita juga kalo lagi ada acara2 penting, suka nervous sendiri kan. Bandingin kalo itu Tom, yang punya sensitivitas berkali lipat dari orang biasa. Semua menjadi berkali lipat lebih berat untuk Tom. Tapi entah gimana, ibu tirinya selalu bisa membujuk Tom biar lebih tenang dan berangkat. Di Amerika, ada 3 konser Metallica, dan mereka ngikutin dengan nyewa mobil karavan, ke tiap konsernya. Kejadian Tom yg nervous terulang lagi. Di konser pertama, dia ga mau dateng. Baru di konser kedua dia ikut, tapi ga ikut nonton konsernya langsung, karena dia ga tahan suara bising. Meski begitu dia bawa recorder buat ngerekam suara konsernya, dan itu somehow membuat dia gembira. Di konser ketiga, barulah mereka benar2 mewujudkan pertemuan dengan Lars Ulrich. Nah, dari awal gw kira ini film biasa, tapi ternyata termasuk kategori dokumenter. Artinya, pertemuan dengan Lars itu bener2 diusahakan dan bukan bagian dari script. Kalo gitu si Lars itu humble banget ya, mau kooperatif dan menyediakan waktu buat Kate dan Tom. Film ini gw suka, memberi kesenangan positif karena tujuan mereka tercapai. Di akhir screening, sebenarnya ada kuis, cuma gw jelas denger akun twitternya apa, mana sinyal ga begitu bagus, jadi lewat aja.
Film yg pertama tadi durasinya sebentar, cuma 70an menit. Sembari nunggu jam 5 untuk film berikutnya, gw duduk di kafetaria di luar. Boleh duduk disana meskipun ga mesen makanan. Sambil baca2 buku yg emang dibawa. Begitu udah lewat jam 4, sejam sebelum pemutaran, antrian tiket udah dibuka lagi.
Film kedua, The Priest's Children. Film dark comedy dari Kroasia. Menceritakan tentang pendeta di pulau kecil di Kroasia, Father Fabian, yg peduli dengan tingkat kelahiran yang kecil di pulau itu. Dalam suatu sesi pengakuan dosa, seorang penjual kondom menceritakan kebimbangannya dengan usahanya yang menyebabkan tidak ada kelahiran di sana. Fabian kemudian bekerja sama dengan si penjual (aduh, siapa sih namanya) dengan melubangi kondom yg akan dijual. Tak hanya itu, mereka juga bekerja sama dengan apoteker lokal yang menjual pil2 KB, sehingga justru menjual pil kesuburan. Tak lama setelah itu, beberapa kehamilan terjadi, dan orang2 yg terlibat mau ga mau harus melangsungkan pernikahan. Niat baik Fabian pun berhasil. Tapi tentu saja, banyak efek samping lain yang tidak diharapkan. Aborsi, bunuh diri, bayi yang dititipkan, sampai masalah pedofil, semua terjadi tanpa bisa dicegahnya. Jadi, itikad baik kadang tidak cukup. Film ini mengandung sindiran kepada autoritas gereja juga, dalam menangani isu2 yang terjadi di sana, seperti pendeta yang melakukan tindak pedofil. Dark comedy, artinya banyak berisi adegan2 lucu, tapi sebenarnya satir. Setelah pemutaran, ada doorprize untuk beberapa pengunjung yang beruntung. Di sini ga juga ketemu temen2 kuliah, rika dan adit.
Abis film kedua itu, gw pulang naik kereta. Bisa aja sih lanjut ke film berikut, tapi di film kedua tadi, duduknya udah ga nyaman, dan mesti bolak-balik ganti posisi duduk. Tujuan hari itu berhasil.
Kemudian di hari Kamis, kesana lagi untuk nonton bareng bella dan mput. Tadinya mereka rencana nonton di Taman Kodok, atau Erasmus Huis, tapi gw usulin ke Goethe aja karena lebih deket. Kali ini nonton yang jam 19.30, karena bella baru keluar kantor jam setengah 6. Sebenarnya Kamis itu kalo ga ke Eos, gw mau ke Blitz buat nonton Amazing Spider-Man 2, tapi karena yg Eos jadi ya Eos aja. Ke Goethe jam 6an, dimana masih nunggu film yg jam 5 selesai. Duduk2 dulu, ambil tiket, muter2 Goethe sebentar, trus ngantri buat masuk auditorium. Nah, kali ini, yang nonton banyak banget. Jadi, keliatan kalo yg jam 14.30 itu yg nonton sedikit, mungkin kira2, 1/3nya, kalo jam 5 lumayan banyak (karena ada yg baru dateng dari kantor), kira2 2/3 lah. Nah, yg jam 19.30 ini bisa dibilang tempat duduknya penuh. Yg depan2 juga keisi.
Film yg kita tonton adalah, I Want You, film drama dari Spanyol. Menceritakan seorang laki-laki macho ala Jacob Black bernama Hache (H, nickname dari Hugo) yang baru balik ke Spanyol setelah berapa tahun di Inggris. Dia ketemu lagi dengan kakaknya, dan temen2nya, dan juga cewek cakep yg ngikutin dia, bernama Gin. Mereka yg tadinya terlibat cekcok, sok-sok berantem tapi ujung2nya suka. Hache membawa Gin ketemu temen2nya, dan segera akrab. Hache juga punya urusan lain, dia masih nyari2 mantannya, Babi (nama orang, kyk baby). Film ini rupanya sekuel, di film sebelumnya sepertinya Hache dan Babi ini putus setelah terjadi kecelakaan yg merenggut nyawa temen baik mereka. Hache dan Gin terus jadian, dan kebetulan mereka ketemu di tempat kerja di stasiun TV, dimana Hache jadi asisten sutradara, dan Gin jadi salah satu kontestan idol gitu. Hingga suatu malam yg jadi klimaks film ini, Hache diminta ketemu sama Babi, mengabaikan Gin yg lagi mau tampil. Mana abis itu Gin sempet hampir diperkosa sama produsernya, trus Hache berantem sama produsernya sampe bikin masuk rumah sakit. Trus terakhir Hache tanding balap liar sama preman setempat. Ah pokoknya ga tau lah macem2 masalahnya, dan akhirnya Hache sadar untuk ga bertindak gegabah, setelah itu baikan lagi sama Gin. Fokus utama di film ini adalah karakternya. Selain fisiknya cakep2, cowoknya kayak Jacob, berotot gitu, cewek2nya jg cakep dan seksi. Gin juga karakternya bengal gitu, bisa taekwondo. Dan film ini mengandung beberapa adegan seks, 3 kali sih, 2 si Hache dan Gin, dan sekali Hache dan Babi. Mana si Gin ini liar banget, sampe ada nudity, trus adegan seks di toilet studio. Yg berujung si produsernya mergokin, dan kemudian sampe2 hampir merkosa si Gin kan. Ah, begitulah pokoknya.
Film selesai jam setengah 10, dan kita langsung bergegas ke stasiun. Untung langsung dapet kereta, dan gw sampe rumah jam setengah 11. Untung juga sih, gw takutnya bisa sampe tengah malem gitu. Oiya, tadi ketemu lagi sama rika dan adit. Rupanya mereka ngikutin Eos tiap hari. Kalo gw sih, ya udah sih 3 kali itu udah cukup, udah nonton di tiap pemutaran jam yg siang, sore, dan malam. Besok2nya ga kesana lagi. Ga mesti diikutin semua lah, yg penting udah nonton.
Di antara ketiga film yg gw tonton, gw bersyukur salah satunya adalah The Priest's Children, karena menurut gw film itu keren banget. Sampai jumpa di tahun berikutnya, mudah2an venuenya ga jauh2.
-OoO-
No comments:
Post a Comment