"Oke, teman-teman, berikutnya ada salah satu rekan yang mau bicara tentang kesan pesannya selama bergabung di klub ini. Silahkan."
Pak ketua pun mempersilahkanku untuk naik.
"Ehm, halo, selamat malam semua. Aku cuma mau bilang, kalo aku bahagia sekali bisa mendapatkan kesempatan untuk mengikuti klub ini sejak awal. Bergabung dengan orang-orang yang juga menyukai film memberiku banyak hal. Apalagi banyak diantara kita yang berbakat yang juga turut berperan dalam membuat filmnya sendiri. Dengan kegiatan nonton bareng yang rutin dilakukan tiap minggunya, membuat kebersamaan di antara kita semakin kuat. Sekarang bahkan aku bukan hanya menganggap kalian sebagai teman, tapi saudara. Keluarga. Apalagi sekarang kita sudah berhasil menghasilkan beberapa film independen sebagai hasil karya kita. Ke depannya, aku yakin kita akan bisa membuat lebih banyak film lagi, dan menjadi penyuplai film-film berkualitas yang dibutuhkan negara ini. Kita pasti bisa melakukannya. Menjadi pembuat film terbaik di negara ini, dan bahkan terbaik sedunia, melebihi kehebatan film-film Hollywood di sana. Dan semua ini tak lepas dari peran para ketua yang sudah bekerja keras dalam mendirikan klub ini dan mengatur kita semua. Thank you so much."
Aku memperhatikan reaksi mereka semua yang mendengarkanku bicara. Sebagian besar berseri-seri karena bersemangat, tapi ada juga yang tak terlalu gembira, mungkin tidak yakin dengan harapan-harapan yang kujabarkan tadi.
"Oh, I know. Too good to be true, huh? Kenyataannya adalah, semua kegiatan ini membuatku bosan dan muak. Aku benci kalian semua. Apanya yang keluarga? Hampir sebagian besar di antara kalian individualis. Maunya mendapat bantuan dari yang lain, tapi tidak mau melakukan hal yang sama ke anggota lainnya. Karena itulah, saat ini juga, lebih baik klub ini dibubarkan untuk selama-lamanya."
Reaksi mereka pun berubah. Kaget, mendengarkan monologku yang berapi-api. Kutunggu sekitar semenit, baru kulanjutkan.
"April Mop, teman-teman. Hahahaha!"
Mereka pun ikut tertawa, menyadari kalau ini hanyalah candaan, tidak serius. Kubiarkan mereka tertawa selama beberapa menit.
"Okay. Release the gas now."
Di seberang ruangan, seorang wanita, rekanku, mendengar isyaratku dengan baik. Dia menarik sebuah tuas di dinding. Gas pun menyembur dari sudut-sudut ruangan aula ini. Dalam sekejap gas itu memenuhi ruangan, dan orang-orang yang panik pun berusaha berhamburan menuju pintu keluar, yang terkunci dengan rapat. Mereka terjebak.
Satu persatu kupandangi ekspresi wajah mereka yang megap-megap karena menghirup gas beracun itu. Darah mulai mengalir keluar dari rongga mata dan hidung mereka. Lima menit kemudian, segala jeritan tak berdaya itu pun lenyap sudah. Mereka semua bergelimpangan di lantai yang penuh dengan darah.
Hanya aku dan rekanku yang tersisa.
"Is it okay? I thought they are friends." katanya.
Kupandangi mayat-mayat yang bertebaran di ruangan ini.
"They are not our friends." jawabku dengan dingin.
"They're subjects. Once we're done with them, we get rid of them."
Rekanku hanya mengangguk.
"Anyway, there's only 37 of them. It's supposed to be 40, including us."
Hmm? Dengan cepat aku memeriksa. Betul. Kurang satu orang.
"Well, it's his luck. Maybe he didn't come in the first place. Let's just leave."
Di balik lemari, satu orang anggota yang tersisa, meringkuk ketakutan. Dia sengaja bersembunyi di sana dan memakai kostum aneh, untuk mengagetkan yang lainnya, dalam rangka April Mop. Apa mau dikata, rencananya bukan hanya dikalahkan oleh rencana orang lain, tapi bahkan semua teman-temannya menjadi korban kegilaan orang ini.
Ketika didengarnya langkah-langkah kaki bergerak menjauh dan pintu yang tertutup kembali, dia pun menghela napas lega.
"Really? Do you really think I didn't notice?"
Pak ketua pun mempersilahkanku untuk naik.
"Ehm, halo, selamat malam semua. Aku cuma mau bilang, kalo aku bahagia sekali bisa mendapatkan kesempatan untuk mengikuti klub ini sejak awal. Bergabung dengan orang-orang yang juga menyukai film memberiku banyak hal. Apalagi banyak diantara kita yang berbakat yang juga turut berperan dalam membuat filmnya sendiri. Dengan kegiatan nonton bareng yang rutin dilakukan tiap minggunya, membuat kebersamaan di antara kita semakin kuat. Sekarang bahkan aku bukan hanya menganggap kalian sebagai teman, tapi saudara. Keluarga. Apalagi sekarang kita sudah berhasil menghasilkan beberapa film independen sebagai hasil karya kita. Ke depannya, aku yakin kita akan bisa membuat lebih banyak film lagi, dan menjadi penyuplai film-film berkualitas yang dibutuhkan negara ini. Kita pasti bisa melakukannya. Menjadi pembuat film terbaik di negara ini, dan bahkan terbaik sedunia, melebihi kehebatan film-film Hollywood di sana. Dan semua ini tak lepas dari peran para ketua yang sudah bekerja keras dalam mendirikan klub ini dan mengatur kita semua. Thank you so much."
Aku memperhatikan reaksi mereka semua yang mendengarkanku bicara. Sebagian besar berseri-seri karena bersemangat, tapi ada juga yang tak terlalu gembira, mungkin tidak yakin dengan harapan-harapan yang kujabarkan tadi.
"Oh, I know. Too good to be true, huh? Kenyataannya adalah, semua kegiatan ini membuatku bosan dan muak. Aku benci kalian semua. Apanya yang keluarga? Hampir sebagian besar di antara kalian individualis. Maunya mendapat bantuan dari yang lain, tapi tidak mau melakukan hal yang sama ke anggota lainnya. Karena itulah, saat ini juga, lebih baik klub ini dibubarkan untuk selama-lamanya."
Reaksi mereka pun berubah. Kaget, mendengarkan monologku yang berapi-api. Kutunggu sekitar semenit, baru kulanjutkan.
"April Mop, teman-teman. Hahahaha!"
Mereka pun ikut tertawa, menyadari kalau ini hanyalah candaan, tidak serius. Kubiarkan mereka tertawa selama beberapa menit.
"Okay. Release the gas now."
Di seberang ruangan, seorang wanita, rekanku, mendengar isyaratku dengan baik. Dia menarik sebuah tuas di dinding. Gas pun menyembur dari sudut-sudut ruangan aula ini. Dalam sekejap gas itu memenuhi ruangan, dan orang-orang yang panik pun berusaha berhamburan menuju pintu keluar, yang terkunci dengan rapat. Mereka terjebak.
Satu persatu kupandangi ekspresi wajah mereka yang megap-megap karena menghirup gas beracun itu. Darah mulai mengalir keluar dari rongga mata dan hidung mereka. Lima menit kemudian, segala jeritan tak berdaya itu pun lenyap sudah. Mereka semua bergelimpangan di lantai yang penuh dengan darah.
Hanya aku dan rekanku yang tersisa.
"Is it okay? I thought they are friends." katanya.
Kupandangi mayat-mayat yang bertebaran di ruangan ini.
"They are not our friends." jawabku dengan dingin.
"They're subjects. Once we're done with them, we get rid of them."
Rekanku hanya mengangguk.
"Anyway, there's only 37 of them. It's supposed to be 40, including us."
Hmm? Dengan cepat aku memeriksa. Betul. Kurang satu orang.
"Well, it's his luck. Maybe he didn't come in the first place. Let's just leave."
Di balik lemari, satu orang anggota yang tersisa, meringkuk ketakutan. Dia sengaja bersembunyi di sana dan memakai kostum aneh, untuk mengagetkan yang lainnya, dalam rangka April Mop. Apa mau dikata, rencananya bukan hanya dikalahkan oleh rencana orang lain, tapi bahkan semua teman-temannya menjadi korban kegilaan orang ini.
Ketika didengarnya langkah-langkah kaki bergerak menjauh dan pintu yang tertutup kembali, dia pun menghela napas lega.
"Really? Do you really think I didn't notice?"
Pintu lemari terbuka dengan cepat, sebuah pistol menempel di kepalanya.
Dhuar!
Sebutir peluru pun menembus kepalanya.
Bodoh. Aku sudah tahu sejak awal kalau ada orang yang bersembunyi di lemari itu.
-END-
*oke, sekali-kali yg sadis dikit lah*
8 comments:
Ini KEREN BANGET!!!
Kyaaa... *sukanya yang sadis sadis, hahah
hahahahahahap, keselek :))
huaah.. april mop berdarah..
iya, hehe
makasih sudah mampir :)
keereenn.. sadis bener.. serasa nonton film ala scream :-D
hehehe,
*lama-lama kuatir karena orang2 malah bilang yg sadis2 itu keren*
wow sadis & keren :D
:D
Post a Comment