Featured Post

[Review] Game of Thrones (season 6)

Setelah setahun, GoT kembali di season 6. Sebenarnya gw juga ga begitu nunggu2 sih, karena lagi asik ngikutin serial yg lain (The Flash...

Wednesday, August 08, 2012

Sepertinya Anda Sedang Tidak Beruntung Malam Ini

Lewat tengah malam, beberapa menit menjelang jam 2 pagi. Di saat kebanyakan orang sedang terlelap di tempat tidurnya yang hangat, masih tersisa segelintir manusia yang berkeliaran di jalanan, seperti halnya denganku. Wajar saja, mereka pasti lelah dan butuh beristirahat untuk mengulang rutinitas yang sama di pagi harinya. Karena itulah, aku bisa mengemudikan mobil ini dengan santai, dengan kecepatan sedang, sembari menyetel beberapa lagu untuk membuatku terjaga.

"Mulai terasa lelah aku bertahan
Terlalu lama kau terdiam
Terlalu lama kau meredam cinta"

Di waktu-waktu seperti ini, apalagi dengan suasana yang terlampau hening, mengendarai kendaraan seorang diri sebenarnya cukup merisaukan. Tidak terlalu aman. Ancaman bisa datang dalam berbagai bentuk. Sudah banyak cerita yang beredar tentang penampakan mahluk halus yang ditemui orang-orang ketika berkendara di malam hari. Belum lagi aksi kriminal yang kerap terjadi, seperti perampokan dan penodongan. Untungnya, hal-hal itu tidak membuatku gentar. Aku dalam keadaan sadar sepenuhnya, tidak ikut-ikutan menenggak alkohol pada pertemuan tadi. Aku lebih memilih menikmatinya sendiri setibanya di rumah nanti.

"Bawa ku pergi dari ini
Di tempat kau berpaling
Dan bila ku pergi dari ini
Akankah kau kembali?"

Kenikmatanku mendengarkan lagu ini terputus oleh suara sirine yang muncul begitu saja. Kuperhatikan dua mobil polisi melaju dari belakang mobilku. Sesaat kemudian, mereka menyusulku dan memberi tanda padaku untuk berhenti.

Dengan patuh kupinggirkan mobilku dan mematikan mesinnya. Hmm, sepertinya aku tidak melanggar batas kecepatan atau lampu merah dan sejenisnya.

Dua orang petugas keluar dari salah satu mobil patroli, disusul dengan dua petugas dari mobil satunya. Keempat petugas itu sekarang mengelilingi mobilku, memastikan agar aku tak bisa melarikan diri. Salah satu petugas menghampiriku dan menyapa.

“Selamat malam, Pak.”

“Selamat malam. Ada masalah apa, Pak?”

“Kami sedang melakukan pemeriksaan rutin. Boleh saya liat SIMnya?”

Tanpa banyak tanya, kuturuti permintaannya. Dia memeriksa sejenak, kemudian mengembalikannya padaku.

“Maaf Pak, bisa buka pintu bagasinya? Kami ingin memeriksa mobil Anda.”

Lagi-lagi, tanpa banyak tanya, kulakukan hal itu.

“Mohon Anda keluar sebentar selama kami melakukan pemeriksaan.“

Baiklah. Aku pun beranjak keluar dari mobil dan menunggu di pinggir jalan, bersama seorang petugas yang mengawalku. Tiga orang lainnya bergegas menggeledah seisi mobilku.

I know. I heard about them before.

Selain mahluk halus dan rampok, aku lupa menambahkan jenis gangguan keamanan yang mungkin terjadi di dini hari seperti ini. Oknum polisi. Aku pernah mendengar berita tentang pengendara yang dijebak oleh beberapa oknum dengan dalih razia narkoba. Mereka akan menemukan beberapa obat-obatan dan menuduh bahwa itu adalah narkoba, kemudian mengintimidasi korban, yang berujung pada keluarnya sejumlah uang dalam jumlah besar.

Aku menghela napas. Seseorang sedang tidak beruntung malam ini. Bagaimana mungkin kita bisa menerka kejadian buruk apa yang bakal menimpa kita? Semua dapat terjadi seketika. Tak terkecuali malam ini.

Dan betullah.

“Ketemu!” teriak salah seorang petugas.

Tak berapa lama, salah satu dari mereka menunjukkan hasil ‘temuannya’, dua kantong bubuk putih dan beberapa pil.

Dengan tegas dia berkata, “Kami percaya ini adalah obat-obatan terlarang. Anda harus ikut ke kantor polisi untuk diperiksa lebih lanjut.”

“Apa Anda yakin?” tanyaku dengan tenang.

“JANGAN MEMBANTAH!” salah seorang membentakku.

“Obat-obatan itu bukan milik saya.” Kataku lagi dengan tenang.

“Saya bilang jangan bantah! Ngerti gak sih?!”

Aku menghela napas. I was simply giving them a chance to save themselves.

“Hmmm...” aku menggumam, pandanganku menerawang.

“HEH! Malah bengong! Ayo, cepat ikut kami!”

Aku menatap keempat petugas itu bergantian dengan sedih.

“Aku sedang berpikir...” jawabku perlahan.

Terngiang kembali beberapa kalimat di lagu tadi.

"Tak selamanya ku mengalah
Tak selamanya ku diam"

Keempat petugas itu mengelilingiku, cukup dekat sehingga tidak memungkinkanku untuk lari.

“Aku sedang berpikir, siapa di antara kalian yang akan kubiarkan hidup lebih lama.”

Mereka terlihat heran. Bagus.

Dengan cepat kuhantamkan siku kananku pada petugas di sampingku, ke arah wajahnya. Seketika dia meringis kesakitan.

Aku tidak berhenti sampai di situ. Kuarahkan tinjuku ke petugas nomor dua, ke ulu hatinya. Menyusul petugas nomor tiga dan empat.

Dalam hitungan detik, aku berhasil melumpuhkan mereka semua. Keempatnya berusaha berdiri sambil menahan sakit akibat seranganku barusan.

Ketika salah seorang berusaha meraih pistol di pinggangnya, dengan sigap aku meraih pistol dari balik jasku.

DOR!

Suara letusan itu adalah yang pertama terdengar malam ini. Petugas nomor satu, sebutir peluru bersarang di kepalanya. Dia tak akan bangun lagi.

DOR! DOR!

Petugas nomor dua dan petugas nomor tiga menyusul petugas nomor satu beberapa saat kemudian.

Aku berpaling pada petugas yang tersisa, yang tadi menunjukkan hasil ‘temuannya’ dari mobilku.

DOR! Kutembak pahanya.

“Uwaaaargh!!” jeritnya.

75% pekerjaanku selesai malam ini. Hanya tinggal penyelesaian akhir. Kuhampiri petugas nomor empat yang sibuk memegangi kakinya yang terus mengucurkan darah.

 “Aku tidak suka membuang-buang amunisiku. Karena itulah, aku menembak mereka tepat di kepala. Sedangkan untukmu, aku membuat pengecualian. You see, aku ingin mengatakan beberapa hal sebelum kau mati, lalu kau bisa menyampaikannya pada rekan-rekanmu di alam sana.”

“Aku sudah beberapa kali mendengar kejadian seperti ini, dimana kalian, polisi-polisi korup berulah. As much as it disgusts me, I don’t give a damn about it. Sampai malam ini, ketika aku bertemu langsung dengan kalian.”

Petugas itu merintih. “Kami hanya melakukannya karena kami membutuhkan tambahan penghasilan.”

Please... you don’t have to explain. Aku paham. Hanya dengan satu kali penggerabekan, kalian bisa mendapat banyak uang, dan siapa tahu, promosi jabatan. Tapi tentunya kalian juga mesti paham kalau jenis usaha sampingan ini berisiko. Kadang-kadang kalian beruntung, mendapatkan mangsa yang empuk, dan terkadang... kalian tidak beruntung. Nah, malam ini... bukanlah malam keberuntungan kalian. Kalian memilih orang yang salah sebagai mangsa kalian.”

Kutempelkan ujung pistolku ke dahinya.

Dia mulai menangis dan memohon. “Tolong, jangan bunuh saya! Saya punya istri dan dua anak di rumah.”

“Kau seharusnya memikirkan tentang mereka sebelum memulai usaha sampinganmu ini.”

DOR!

Letusan kelima, yang terakhir di malam ini, mengantarkan petugas korup itu ke alam sana.

*

Beberapa menit kemudian, aku sudah kembali mengemudikan mobilku, melintasi jalanan yang masih sepi. Lebih sepi tanpa kehadiran empat jiwa yang baru saja kubuat melayang.

Kemudian, tanpa bisa kutahan-tahan lagi, aku pun tertawa sekeras-kerasnya.

Oh, this is fun. I should do this more often, batinku.

~

Diambil dari lagu Peterpan – Dilema Besar
Juga berdasarkan kekecewaan atas insiden-insiden serupa yang terjadi.

No comments:

Post a Comment