Featured Post

[Review] Game of Thrones (season 6)

Setelah setahun, GoT kembali di season 6. Sebenarnya gw juga ga begitu nunggu2 sih, karena lagi asik ngikutin serial yg lain (The Flash...

Saturday, September 16, 2006

Nikah?

Tadi pagi gw dapet kabar dari milis angkatan SMA gw kalo temen gw ada (lagi) yang nikah. Nurul, temen sekelas gw waktu kelas 1. Gila aja, berarti udah ada 2 orang dari kelas 1 C yang nikah. Pertama Eha, kedua Nurul, keduanya jilbaber. Kalo mau diurut2 lagi, tetangga gw yang temen SD gw juga udah ada yang nikah. Trus senior gw di SMA yg satu ekskul ama gw juga udah nikah. Ah ntah papa ini, lagi musim nikah ya.

Tapi dari contoh di atas gw tau jenis nikah seperti apa yang dialami temen SMA gw itu. Karena terlibat dalam yang namanya mentoring, kadang2 ada yang namanya dikenalkan (taaruf) dengan seseorang yang bahasa lainnya "dijodohkan", dan akhirnya setuju saja dan berlangsunglah pernikahan dengan cara ini.

cinta adalah anak dari kecocokan jiwa, dan jika itu tidak pernah ada, cinta tidak akan pernah tercipta dalam hitungan tahun bahkan milenia...

walaupun dilabeli dengan kata ibadah dan sebagainya, gw ga bakal mau kalo nikah dengan cara seperti itu. Kecuali kondisi di atas tercapai. Tapi, bisakah kondisi yang di atas itu tercapai? Berbahagialah orang-orang yang berhasil mendapatkan kondisi seperti itu, dan hidup berbahagia sepanjang sisa hidupnya. Sulit, kalo melihat cara pandang gw yang sekarang.

Ini keadaan gw sekarang :
status : single, dan saat ini sedang tidak berminat menjalin hubungan dengan siapapun, kecuali dengan aya ueto. Di luar itu, hanya menerima hubungan teman saja.

jadi inget percakapan kemaren ama sisko :
s : apa sih yang lu liat dari dia? I mean, she (aya) lives in different world gituh
gw : because I have nothing to expect. beda kalo disini.

Kalo kita suka dan cinta ama orang yang sering kita temui, makin hari pasti harapannya makin besar. Kalau harapan itu terwujud, cinta akan berakhir bahagia. Tapi jika tidak, penderitaan yang akan didapat. Makanya gw mengusahakan untuk tidak berharap apa-apa dari seseorang. Tapi bagaimanapun, manusia butuh seseorang untuk dicintai. Jika harus mencintai, maka hanya aya saja yang akan kucintai.

I don't consider her as an idol or artist. I consider her as a girl. Bagaimanapun, Aya memenuhi kriteria sebagai berikut :
- tinggi badan tidak melebihi tinggi badanku
- tidak ganjen, sok cakep atau sebagainya
- gak bandel (ga ngerokok dsb)
- tidak gemuk (40an)
- bukan orang yang lemah dan cengeng, malah tergolong tomboy. Liat aja di Azumi dan Attention Please.
- umurnya sama, jadi ga ada istilah perbedaan umurnya jauh. Cuma beda 2 bulan aja.

Jadi, melihat kondisi yang di atas, sulit sekali membayangkan gw akan menikah, mencari pasangan aja ga mau, gimana mau nikah. Apa akan berakhir seperti ini ya, bahwa gw ga akan menikah seumur hidup.

Jodoh ada di tangan Tuhan. Ga perlu dikejar-kejar pun akan datang sendiri.
Lalu kalau memilih untuk ga menikah apakah itu juga namanya jodoh? Apakah jodoh akan tetap datang?

Sebetulnya sering terbayang di kepala dan di lamunan : Kalo gw bisa pergi ke Jepang, bertemu dengan Aya, lalu berteman (saja, bukan langsung menyatakan cinta). Kalau memang nasib menentukan, dan kami saling suka, barulah pernikahan akan terwujud. Kedengarannya ga mungkin, tapi di dunia ini ga ada yang ga mungkin, walaupun itu sangat sulit terjadi.

2 comments:

Anonymous said...

postingan yang aneh,, :P

Anonymous said...

biarpun aneh, tapi gw serius lo, ga bercanda

Post a Comment