Featured Post

[Review] Game of Thrones (season 6)

Setelah setahun, GoT kembali di season 6. Sebenarnya gw juga ga begitu nunggu2 sih, karena lagi asik ngikutin serial yg lain (The Flash...

Sunday, May 13, 2012

Runtuhnya Kerajaan Kancil

Dahulu kala, kancil dikenal sebagai binatang yang cerdik, sehingga mampu mengelabui lawan-lawannya, seperti buaya atau hewan buas lainnya. Tapi pernah juga giliran mereka yang dikerjai mahluk lain yang inferior, seperti ketika sekelompok kura-kura mengalahkan mereka dalam suatu lomba lari. Sejak saat itu, kancil pun semakin berhati-hati agar tidak dikuasai rasa sombong, dan mempertajam kecerdasannya.

Ratusan tahun berlalu, bangsa kancil tumbuh menjadi bangsa yang maju pesat. Kecerdasan mereka menjadi yang terbaik di seluruh kerajaan hutan. Mereka tidak lagi menjadi binatang yang diremehkan. Singa, buaya, harimau, dan lain-lainnya pun tak berani memangsa mereka.

Bangsa kancil dengan mantap membuat kerajaannya sendiri, dengan struktur yang rapi, mulai dari raja hingga tukang masak. Semua dibekali dengan kecerdasan dan keahlian di bidangnya masing-masing. Hingga suatu saat terdapat anomali. Seekor kancil lahir dengan kecerdasan di bawah rata-rata.

Namanya Kiko. Fisiknya biasa saja, sama dengan tubuh kancil kebanyakan. Tetapi, dia agak sedikit lambat. Jika membaca, dia membutuhkan waktu dua kali lebih banyak jika dibandingkan dengan kancil yang lain. Jika dia berlari, maka dia membutuhkan waktu yang lebih lama daripada yang lain. Dan hal-hal lainnya. dia menyadari hal itu. Bahkan teman-temannya pun merendahkannya.

Pada suatu hari dia membolos dari sekolah. Dia merasa kesal dengan perlakuan teman-temannya. Di waktu senggangnya, dia berjalan-jalan sendirian menyusuri hutan yang bertahun-tahun dihuninya. Dia terus berjalan, merasakan udara segar dan terlena akan keindahan alam. Sehingga tanpa terasa dia memasuki kawasan hutan yang tidak dikenalnya dan mulai tersesat semakin dalam.

Kiko berhenti sejenak. Dia mendengar suara percakapan dari kejauhan. Biarpun kecerdasannya rendah, dia memiliki pendengaran yang sangat baik.

"Sudah cukup kita membiarkan kancil-kancil itu bebas. Kita harus menjaga reputasi kita sebagai penguasa hutan ini. Kita harus menyerang mereka."

Oh tidak, rupanya itu bangsa singa yang sedang mengadakan rapat. Kiko diam terpaku di tempatnya, tak berani bergerak sedikit pun, kuatir kalau singa-singa itu menyadari kehadirannya.

"Tapi mereka terlalu cerdik untuk kita kalahkan. Kita tidak bisa mengalahkan mereka. Kita butuh bantuan."
"Aku tahu pihak yang tepat untuk kita mintai bantuan. Ayo, kita pergi menemui mereka."

Dan rapat itu pun selesai, singa-singa itu pergi. Kiko akhirnya bernapas lega. Dia harus segera memberitahukan rencana bangsa singa itu ke raja kancil.

Kiko berbalik dari tempatnya bersembunyi. Kembali menyusuri jalan yang tadi diambilnya. Untung saja kali ini dia tidak tersesat terlalu dalam sehingga tidak perlu menghabiskan waktu seharian untuk menemukan jalan pulang.

Sejak tadi dia terus berpikir. Pihak manakah yang akan dijadikan sekutu oleh para singa itu. Dia sama sekali tidak bisa berpikir jernih. Dia hanya merasa harus cepat menyampaikan pesan ini kepada raja kancil.

Tibalah dia di wilayah kerajaan kancil. Dengan cepat dia menuju kediaman raja kancil. Dia disambut oleh pengawal pribadinya.

"Kau dilarang memasuki daerah ini. Mulailah berbalik dan berjalan menuju arah datangmu," tegas pengawal itu.

"Maafkan aku pak pengawal, tapi aku memiliki pesan penting untuk raja kancil," desak Kiko.

"Apa itu?"

"Aku tidak bisa memberitahunya di sini. Aku harus mengatakan langsung padanya."

Pengawal itu menggelengkan kepalanya.
"Tetap tidak bisa. Raja bukanlah kancil yang bisa kau temui sesukamu. Cepat pergi dari sini!" perintah pengawal itu.

Kiko tertunduk lesu. Berita penyerangan itu harus tetap disampaikan. Pada saat hendak pulang, dia berpapasan dengan rombongan raja yang baru saja pulang dari kegiatannya. Dengan percaya diri dia menghentikan rombongan itu.

"Tuanku raja yang mulia. Aku ingin menyampaikan suatu kabar penting kepadamu," ucap Kiko sambil setengah membungkuk.

Rombongan itu terhenti. Raja kancil tertarik dengan berita yang akan disampaikan oleh Kiko.

"Bukankah kamu kancil yang tak begitu cerdas itu? Kabar penting apa yang ingin kau sampaikan?" tanya raja.

Kiko mengabaikan ejekan sang raja, dan langsung melaporkan percakapannya yang didengar di hutan tadi.

"Bangsa singa ingin menyerang kita."

"Oh, akhirnya. Setelah sekian lama menunggu, akhirnya mereka punya nyali juga." Raja berkomentar dengan santai.

"Tapi mereka kelihatannya yakin akan menang, Yang Mulia. Mereka meminta bantuan dari pihak lain."

"Siapa?"

"Aku tidak tahu. Mereka tidak menyebutkannya."

"Yah, tidak masalah siapa. Biarkan mereka datang, kita akan membuat perangkap untuk menjebak mereka."

Dengan segera, raja mengumpulkan bawahannya dan merencanakan siasat untuk menghadapi serangan bangsa singa. Tidak butuh waktu lama untuk menetapkan rencana dan pembagian tugas untuk para kancil. Semua kancil pun diikutsertakan untuk keberhasilan rencana itu. Hampir semua tepatnya. Karena menilai Kiko lambat dan kurang cerdas, Raja takut Kiko akan membuat rencana mereka tak berjalan dengan sempurna. Oleh karena itulah dia menyuruh Kiko untuk mengungsi ke tempat yang aman sementara perang berlangsung.

Kiko lagi-lagi merasa tersingkirkan dengan perintah raja kancil. Padahal dia ingin membantu apa saja yang bisa dilakukannya selama penyerangan itu. Dengan langkah gontai dia berjalan menuju hutan, menyembunyikan dirinya dalam kegelapan hutan yang tak tersentuh oleh cahaya bulan.

Dan kejauhan dia bisa mendengar suara auman singa sedang bersiap-siap menyerang wilayah kerajaan kancil. Di tengah-tengah auman itu, dia mendengar suara ribut yang lain.

Ternyata sekutu mereka adalah manusia!

Kiko panik. Manusia yang dia tahu, memiliki persenjataan lengkap dan canggih. Bangsa kancil tidak akan bisa menahan mereka dengan mudah.

Dia pun bergegas kembali ke kerajaan kancil dan menghadap Raja.

"Ada apa lagi, bukankah kau sudah kusuruh bersembunyi?" tanya Raja dengan kesal.

"Yang Mulia, saya tahu siapa sekutu bangsa singa dalam perang ini. Ternyata mereka adalah manusia!"

Raja tersentak, tapi tak butuh waktu lama baginya untuk kembali tenang.
"Perlu ada sedikit modifikasi pada strategi perang kita."

"Yang Mulia! Bukankah manusia itu sangat berbahaya, jauh lebih berbahaya daripada bangsa singa? Mungkin kita mesti melarikan diri, menghindari pertempuran ini." usul Kiko dengan panik.

Raja pun semakin kesal.
"Hai bocah, bukan tugasmu untuk berpikir dengan kecerdasanmu yang kurang itu. Serahkan pertempuran ini pada kami. Kalau kau mau melarikan diri, pergi saja. Jangan ganggu kami yang sedang sibuk ini."

Antara takut dan kesal karena Raja membentaknya, Kiko pun menuruti nalurinya untuk bertahan, yaitu kembali bersembunyi ke tempat yang aman. Dia kembali ke hutan, menunggu hingga perang berakhir, sambil berharap bangsa kancil bisa memenangkannya.

Malam berganti siang. Suara hantaman peperangan pun terhenti. Kiko tidak sedikit pun berhenti berharap. Semoga bangsanya bisa memenangkan pertempuran.

Dia kembali menyusuri jalan yang lalui tadi. Dia tidak lagi mendengar suara auman atau celotehan tajam manusia. Lingkungan sekitarnya hening. Dia hanya bisa mendengar gemerisik dedaunan yang disentuh oleh angin. Sebuah suara pun tak terdengar ketika dia memasuki wilayah kerajaan kancil.

Keempat kakinya terhenti saat melihat mayat teman, kerabat, kenalan, dan kancil-kancil lainnya bertebaran mulai dari jalan masuk sampai ke dalam istana. Air matanya menetes perlahan.

Jika saja bangsanya tidak terlalu sombong dan gegabah. Mereka bisa saja meminta bantuan kepada penghuni hutan lainnya untuk membantu mempertahankan diri. Atau seperti yang disarankannya tadi, mereka bisa melarikan diri untuk merencanakan strategi selanjutnya.

Tapi nasi telah menjadi bubur. Takdir telah digariskan. Tidak bisa diulang ataupun dihapus. Kiko hanya bisa terus tertunduk sedih sambil meratapi kehilangan terbesarnya.

Sekarang hanya tinggal dia yang tersisa dari kerajaan kancil di hutan itu. Dia harus bertahan hidup, karena dia punya tugas penting. Dia harus melanjutkan keturunan kerajaan kancil. Dia harus mencari bangsa kancil lainnya, dan memperingatkan mereka tentang betapa berbahayanya manusia.

-end-

#7HariMendongeng hari ke-4 tema: Kancil
duet dengan @alizarinnn

No comments:

Post a Comment