Featured Post

[Review] Game of Thrones (season 6)

Setelah setahun, GoT kembali di season 6. Sebenarnya gw juga ga begitu nunggu2 sih, karena lagi asik ngikutin serial yg lain (The Flash...

Wednesday, October 10, 2012

[Review Film] Our Town (2007)


Prelude:

Jadi ceritanya gw lagi liat2 salah satu film Taiwan di RED, salah satu channel tv kabel yg khusus nayangin film2 Asia. Filmnya Would You Still Love Me kalo ga salah, yg mana ceritanya gw ga tau apaan, soalnya cuma ngeliatin pemeran ceweknya doang yg cakep. Lalu pas di iklan liatlah iklan film Korea yg menarik banget. Judulnya Our Town. Dari trailer iklan itu, disebutin a gifted killer meet natural born killer, atau semacam itulah. Wow, another Korean thriller movie. Pasti bagus nih. Karena itulah gw tonton lagi yg siaran ulangnya.

Plot? Hmm, karena biasanya gw beberin plotnya detail banget, kali ini gw coba ulas dengan cara lain.

Years ago, seorang anak kecil hidup bersama ibunya. Ibu yg cuek-cuekan sama anaknya, berprofesi rentenir, dan hampir tiap hari membawa pacar2nya ke rumah, dan menyuruh anaknya diam. Si anak dalam hati membenci ibunya yang despicable itu. (susah nyari padanan bahasa Indonesia yg bagus)

Lalu ada dua orang anak, beberapa tahun lebih tua dari anak tadi, yg berteman baik, hampir seperti saudara. Orangtua Gyeong-ju punya pabrik furnitur, dan dia sering mengajak Jae-shin, temannya itu mampir ke rumahnya.

Kemudian rentetan peristiwa terjadi di masa itu, mencemari sifat baik anak2 itu, dan menyebabkan permasalahan yang terjadi di kemudian hari.

Ayah Gyeong-ju yg pemabuk menghina Jae-shin yg yatim piatu. Hal itu cukup untuk membuat Jae-shin kesal dan kembali setelahnya untuk membakar rumah mereka. Tak terduga, ayah Gyeong-ju muncul, dan Jae-shin sempat berkelahi dengannya, membuatnya pingsan.

Kejadian itu membuat rumah itu terbakar, dan ayah-ibu Gyeong-ju tewas. Gyeong-ju sendiri yang sebenarnya berada di sana, menyelamatkan dirinya sendiri sementara ibunya masih berusaha menyelamatkan ayahnya. Kejadian ini membuatnya merasa bersalah. Juga demikian dengan Jae-shin yang keesokan paginya mendapati bahwa tak hanya rumah yg terbakar, tapi orangtua teman baiknya juga.

Kejadian yang membawa ke kejadian berikutnya. Setelah kebakaran itu, aset2 pabrik gyeong-ju diambil alih oleh wanita rentenir tadi. Gyeong-ju mengira wanita itu turut bertanggung jawab atas kematian ibunya, karena itulah dia membunuh wanita rentenir itu. Wanita yg merupakan ibu dari Hyo-i. Dan Hyo-i menyaksikan kejadian itu. Setelahnya dia terliaht memelintir kepala kucing peliharaannya.

Ketiga anak itu, Gyeong-ju, Jae-shin, dan Hyo-i kemudian sempat berada dalam satu lingkungan yg sama, di panti asuhan (karena Gyeong-ju dan Hyo-i kehilangan orangtuanya, menyusul Jae-shin yg sudah lebih dulu orphan). Di tengah2 bully oleh teman2 seumurannya, Gyeong-ju berperan sebagai kakak Hyo-i dan melindunginya, hingga Hyo-i memanggilnya 'guru'. Ironis, karena Gyeong-ju tidak menyadari kalau anak itu adalah anak dari wanita yang dibunuhnya.

Benih dari peristiwa2 kriminal yang terjadi kemudian.

Pembunuhan berantai, dimana korbannya selalu wanita, dengan modus yang sama.

Gyeong-ju sekarang menjadi penulis yg kesulitan membayar uang sewa rumahnya. Dia menulis cerita kriminal, dengan detail yg akurat, termasuk tingkat kekerasannya. Semua detail yang muncul karena pengalamannya membunuh di waktu kecil. Tak hanya itu, otaknya pun menjadi sangat imaginatif, dalam satu adegan dia membayangkan pembunuhan sepasang orang lewat secara mendetail, yg dilakukan sendiri olehnya. Pertikaian dengan nyonya pemilik rumah yg menagih uang sewa dan menghina orangtuanya, membuatnya melakukan pembunuhan lagi, dan menyamarkannya sebagai copy cat dari pembunuhan berantai yg sedang terjadi.

Jae-shin, yang dulunya anak bandel, menjadi polisi, pangkat letnan, yg menangani kasus pembunuhan berantai ini. Terlepas dari statusnya sebagai orang luar (bukan polisi), Jae-shin sering bertemu dan minum2 bersama Gyeong-ju, sembari menceritakan kasusnya. Hingga kemudian dia menyadari bahwa Gyeong-ju kemungkinan besar adalah pelakunya. Jae-shin menolak untuk menahannya, karena merasa bertanggung jawab telah membuat Gyeong-ju menjadi pembunuh. Tapi kemudian dia pun paham kalau ada pembunuh yang asli, pelaku dari pembunuhan berantai ini.

Hyo-i. Thanks to Gyeong-ju yang membunuh ibunya (yg sebenarnya membuatnya senang), kemudian menjadi pelindungnya di panti, Hyo-i mencontoh Gyeong-ju. Dia pun mulai membunuh. Jika dibandingkan dengan Gyeong-ju, Hyo-i lebih gila. Psikopat sejati. Dan dia cerdas, lebih cerdas ketimbang Gyeong-ju dan Jae-shin. Dia berbaur dan membuka toko.

Kemudian mereka bertiga bertemu pada klimaks cerita.

Gila. Satu lagi film thriller Korea yang membuat gw mikir keras. Bukan sekedar pembunuhan berantai, tapi juga latar belakang dan tiga tokoh utama yang kuat, masing2 punya ceritanya sendiri yang saling berkaitan. Dalem banget pokoknya, apalagi kalo udah bagian flashback. Sedih dan ngeri nontonnya.

Disini kita juga bisa liat dengan jelas gimana psikopat yg sebenarnya itu, si Hyo-i. Yang dengan mudahnya membunuh anjing peliharaannya, karena anjing itu memakan jatah makanan Hyo-i. Bagaimana dia bersikap sebagai anak muda yg sopan dan rajin membantu orang lain. Bagaimana dengan tenangnya dia menyamar sebagai wartawan dan menyelinap ke markas polisi. Bagaimana dia dengan sengaja memberikan banyak petunjuk untuk dipecahkan. He wants to be caught, but he's not gonna make it easy.

Karakter Gyeong-ju menimbulkan simpati. Tadinya gw kira emang dia pembunuhnya lho, termasuk adegan bunuh orang yg lagi parkir mobil di jalan malem2. Ga taunya cuma bayangin. Dia juga, karena pernah membunuh orang, jadi paham cara berpikir pembunuh. Meski masih terlambat, dengan cepat dia bisa menyimpulkan siapa korban yg sebenarnya menjadi sasaran di pembunuhan berantai. Iya, pembunuhan berantai yg mirip pembunuhan ABC-nya Agatha Christie, hanya ada satu korban saja yg sebenarnya diincar. Yang lain hanya melengkapi.

Kemudian teringat kata-kata Gyeong-ju ke Jae-shin: "You want to catch the killer, you gotta think outside the box, think like them."

Rating: 9/10.

No comments:

Post a Comment