Cast: Jake Gyllenhaal, Michelle Monaghan, Vera Farmiga
Plot:
Captain Colter Stevens (Gyllenhaal), tiba-tiba mendapati dirinya di sebuah kereta, bersama Christina, wanita yg tak dia kenal (Monaghan). Lebih kaget lagi karena begitu dia ngeliat dia kaca, wajah orang lainlah yg muncul di sana, seorang guru bernama Sean Fentress. Tak berapa lama keretanya meledak karena bom.
Stevens terbangun lagi dan mendapati dirinya di sebuah pod. Goodwin (Farmiga) yang dilihatnya lewat monitor, memberitahunya bahwa dia berada di dalam mesin bernama Source Code, untuk menyelidiki kasus pengeboman kereta tadi, yang sudah terjadi pagi itu. Stevens dikirim ke semacam alternate reality sebelum bom meledak, dengan menjadi Sean Fentress. Dia punya 8 menit, setiap kali, untuk mengumpulkan informasi supaya bisa menemukan pelakunya. Mereka berlomba dengan waktu karena serangan bom kereta tadi hanyalah awal dari teror berikutnya yang akan dilakukan si pelaku. Goodwin menekankan bahwa mereka bisa mencegah jutaan korban lain jatuh.
Jadi Stevens pun kembali ke kereta, dan setelah berkali-kali mengulangi rutinitas ala Groundhog Day, beberapa kali menuduh orang yang salah, akhirnya dia menemukan bomnya, dan pada akhirnya, pelakunya. Stevens pun memberitahu Goodwin tentang pelakunya, Derek Frost. Frost pun kemudian segera dibekuk di dunia nyata, dan serangan teror pun berhasil dicegah.
Dan inilah klimaksnya. Film tidak berakhir ketika Frost sudah tertangkap. Karena Stevens berkeras untuk kembali ke alam Source Code, untuk mencoba menghentikan Frost di sana, mencegah keretanya meledak, dan menyelamatkan semua penumpang, utamanya Christina. Goodwin sudah memberitahunya kalau hal itu tidak akan mengubah apapun di dunia nyata, karena keretanya sudah meledak, tapi Stevens tetap berkeras.
Alasannya adalah, karena pada kenyataannya, Colter Stevens sudah mati, ketika bertugas di Afghanistan. Sebagian otaknya masih berfungsi, karena itulah dia terpilih untuk menjadi partisipan di program Source Code. Stevens ingin menyelamatkan kereta itu, dan kemudian benar-benar mati, karena dia sudah lelah dikirim berkali-kali oleh Source Code.
Dengan seluruh data yang sudah dia ketahui, dan kesigapan yang menakjubkan, Stevens menyelamatkan kereta dan membekuk Frost. Dan ketika 8 menit yang seharusnya dia miliki berlalu, Goodwin mencabut life-supportnya, yang otomatis membuat Stevens kali ini benar-benar mati.
Hal menakjubkan pun terjadi. Di alam realita Source Code, dimana Stevens baru saja menjadi pahlawan, dia masih ada di sana, seakan menunjukkan kalau permainan ini belum berakhir. Colter Stevens, yang seharusnya sudah mati, tetap hidup di Source Code, sebuah dunia tersendiri yang terasa sama nyatanya dengan dunia asli, bersama Christina.
Komentar:
Fantastis!
Sebelumnya gw cuma berpikir kalo ini seru banget, dimana Stevens punya kesempatan untuk berkali-kali mencari si pelaku dalam waktu 8 menit. Jadi semacam cerita detektif. Kemudian waktu Stevens akhirnya tahu kalo dia sebenarnya udah mati, ceritanya jadi makin menegangkan. Surprise.
Karakter Colter Stevens ini salah satu karakter pahlawan yang layak dikagumi. Dia sudah tahu kalau dia sudah mati, dan setelah sempat memberontak, dia setuju, kalo dia mesti menemukan pelakunya, untuk mencegah jatuhnya lebih banyak korban. Bahkan ketika dia sudah mengetahui pelakunya, dan memberikan informasinya ke Goodwin, dia tetap berkeras untuk kembali ke Source Code untuk mencoba mencegah bom itu meledak. Why? Dia ingin menuntaskan misinya sampai tuntas, yaitu menyelamatkan para penumpang di dunia Source Code yang, sepengetahuannya dan orang2 lain, hanyalah dunia simulasi.
Hasilnya, dunia yg dikira simulasi itu, tanpa adanya bom yang meledak, dan Stevens tetap hidup, tidak berakhir di sana. Dunia itu tetap ada, dimana Stevens ada di dalamnya. Dan semacam rekursif, di dunia itu, juga terdapat Goodwin dan program Source Code, yg belum bertugas karena bomnya tidak jadi meledak, dan... alternate Colter Stevens yang juga digunakan sebagai partisipan.
Seperti yang dikutip Stevens dalam pesannya ke Goodwin di akhir film,
"If you're reading this email, then Source Code works even better than you and Dr. Rutledge imagined. You thought you were creating eight minutes of a past event, but you're not. You've created a whole new world."
Mengingatkan gw tentang konsep limbo di Inception atau limbo di LOST. Bedanya, kalau limbo di Inception berada di dalam mimpi, dan lingkungannya tidak real. Begitupun limbo di LOST, ada batas waktunya. Di dunia baru hasil Source Code, Stevens akan tetap hidup hingga dia mati sana.
Ada semacam paradox di alam reality Source Code. Stevens kadang ngeliat vision tentang masa depannya, dalam hal ini, ketika dia masuk ke Source Code di kesempatan2 berikutnya, seperti misalnya liat bayangan Christina, dan dia di sebuah tempat.
Dan ada satu hal yang gw masih penasaran. Ada apa dengan scene dimana Stevens dan si penumpang Arab nyuci muka di toilet. Adegan itu muncul tiba2 waktu Stevens lagi ngasih tiket. Yg ini vision. Kemudian waktu di kesempatan berikutnya sewaktu dia bener2 nyuci muka di toilet dengan orang itu, adegan itu sampe diulang2 3 kali. What the hell? Sepertinya bisa jadi bahan diskusi di internet.
Kemudian ada momen yang mengharukan, waktu Stevens menelpon ayahnya, menggunakan nama Sean Fentress. #sampenangis nontonnya.
My Rating: 8.5/10
Btw, do you think it's wrong when he said "My name is Captain Colter Stevens"? Seriously, like, your first name is Captain?
No comments:
Post a Comment