Featured Post
[Review] Game of Thrones (season 6)
Setelah setahun, GoT kembali di season 6. Sebenarnya gw juga ga begitu nunggu2 sih, karena lagi asik ngikutin serial yg lain (The Flash...
Friday, April 28, 2006
a Rainy Night
berdiri di tengah hujan
aku menatap langit
dan berpikir
betapa nikmatnya hujan ini
menghapus segala kesedihan
dan keluh kesah di hati
membasahi kepalaku
dan pikiranku
Kemarin malam akhirnya pulang keujanan lagi. Makasih buat seseorang yg ngasihtau kalo ujan udah reda, dan gw berkata "harus segera pulang" dan menuju pintu keluar dengan semangat, sbelum melihat bahwa di luar ternyata... masih hujan. Badai sudah reda, betul sekali, tapi hujannya tidak. Ingin kembali, aku tak bisa menarik kata-kata yang sudah kukeluarkan. Jadilah aku pulang menerobos hujan rintik-rintik ini.
Tapi tidak apa-apa. Toh gw ga takut hujan, gw malah suka dengan hujan dan air. Air hujan bisa menyegarkan kepala, membasahi rambut, dan membuat kulit terlihat lebih putih. Bahkan dalam kondisi hujan lebat sekalipun sebenarnya gw ga keberatan kalo harus ujan-ujanan. Gw ga takut bakal sakit atau gimana. Yang gw khawatirkan adalah : buku. Kalo tas gw keujanan dan buku di dalemnya ikut basah, bisa repot nanti, wujudnya akan rusak. Apalagi kalo misalnya itu buku buku teman. Bisa gawat. Makanya gw selalu menyediakan plastik yang cukup besar untuk membungkus buku di dalam tas. Bagaimana dengan tasnya sendiri dan alat-alat lain di tas. Biarin aja, mereka bisa bertahan kok. Yang harus dipertanyakan adalah bagaimana mungkin buku itu lebih berharga dari badan gw sendiri.
Seumur-umur gw hampir ga pernah bawa payung. Bahkan walaupun punya mungkin ga akan gw bawa. Hanya dalam keadaan terdesak untuk melindungi buku yang gw bawa sajalah yg membuat gw bawa payung. Selebihnya kalo hujan dan gw mesti pulang, ya gw pulang ujan-ujanan, kecuali ketika ada teman yang baik hati menawarkan payungnya untuk dipakai bersama-sama. Tentu ga boleh ditolak, tapi kadang-kadang gw pingin supaya tas gw aja yg dipayungin, soalnya kalo dipake berdua ujung-ujungnya malah dua-duanya basah.
Di angkot, ya di angkot, bukan jalan kaki, karena gw masih memikirkan nasib buku di tas ini, berkerumun orang-orang yg gw sebut sampah. Iya sampah. 3 orang di bangku depan, salah satunya cewek, dan 2 orang di bangku persis di belakang bangku depan, sepanjang perjalanan ribut mulu. Teriak-teriak dengan bahasa kampungan, dan jejeritan ga jelas. Very insulting. Ga tau tuh supirnya kayaknya ga berdaya juga, dan ga berani negur. Takutnya ni "anak-anak muda yang norak banget" ini bikin rusuh, dan ganggu penumpang. Anak-anak muda yang kegiatannya ga jelas dan cuma hura-hura, dandan ga jelas, sok-sok ngikutin gaya anak band, dan nongkrong sampe malam cuma buat ngobrol2 ga jelas dan ketawa sambil teriak-teriak.
1 comment:
Ko lu ga mau di-link ke gw si, Dwi? Padahal lu bagus dan jujur kalo nulis.. Thank you bole baca, hehe...
Post a Comment