1993
Anak itu duduk di sebuah ayunan sendirian.
Umurnya baru 7 tahun. Sejam sudah berlalu sejak waktu pulang sekolah, tapi dia tidak pulang ke rumahnya.
Dia datang ke sebuah TK tempatnya dulu, yang letaknya agak jauh dari sekolahnya.
Dia datang ke sana, bukan karena tempat itu memberinya banyak kenangan menyenangkan. Dia datang ke sana karena saat itu tidak ada orang di sana.
Anak itu duduk di sebuah ayunan sendirian.
Tangannya menggenggam sebongkah kecil batu. Dia menggenggamnya erat-erat.
Anak itu lapar. Tapi dia belum mau pulang. Dia masih ingin berada di sana.
Anak itu masih duduk di sebuah ayunan di TK itu.
Dia memandangi kumpulan awan di atas sana, yang untuk sementara menutupi matahari, yang membuatnya mampu memandangi langit saat ini.
Dia tidak mengerti. Dia kesal. Dia marah. Dan dia menangis.
Dia tidak mengerti kenapa dunia begitu jahat padanya. Dia tidak mengerti kenapa orang-orang yang disebutnya teman sering mengejeknya. Dia tidak mengerti kenapa mereka jahat padanya.
Anak itu sudah tidak menangis. Tapi dia masih tidak mengerti. Dan dia masih kesal dan marah.
Kemudian semilir angin yang berhembus membuatnya merasa nyaman. Sejuk.
Dia memejamkan mata. Dan tertidur.
......................................................
"I know that everything must have been difficult for you right now, but have a faith. You're gonna survive this. You're gonna be fine."
Anak itu tidak mengerti sedikitpun apa yang dikatakan orang ini. Dia juga tidak pernah melihat orang ini sebelumnya. Dia hanya memandanginya tanpa berkata apa-apa.
.......................................................
Anak itu terbangun.
Dia masih duduk di sebuah ayunan di TK itu.
Tangannya sudah tidak lagi menggenggam bongkahan batu.
Dia masih sendirian di sana. Dia masih lapar.
Tapi dia sudah tidak kesal. Dia sudah tidak marah.
Hari sudah sore.
Dia harus segera pulang.
Ibunya pasti sudah menunggunya di rumah.
Anak itu duduk di sebuah ayunan sendirian.
Umurnya baru 7 tahun. Sejam sudah berlalu sejak waktu pulang sekolah, tapi dia tidak pulang ke rumahnya.
Dia datang ke sebuah TK tempatnya dulu, yang letaknya agak jauh dari sekolahnya.
Dia datang ke sana, bukan karena tempat itu memberinya banyak kenangan menyenangkan. Dia datang ke sana karena saat itu tidak ada orang di sana.
Anak itu duduk di sebuah ayunan sendirian.
Tangannya menggenggam sebongkah kecil batu. Dia menggenggamnya erat-erat.
Anak itu lapar. Tapi dia belum mau pulang. Dia masih ingin berada di sana.
Anak itu masih duduk di sebuah ayunan di TK itu.
Dia memandangi kumpulan awan di atas sana, yang untuk sementara menutupi matahari, yang membuatnya mampu memandangi langit saat ini.
Dia tidak mengerti. Dia kesal. Dia marah. Dan dia menangis.
Dia tidak mengerti kenapa dunia begitu jahat padanya. Dia tidak mengerti kenapa orang-orang yang disebutnya teman sering mengejeknya. Dia tidak mengerti kenapa mereka jahat padanya.
Anak itu sudah tidak menangis. Tapi dia masih tidak mengerti. Dan dia masih kesal dan marah.
Kemudian semilir angin yang berhembus membuatnya merasa nyaman. Sejuk.
Dia memejamkan mata. Dan tertidur.
......................................................
"I know that everything must have been difficult for you right now, but have a faith. You're gonna survive this. You're gonna be fine."
Anak itu tidak mengerti sedikitpun apa yang dikatakan orang ini. Dia juga tidak pernah melihat orang ini sebelumnya. Dia hanya memandanginya tanpa berkata apa-apa.
.......................................................
Anak itu terbangun.
Dia masih duduk di sebuah ayunan di TK itu.
Tangannya sudah tidak lagi menggenggam bongkahan batu.
Dia masih sendirian di sana. Dia masih lapar.
Tapi dia sudah tidak kesal. Dia sudah tidak marah.
Hari sudah sore.
Dia harus segera pulang.
Ibunya pasti sudah menunggunya di rumah.
No comments:
Post a Comment