Featured Post

[Review] Game of Thrones (season 6)

Setelah setahun, GoT kembali di season 6. Sebenarnya gw juga ga begitu nunggu2 sih, karena lagi asik ngikutin serial yg lain (The Flash...

Tuesday, April 10, 2012

Dangerous Men

Aku memberi isyarat pada cab driver untuk berhenti di depan restoran Italia itu. Soriano Trattoria. Entah apa pula artinya. Trattoria, traktor? Doesn't make sense.

Sedikit merepotkan, kalau harus memarkir mobilmu beberapa blok dari tempat ini, kemudian melanjutkan dengan cab untuk jarak yang tidak terlalu jauh. Well, aku tidak mau orang itu melihat mobil yang kupakai. Who knows? He's quite a dangerous man afterall.

Ketika aku memasuki restoran itu, hanya ada dua pelanggan di sana. Dua orang wanita. Salah satunya sedang sibuk mengobrol dengan orang yang kucari. Segera setelah aku duduk di salah satu meja yang kosong, seorang laki-laki, pelayan, datang dan menanyakan pesananku.

I have an appointment with your boss, please tell him that. Kukatakan itu padanya, tanpa memesan apa-apa. Pria muda itu hanya mengangguk dan segera berlalu. Doesn't make sense. Dia terlalu ganteng untuk jadi pelayan. Aku curiga jangan-jangan dia bukan sekedar pelayan. Mungkin dia juga mengerjakan tugas-tugas lain untuk orang itu.

Aku menoleh dan kebetulan bertatapan dengan wanita yang satu lagi, wanita dengan laptop di mejanya. Dia gugup, dan langsung menunduk memandangi laptopnya lagi. Hmph, aku berusaha menahan senyumku. Sayang, dia terlalu kurus.

Kulihat pelayan tadi sudah ada di samping bosnya, yang sedang mengobrol dengan wanita itu, membisikkan beberapa kalimat. Orang itu memandang ke arahku, yang kemudian kubalas dengan seringai kecil. Dia berpamitan pada wanita itu, dan kemudian berjalan ke arahku.

Dengan senyuman lebarnya, yang kutahu cuma pura-pura, dia menyapaku dengan serentetan  bahasa Italia yang tak kumengerti.

"English, Roberto. I don't speak your language," balasku.
"Allright, Aldo. Follow me."

Aku berdiri dan mengikutinya berjalan masuk ke arah dapur, sementara kusadari dua wanita tadi memandangi kami, pastinya bertanya-tanya. Roberto terus berjalan menyeberangi ruangan dapur yang tak begitu ramai, hanya ada sekitar empat orang pegawainya, hingga tiba di pintu belakang, dan membukanya, memberi isyarat padaku.

Tidak ada siapa-siapa di bagian belakang restoran ini selain kami. Aldo memastikan pintu belakang dapur tertutup rapat, mencegah orang lain untuk keluar masuk sementara kami berada di sini.

"I saw you're talking with that girl. Pretty."
"She's just a friend," katanya sambil tertawa.
"Well, in that case, do you mind if I talk to her later?"

Roberto langsung menjawab dengan tegas.
"Leave her alone, Aldo. She's my friend."
"I know, I know. Besides, she's not my type."

Roberto memandangku dengan tajam.
"Well, what about my order?"

Aku balas memandangnya, tak ingin terintimidasi olehnya.
"First of all, I'm gonna ask for extra charge. You didn't tell me this guy was tough. He almost strangled me back there."

Dia berkomentar dengan sinis, "I see you're still alive."
"Of course I am," geramku.

Kurogoh ponsel di saku jaketku, lalu kubuka folder picture. Kutunjukkan padanya beberapa gambar yang kuambil. Tidak ada perubahan ekspresi di wajahnya, tak peduli betapa mengerikannya gambar yang baru saja kutunjukkan.

"Good job. And the body?"
"I already burn it. Nothing left."

Dia menganggukkan kepalanya.
"Alright. The money will be wired in an hour, with another 50% for that extra charge. Anything else?"

"I was just wondering, why didn't you do it yourself? I know you've been dealing with these things before."
"Aldo, I'm retiring. I don't do those things anymore."

Bah. Bilang saja kau tidak mau mengotori tanganmu untuk berurusan dengan musuh-musuhmu.

"Well, I'll be going then. I hope we don't see each other again."
"So do I."

Aku pun kembali berjalan menyusuri ruangan dapur, kembali ke dalam restoran, menuju pintu keluar. Tidak perlu berlama-lama berada di tempat ini. Sengaja aku berjalan melewati wanita teman ngobrol Roberto tadi. Aku sempat tersenyum padanya. Dengan ragu-ragu dia balas tersenyum. Dia cukup cantik, tapi aku tahu pasti tipe seperti apa dia. Menjengkelkan.

Segera setelah aku tiba di luar, kupanggil cab yang sudah siaga di depan restoran, untuk kemudian mengantarku beberapa blok ke tempat mobilku terparkir. Kupandangi tulisan 'Soriano Trattoria' pada restoran itu. Hmph, Italian. Selalu saja berhubungan dengan dunia mafia.

Ponselku berbunyi. Ada sebuah pesan masuk. Ah, Ellie. Pasti dia bosan karena menunggu sendirian di hotel. Don't worry dear, we're leaving this town immediately.

-END-

*numpang mengacau dikit :p*

2 comments:

i luv u said...

english ny bgus nih,,,
^_^

MAMPIR YAH...
kunjungan pertama nih,,,,
slamet mnikmati

minky_monster said...

hehe, makasih :D

Post a Comment