Featured Post

[Review] Game of Thrones (season 6)

Setelah setahun, GoT kembali di season 6. Sebenarnya gw juga ga begitu nunggu2 sih, karena lagi asik ngikutin serial yg lain (The Flash...

Wednesday, May 30, 2012

Mengalahkan Monster

Kota yang ramai, penuh dengan gedung-gedung bertingkat, dimana ribuan orang berseliweran di dalamnya, sibuk dengan aktivitasnya masing-masing.

[dum.]
 Mulanya hanya sebuah getaran kecil, sebuah momentum. Dan detik berikutnya, gelombang yang kuat menghantam kota itu. Bersamaan dengan suara bergemuruh yang luar biasa, gedung-gedung pun hancur dan hancur berkeping-keping. Orang-orang berlarian tak tentu arah, sebelum gelombang itu juga melahap mereka, meledakkan mereka hingga tak tersisa. Jeritan kematian mereka tak bertahan lama, seiring lenyapnya wujud fisik yang tadinya mereka miliki.

Dalam sekejap kota itu hancur lebur. Di antara reruntuhan bangunan yang memenuhi tempat itu, seseorang yang tersisa berdiri sendirian, sedikit pun tak terlihat terpengaruh oleh peristiwa yang baru saja terjadi.

Pandangannya menerawang, seakan tak peduli dengan keadaan sekelilingnya. Tak peduli dengan kehancuran yang sudah dibuatnya.

Ini barulah sasaran pertamanya.

Di kala seseorang semakin tertekan, seringkali kesabaran mereka habis, dan kemarahan mereka meledak. Untuk orang ini, kasusnya lebih ekstrim. Kepribadiannya yang lain, yang tidak terlalu baik hati, mengambil alih raganya. Dia tidak berubah menjadi raksasa hijau, tapi dia punya kekuatan yang setara untuk menghancurkan segala sesuatu di sekelilingnya.

Setelah menghancurkan kota ini, laki-laki itu kemudian melesat terbang ke kota berikutnya. Kali ini dia tidak terburu-buru. Dia muncul di tengah keramaian kota, mengarahkan tangannya ke sembarang arah, dan meledakkan beberapa orang yang berada dalam jangkauannya. Dia terus melakukan hal itu, sambil berjalan mengelilingi kota, memastikan kalau dia sudah menghabisi semua penduduk. Barulah kemudian dia menghancurleburkan kota itu.

Hal itu terus berlangsung hingga dia tiba di kota ketujuh, yang juga merupakan kota asalnya. Tapi untuknya yang sudah dikuasai oleh amarah dan dendam, fakta itu tak terlintas di benaknya. Hanya salah satu kota yang mesti dihancurkannya.

"Berhenti, Toby!"

Suara seorang perempuan mengejutkannya. Dia menoleh ke arah datangnya suara itu, dan melihat seorang perempuan berdiri di hadapannya. Dia mengenalinya. Maggie.

Maggie merentangkan tangannya, bersikap seperti menghalangi Toby. "Sudah cukup, Toby. Jangan buat kerusakan lagi. Kumohon."

"Minggir, Maggie!" kata Toby dengan tak sabar.

Maggie tetap berdiri di sana menghalanginya. Dengan kesal Toby mengarahkan tangannya ke arah Maggie. Seberkas sinar laser keluar dari tangannya, dan meledakkan bangunan di belakang Maggie.

Darah menetes dari pipi Maggie yang tersambar serangan laser barusan. Tapi dia tetap tak gentar, dan berdiri menghalangi Toby.

Dengan kesal, Toby berteriak, "Minggir, Maggie! Atau kau akan kuhancurkan bersama mereka!"

Tapi Maggie, tetap pada pendiriannya.

"Kau tidak akan melakukannya," jawabnya dengan tenang.

"Darimana kau berpikir seperti itu?"

Air mata mulai mengalir membasahi pipi perempuan itu.

"Karena aku percaya, di balik monster yang saat ini sedang menguasaimu, masih ada sifat baik yang tersimpan di sana. Dialah orang yang baik hati yang selama ini kukenal, yang mencintaiku dengan sepenuh hatinya. Dia masih ada di dalam sana, dan dia tidak akan melakukan hal-hal biadab seperti ini."

Laki-laki itu bergetar hebat, mengatasi pergolakan batin di dalam dirinya. Sementara perempuan itu masih berdiri di depannya, berusaha menghalanginya membuat kerusakan yang lebih parah.

Dia memejamkan matanya kuat-kuat, mengusir monster itu keluar dari dalam dirinya. Badannya tiba-tiba terasa lemas, dan dia pun terhuyung hendak terjatuh, sebelum perempuan itu menangkapnya.

"Tidak apa-apa. Kau sudah kembali," ucapnya menenangkan.

-end-


dibuat untuk #IJDC

No comments:

Post a Comment