Featured Post

[Review] Game of Thrones (season 6)

Setelah setahun, GoT kembali di season 6. Sebenarnya gw juga ga begitu nunggu2 sih, karena lagi asik ngikutin serial yg lain (The Flash...

Friday, March 02, 2012

Selamat Ulang Tahun, Kamu

Judul Asli: Kembar


Minggu sore
29 Februari 2004



“Happy birthday, Irfan!”

Teman-temanku bersorak mengucapkan selamat dan menyalamiku. Tak lupa, mereka juga membawakan sebuah kue blackforrest. Aku tidak tahu dimana mereka membelinya, atau sejak kapan mereka mempersiapkan kejutan ini, tapi yang jelas tentu saja aku senang sekali dengan momen ini. Tidak menyangka, teman-teman yang biasanya brengsek ini ingat dengan ulangtahunku yang termasuk langka.

Suasana di sekitar foodcourt di kompleks olahraga tempat berlangsungnya Porseni tahun ini pun jadi sedikit ramai karena kegaduhan yang kami buat. Untungnya, tidak terlalu banyak orang yang berada di sana, karena masih ada beberapa cabang yang masih dipertandingkan. Aku sendiri masih dalam keadaan berkeringat dan memakai seragam tandingku, karena baru setengah jam yang lalu pertandinganku berakhir.

Tak berapa lama, teman-temanku pun beranjak pergi untuk menyaksikan beberapa pertandingan final, meninggalkanku beserta kue yang masih tersisa banyak.

"Hai."

Seorang gadis menyapaku. Dilihat dari pakaiannya, kelihatannya dia salah satu atlet voli dari sekolah lain.

"Kamu ulang tahun hari ini?" tanyanya.

"Iya." jawabku sambil nyengir.

"Sama dong. Aku juga," ujarnya sambil tersenyum lebar.

"Eh, beneran? 29 Februari juga?"

Dia mengangguk. Aku menyodorkan kue blackforrest di tanganku.

"Mau ikut ngabisin juga?"

Dia tertawa, dan kemudian ikut bergabung di mejaku.

"Kenalkan, namaku Irfan. Kamu?"

"Raya."

Sambil melahap sisa kue, kami pun mengobrol.

"Ulangtahunmu ga dirayain, Ray?"

"Tadi sudah. Lagian, namaku kan Raya. Pasti selalu di-Raya-in," katanya sambil tertawa.

Aku pun turut tertawa. Dia ini lucu juga.

“Tapi jarang sekali ya, ketemu dengan orang yang sama-sama lahir di tanggal 29 Februari.”

“Betul. Orang yang lahir di tanggal ini aja udah langka, apalagi bisa ketemu langsung dengan salah satu di antaranya. What are the chance?” sahutnya.

“Apalagi, kalo melihat bahwa kita sama-sama masih SMA, kita pasti lahir di tanggal dan tahun yang sama, 29 Februari 1988.”

“Iya! Karena tahun kabisat itu kalo ga 88, ya 84 atau 92. Tapi kalau 84, berarti umurku sekarang 20, dan kalau 92, umurku 12. Bukan umurnya anak SMA.”

“Hehe, kita ini berarti udah seperti kembar ya, lahir di hari yang sama.”

“Iya banget.”

Dia memperhatikan pakaianku yang serba putih dan bertanya, “By the way, kamu ikut cabang karate ya?”

“Iya. Kamu, voli?”

“Yup. Gimana hasilnya?”

“Semifinal saja.”

“Wah, berarti kamu kuat dong?”

“Hehe, ga juga sih. Aku baru mulai ikut latihan bela diri begitu masuk SMA. Kebetulan lawan-lawan sebelumnya kelihatannya sama-sama pemula, makanya aku bisa menang. Tapi begitu di semi, lawannya udah pengalaman. Kalah telak jadinya. Tim kamu gimana?”

“Babak ketiga. Soalnya pemain andalan tim kami tadi cedera, jadinya kacau balau aja begitu dia ga ada.”

“Bukan kado yang bagus ya, untuk ulang tahun kita yang langka ini?”

“Ga juga. Justru menurutku bisa ketemu dengan orang lain yang ulangtahunnya sama-sama langka, itu hadiah yang sangat berkesan.”

Kami sama-sama tersenyum. Kue blackforrest-nya sudah habis tak bersisa. Kemudian beberapa teman Raya muncul dan memanggilnya.

“Raya, ikut nonton final basket yuk!” 

“Oke,” Raya pun bangkit berdiri.

“Hei, Raya,” panggilku. Dia menoleh.

“Kita harus ketemu lagi nanti.”

Dia tersenyum.

“Pasti!” ucapnya sebelum berlalu dari hadapanku.

~


Jumat dini hari, selepas tengah malam.
29 Februari 2008



Langit malam ini sangat cerah. Aku bisa melihat bulan purnama, dan bintang-bintang yang bertebaran di sekitarnya. Sepertinya mereka ingin memberikan penampilan terbaik mereka untuk kami yang berulangtahun di hari ini.

Teleponku berbunyi. Segera kuangkat.

“Halo.”

“Bagaimana langit di sana?” tanya suara di ujung sana.

“Sempurna. Di sana gimana?”

“Sama. Bintang-bintangnya, indah ya?”

“Iya. Kira-kira mereka sedang membentuk sebuah rasi bukan ya?”

“Entahlah. Aku bukan anak astronomi, hehe.”

Beberapa detik berikutnya kami habiskan dalam keheningan, sambil terus menikmati pemandangan di langit. Ada perasaan menyenangkan di sana, ketika kami yang terpisah oleh jarak, menyaksikan sesuatu yang sama, dan nyata.

“Happy birthday, Irfan.”

“You too, Raya. Happy birthday.”

Aku yakin saat ini dia pun tersenyum, sama sepertiku.


-END-


*tribute untuk orang-orang yang ulangtahun di tanggal 29 Feb*

2 comments:

plut0saurus said...

Keren masih konsisten nulis. :)

minky_monster said...

ga sesmooth kemaren2 tapinya :)

Post a Comment