Panas. Dan ramai. Apanya yang menyenangkan dari Pantai Pangandaran ini? Barangkali aku salah memilih waktu untuk datang ke tempat ini, tapi mana kutahu kalau hari ini ada lima bis berjejer di tempat parkir yang mengangkut murid-murid SD? Mestinya aku bisa menikmati liburanku yang tenang dan berharap inspirasiku kembali muncul, dan bukannya menyaksikan anak-anak SD yang berlarian di sepanjang pantai, seakan-akan merekalah pemilik tempat ini.
Bukan hanya karena sedang mengalami writer’s block, tapi psikiaterku juga menyarankan agar aku menghirup udara segar, yang berasal dari lautan kalau bisa. Hubungannya apa? Katanya biar stresku segera sembuh. Hah, siapa yang stres? (Oh tidak, bahkan aku sudah dalam tahap denial, artinya aku benar-benar stres saat ini).
Biarlah, biarkan anak-anak itu bersenang-senang. Aku juga akan mencoba bersenang-senang dengan caraku sendiri, duduk bermalas-malasan di bawah pohon yang rindang ini, sambil membaca buku, menikmati hembusan angin sepoi-sepoi, sambil tertidur barangkali.
Tidak sadar sudah berapa lama aku tertidur, sampai seorang wanita memanggilku.
“Mas, bisa minta tolong?”
Siapa itu, bidadarikah?
Oh, bukan. Seorang wanita berkaos biru rupanya.
“Maaf mas, saya ibu guru yang mendampingi anak-anak ini. Mas liat anak-anak yang tadi main di dekat sini nggak?”
Aku menggeleng, karena sedari tadi aku memang tertidur. Bu Guru itu terlihat cemas.
“Mari saya bantu mencari mereka, mbak.”
(Lho iya kan, ibu guru itu terlihat masih muda, makanya kupanggil mbak).
Kami pun bersama-sama menyusuri pelosok pantai di dekat tempatku tadi tertidur, mencari anak-anak itu. Berapa orang tadi ya, lupa. Sepertinya dia tidak bilang.
Jangan salahkan aku kalau aku tidak terlalu konsentrasi dalam mencari. Parfum yang digunakan ibu guru ini wangi sekali. Hebat, padahal di tengah terik seperti ini, tapi aromanya masih bertahan hingga sekarang.
Tak berapa lama, kami menyerah. Ibu guru kembali ke rombongannya, aku mengikuti, siapa tahu ada yang bisa kubantu. Untungnya begitu tiba di sana, anak-anak itu sudah kembali. Lengkap semua. Setelah berterimakasih sebagai ucapan basa-basi, ibu guru itu pun membawa anak-anak itu ke dalam bis.
Aku menyaksikan kepergian rombongan anak-anak SD dan ibu guru itu. Sayang ya, kalau lebih lama lagi aku bisa bersama-sama ibu guru itu, mungkin aku bakal jatuh hati padanya. Pada wanita berkaos biru itu. Biru adalah warna kesukaanku.
Akan lebih spesial seandainya hanya ibu guru itu saja yang memakai kaos berwarna biru, sayangnya anak-anak itu juga memakai kaos yang sama, bertuliskan SD Mentari di punggungnya. Ternyata kaos khusus untuk peserta piknik.
Yah, setidaknya kemunculan ibu guru itu memberiku inspirasi untuk menulis cerita selanjutnya. Aku akan menulis sesuatu tentang hal yang cukup memberi kesan ini, meskipun sedikit.
Aku akan menulis cerita tentang anak-anak yang hilang sewaktu piknik di pantai, dan dimakan oleh penunggu pantai yang berkedok sebagai salah satu turis yang sedang berlibur.
(on a second thought, jangan, batalkan, batalkan. Cerita macam apa itu? Baiklah, kita kembali lagi ke awal. Mandeg. Tak ada ide.)
-end-
*cerita yang gak jelas, err
No comments:
Post a Comment