Featured Post

[Review] Game of Thrones (season 6)

Setelah setahun, GoT kembali di season 6. Sebenarnya gw juga ga begitu nunggu2 sih, karena lagi asik ngikutin serial yg lain (The Flash...

Sunday, June 10, 2012

2117



Detik-detik menjelang keberangkatan Yang Mulia Vlo. Kami berkumpul di landasan terbang kerajaan kami, berdiri mengelilingi rombongan yang sebentar lagi akan pergi ke Venus.

Menurut penanggalan manusia, hari ini adalah 6 Juni 2012. Venus berada dalam posisi terdekatnya dengan bumi, bersama-sama membentuk garis lurus dengan matahari. Peristiwa yang juga dinamakan Transit Venus oleh para ilmuwan di seluruh dunia. Saat yang tepat untuk Yang Mulia Vlo untuk kembali ke planet asalnya, Venus.

Yang Mulia Vlo adalah perwakilan dari Venus, yang secara teratur mengirimkan utusan ke planet ini, sejak awal kerajaan kami terbentuk. Simbol persahataban, begitulah maksud yang mereka jelaskan. Setiap kali Venus berada dalam keadaan transit, itulah saat dimana transportasi dari Bumi ke Venus bisa dilakukan. Yang Mulia Vlo adalah utusan ke 145 dalam sejarah hubungan kerajaan kami dengan mereka. Dia datang ketika transit Venus 8 tahun yang lalu. Utusan dari Venus memiliki waktu sekitar delapan tahun untuk tinggal di bumi dan meneliti kondisi alam di planet ini, untuk kemudian kembali ke Venus ketika transit berikutnya tiba. Kemudian, barulah seratus tahun kemudian, ketika transit berikutnya, mereka mengirimkan utusan lagi, untuk mengulangi siklus yang sama, dan mempelajari lebih banyak hal lagi.

Raja kami, Yang Mulia Leon, mengatakan bahwa planet Venus dan Bumi memiliki banyak kemiripan, tapi karena komposisi udara dan vegetasi yang berbeda, hanya sebagian kecil dari planet itu yang bisa ditinggali. Karena itulah, mereka mengirim utusan untuk mempelajari hal-hal yang bisa diterapkan di sana sehingga lebih banyak lagi area yang bisa dihuni, tak hanya oleh Venusian, tapi nantinya penduduk Bumi pun bisa tinggal di sana.

*

“Gama, Yang Mulia Vlo memintaku untuk ikut bersamanya ke Venus.”

Sewaktu Miliya mengatakan hal itu padaku seminggu yang lalu, aku tersentak. Selama delapan tahun ini, Miliya memang sudah membantu penelitian Yang Mulia Vlo, menemaninya dalam ekspedisi ke pelosok-pelosok paling terpencil sekalipun. Aku tahu, karena beberapa kali aku ditugaskan untuk ikut dan mengawal mereka.

“Tapi itu berarti seratus tahun lebih kau akan berada di sana.”

Miliya mengangkat bahu.

“Ya, begitulah.”

“Tak bisakah kau tetap tinggal di sini, dan meminta orang lain untuk menggantikanmu?”

Miliya menggeleng.

“Hanya ada tiga ilmuwan utama di kerajaan saat ini. Dua di antaranya lebih senior dariku, dan mereka dibutuhkan oleh kerajaan. Atas dasar itulah, sejak awal aku yang ditugaskan untuk mendampingi Yang Mulia Vlo dalam semua penelitiannya.”

“Lagipula,” dia melanjutkan, “ini bukan hanya demi Venus, tapi demi planet kita juga. Selama seratus tahun itu, aku juga akan bisa mempelajari kondisi alam di sana, mungkin membawa pulang beberapa sampel vegetasi atau fauna mereka. Bukankah akan menyenangkan jika kita bisa memperkaya alam kita dengan spesies-spesies baru?”

Tidak ada gunanya memang, berargumen dengannya. Aku sudah mengenalnya sejak kecil, bermain dan menghabiskan waktu bersamanya, hingga kami menerima tugas di posisi kami masing-masing. Dialah pasanganku. Dia pun tahu tentang itu. Sepuluh tahun dari sekarang, ketika kami sudah mencapai masa Primer, mestinya kami bisa meresmikan hal itu. Tapi dengan rencana kepergiannya ke Venus, keadaan menjadi tidak pasti.

“Aku akan bicara pada Yang Mulia Leon, meminta izin supaya aku diperbolehkan ikut bersama kalian ke Venus.”

Miliya menggeleng lagi.

“Dia tidak akan menyetujuinya. Keberadaanmu sangat dibutuhkan di sini, Gama. Kau adalah panglima kerajaan, tangan kanannya. Kaulah yang berdiri paling depan jika suatu waktu kerajaan ini mesti bertindak menghadapi ancaman yang mungkin muncul.”

Ya, aku tahu dan paham tentang itu. Meskipun terakhir kali ancaman itu muncul ribuan tahun silam, jauh sebelum kami lahir, sewaktu orang-orang dari galaksi Andromeda hendak menyedot sumber daya planet ini. Ancaman yang diselesaikan dengan damai, mengingat hal itu hanya kesalahpahaman, dan bahwa kedua pihak bisa saling membantu dalam beberapa hal.

Ancaman yang lebih mungkin terjadi adalah yang berasal dari manusia yang menempati Bumi ini. Kerusakan lingkungan, dan ancaman peperangan besar sesama mereka. Kami tidak berkepentingan dengan urusan manusia, tidak peduli jika mereka saling menghancurkan satu sama lain. Kami berkepentingan dengan kelangsungan dan kesehatan planet ini. Beberapa kali ketika kondisi mendekati kritis, kami mengintervensi dan memusnahkan sekelompok manusia yang menjadi ancaman, dan menjaga agar aliran energi dan sumber daya tetap berjalan dengan seimbang.

Tapi seratus tahun adalah waktu yang sangat lama. Meskipun kami memiliki umur sepuluh kali lebih panjang daripada manusia biasa, hal itu hanya akan membuat penantian yang harus ditanggung menjadi berkali lipat lebih lama. Setidaknya, manusia biasa tidak akan menanti terlalu lama karena batasan jangka hidup mereka.

“Pergilah kalau begitu,” ucapku singkat.

Miliya tak berkata apa-apa lagi, kemudian melepaskan genggaman tangannya, lalu berlalu meninggalkanku.

Kami belum berbicara lagi sejak saat itu.

*

Sudah dua jam sejak bayangan Venus muncul pada Matahari, menjadi bintik hitam kecil yang menutupinya. Space pod milik Yang Mulia Vlo sudah dipersiapkan, yang berkapasitas dua orang, plus ruang tambahan untuk menampung sampel hasil penelitiannya selama di Bumi. Saat ini, teknologi mereka yang memungkinkan transportasi ke Bumi masih sebatas pod kecil itu, yang sebagian besar memanfaatkan gravitasi planet Venus untuk menarik mereka ke sana.

Aku berdiri di samping Yang Mulia Leon, bersama anggota kerajaan lainnya mengantarkan kepergian Yang Mulia Vlo dan Miliya. Selagi Yang Mulia Vlo memasuki pod, Miliya bergegas menghampiriku.

“Ini, ambillah.”

Dia memberiku perangkat komunikasi, telepon, begitu manusia menyebutnya, benda kecil dengan beberapa tombol yang biasa kami gunakan untuk memantau kondisi di berbagai penjuru Bumi dengan para petugas kami di sana.

“Seminggu terakhir ini, Yang Mulia Vlo dan aku, juga orang-orang dari Divisi Teknologi sudah mengutak-atik alat ini, supaya bisa digunakan untuk berkomunikasi dengan Venus. Hanya bisa digunakan sebulan sekali. Detail lengkapnya tanyakan ke mereka.”

Wajahku menjadi terasa hangat mendengar kabar baik ini.

“Kau... kenapa tidak mengatakannya dari kemarin?”

Miliya mendekat, dan menciumku. Hanya sebentar.

“Sudah ya, sampai jumpa.”

Dia berbalik dan berlari menuju pintu space pod yang terbuka, dan langsung masuk tanpa menoleh lagi. Beberapa detik kemudian, benda bulat itu pun melesat ke angkasa, pergi meninggalkan Bumi.

Sementara aku masih berdiri terpaku, masih menggenggam telepon pemberiannya. Belum sempat mengatakan betapa aku akan merindukannya.
Menurut penanggalan manusia, transit Venus berikutnya baru akan terjadi tahun 2117, atau 105 tahun dari sekarang. Aku mengandalkan perangkat telepon ini supaya bisa berfungsi selama seratus tahun ke depan.

*

2117. Seratus tahun terakhir ini, sudah banyak perubahan terjadi di dunia manusia. Beberapa negara terhapus, diambil alih oleh negara lain yang lebih besar. Keadaan politik dan pembagian kekuasaan pun sedikit berubah, tapi tentu saja itu bukan urusan kami. Kerajaan kami tetap tak tersentuh, tetap tersembunyi dari dunia luar. Selain bencana cuaca lima puluh tahun silam, tidak ada peristiwa besar lain yang terjadi selama rentang waktu seabad ini.

Kami pun kembali menunggu di landasan terbang kerajaan kami, kali ini menyambut kedatangan space pod dari Venus, yang membawa utusan Venus yang baru, serta Miliya yang kembali pulang ke Bumi.

Ketika pod itu tiba, dan utusan Venus yang baru keluar dari dalamnya, aku tidak terlalu memperhatikannya. Yang kutunggu adalah seorang lainnya.

Dia pun keluar dari pod itu dengan anggun. Wajahnya tetap bersinar dengan cerah seperti seratus tahun yang lalu. Miliya, pasanganku, sudah kembali.

“Yang Mulia Gama, hamba kembali, membawa utusan Venus yang baru, Yang Mulia Val.”

Miliya menunduk di hadapanku, yang sudah menjadi Raja, menggantikan Yang Mulia Leon. Aku tersenyum memandanginya, calon Ratu kerajaan ini.



-end-

No comments:

Post a Comment