Adalah buku yang berisi kumpulan flashfiction, yang bersetting di suatu coffee shop (atau kafe yah, bukan Starbucks.) Unik, karena tiap cerita punya karakternya sendiri-sendiri; beberapa ada yang merupakan sekuel, atau nyambung dari cerita lainnya. Temanya juga beragam, didominasi oleh drama-drama yang terjadi di antara tokoh-tokohnya. Ada beberapa karakter yang sering muncul atau dibahas dalam buku ini, seperti pasangan Nona Penulis dan Tuan Arsitek, Noshi si pemilik kafe, dan cinta segitiga (?) Hanum, Bayu dan Ale, tentang pengantin yang kabur di hari-H.
Asal muasal buku ini, seperti yang dicantumkan di situs dan promo2 twitnya adalah surat yg dibuat seorang pengagum pada Tuan Arsitek. Tapi awal sebenarnya adalah, surat-surat cinta untuk Tuan Arsitek yg ditulis mbak adit dalam rangka 30harimenulissuratcinta. Begitulah, dari event yg satu, disambung dengan surat dengan perspektif tokoh yang berbeda, dan kemudian malah berkembang sendiri menjadi sebuah event tersendiri. Akhirnya bermunculan juga cerita-cerita lainnya, dengan sistem FF berantai. Peraturannya pun dibuat: ga mesti nyambung dengan cerita sebelumnya, tapi mesti berada di lokasi yg sama (di coffee shop), dan menyinggung/menyebutkan karakter2 lain yang juga ada di sana (di cerita2 yg lain).
Sayapun, yg sebenarnya lagi ga mood untuk nulis waktu itu, akhirnya coba nulis aja, yg akhirnya diberi judul Kacamata. Tadinya ceritanya tentang pertemuan dua orang teman untuk pertama kalinya (setelah sekian lama, mungkin dulu temen SD ato sejenisnya), but I don't want to foreshadowing things. Makanya di akhir, saya bikin twist, bahwa itu sebenarnya pertemuan antara kakak dan adik yang sudah lama ga ketemu. Cerita ini (menurut rencana) akan muncul di cerita nomor 18 di buku The Coffeshop Chronicles.
Padahal saya ga ngerti nama-nama kopi lho :p Baca cerita-cerita lain yg ada jenis kopi segala macem pun ga bisa bedain ato bayangin kayak gimana kopinya. Jenis kopi yg saya minum itu terbatas pada kopi sachet, ga jauh2 dari Coffemix, Kopi ABC, dan waktu itu Nescafe Moccachino. Jadilah pake Moccachino, satu-satunya nama aneh yg pernah saya cobain, untuk dijadikan menu kopi di cerita saya, hehe. Suka minum kopi bukan berarti mesti ke Starbucks kan?
Anyway, hanya dalam 4-5 hari, sudah ada 29 cerita dengan setting coffee shop itu. Mbak Adit dan Mbak Wangi pun dengan sigap menyiapkan semua ini menjadi buku. Merekalah yang bekerja paling keras hingga buku ini terwujud. Penulis yg lainnya (termasuk saya yg kebetulan numpang nama :p) hanya mengikuti dan memberi semangat.
Btw, untuk pemesanan buku ini, bisa dilihat dulu di situs nulisbuku untuk informasi tambahan, atau langsung kirim email ke admin@nulisbuku.com berisi judul buku dan jumlah yang ingin dibeli. Murah kok, 35rb saja. Dan royalti yang didapat akan disumbangkan untuk biaya pendidikan adik asuh.
No comments:
Post a Comment