H-1
“Mia, jangan pergi. Please, stay.” bujuk Nugi dengan sedih.
“Maaf, Nugi. Aku harus. Kamu ga bakal kenapa-napa kan kalo aku pergi?” jawab Mia sambil tersenyum sedih.
Nugi pun hanya bisa memandangi pesawat Mia yang terbang, menuju daratan Eropa sana.
H
Nugi tidak bisa tidur semalaman. Pagi harinya pun dia berangkat ke kantor dengan enggan. Raut wajahnya murung sepanjang hari. Mia terlalu penting baginya.
H+1
Nugi masih murung seperti kemarin. Tapi perlahan dia mulai bangkit dan mengurusi hidupnya. Dia pergi ke supermarket dan berbelanja, kemudian memasak sendiri di rumahnya. Sudah beberapa tahun dia terbiasa memasak sendiri, untuk mempersiapkan kemungkinan kalau dia mesti hidup sendiri. Dipandanginya nasi goreng di hadapannya, kemudian melahapnya pelan-pelan tanpa suara.
H+2
Nugi mulai terbiasa mengurus keperluan hidupnya yang lain. Pagi-pagi dia sudah bangun untuk merendam dan menunggui cuciannya diproses. Sempat pula dia membuat segelas kopi untuk dirinya sendiri. Dia pun mulai menyetir sendiri mobilnya yang kemarin-kemarin ditinggalnya saja di rumah. Di kantor pun dia berusaha menyibukkan diri supaya tidak terlalu larut memikirkan Mia.
H+3
Dipandanginya sebatang rokok di tangannya. Sempat terjadi perdebatan kecil di batinnya apakah akan dinyalakannya rokok itu atau tidak. Dia sudah lama berhenti merokok, karena Mia. Rokok itu pun utuh.
H+4
Memasuki akhir pekan, Nugi berjuang mengusir perasaan murung dari pikirannya. Coba membaca salah satu novel yang menumpuk di lemari bacanya, dia tak bisa meneruskan sampai habis. Dia beralih ke TV, mencari-cari film yang bisa ditonton, dan akhirnya ketiduran.
H+5
Sabtu. Hari libur. Nugi makin terbiasa dengan kesendiriannya. Setelah bersepeda di pagi hari, siangnya dia pergi ke mall untuk makan siang dan menonton sendiri di bioskop. Malam harinya, sebelum tidur, dilihatnya lagi fotonya dan Mia yang sedang tertawa riang. Mengingat-ingat memori indah sewaktu foto itu diambil, membuat Nugi tersenyum kecil.
H+6
Setelah seharian bersih-bersih rumah, Nugi pun tertidur saja di depan TV meskipun hari masih sore. Tak terdengar olehnya suara taksi yang berhenti di depan rumahnya. Seseorang turun dari sana, kemudian melangkah masuk ke rumah Nugi. Dilihatnya Nugi yang sedang terlelap di sofa. Orang itu pun tertawa geli, kemudian perlahan diciumnya laki-laki itu.
“Hai, Nugi, suamiku.” panggilnya sambil tertawa.
“Mia? Kukira kamu baru akan pulang nanti malam.”
“Aku ambil flight lain yang lebih awal, sudah tak sabar ketemu kamu.”
Nugi pun memeluk Mia, istrinya yang sudah dinikahinya setahun terakhir ini.
“I miss you so much.”
“I miss you, too, so much.”
-END-
“Mia, jangan pergi. Please, stay.” bujuk Nugi dengan sedih.
“Maaf, Nugi. Aku harus. Kamu ga bakal kenapa-napa kan kalo aku pergi?” jawab Mia sambil tersenyum sedih.
Nugi pun hanya bisa memandangi pesawat Mia yang terbang, menuju daratan Eropa sana.
H
Nugi tidak bisa tidur semalaman. Pagi harinya pun dia berangkat ke kantor dengan enggan. Raut wajahnya murung sepanjang hari. Mia terlalu penting baginya.
H+1
Nugi masih murung seperti kemarin. Tapi perlahan dia mulai bangkit dan mengurusi hidupnya. Dia pergi ke supermarket dan berbelanja, kemudian memasak sendiri di rumahnya. Sudah beberapa tahun dia terbiasa memasak sendiri, untuk mempersiapkan kemungkinan kalau dia mesti hidup sendiri. Dipandanginya nasi goreng di hadapannya, kemudian melahapnya pelan-pelan tanpa suara.
H+2
Nugi mulai terbiasa mengurus keperluan hidupnya yang lain. Pagi-pagi dia sudah bangun untuk merendam dan menunggui cuciannya diproses. Sempat pula dia membuat segelas kopi untuk dirinya sendiri. Dia pun mulai menyetir sendiri mobilnya yang kemarin-kemarin ditinggalnya saja di rumah. Di kantor pun dia berusaha menyibukkan diri supaya tidak terlalu larut memikirkan Mia.
H+3
Dipandanginya sebatang rokok di tangannya. Sempat terjadi perdebatan kecil di batinnya apakah akan dinyalakannya rokok itu atau tidak. Dia sudah lama berhenti merokok, karena Mia. Rokok itu pun utuh.
H+4
Memasuki akhir pekan, Nugi berjuang mengusir perasaan murung dari pikirannya. Coba membaca salah satu novel yang menumpuk di lemari bacanya, dia tak bisa meneruskan sampai habis. Dia beralih ke TV, mencari-cari film yang bisa ditonton, dan akhirnya ketiduran.
H+5
Sabtu. Hari libur. Nugi makin terbiasa dengan kesendiriannya. Setelah bersepeda di pagi hari, siangnya dia pergi ke mall untuk makan siang dan menonton sendiri di bioskop. Malam harinya, sebelum tidur, dilihatnya lagi fotonya dan Mia yang sedang tertawa riang. Mengingat-ingat memori indah sewaktu foto itu diambil, membuat Nugi tersenyum kecil.
H+6
Setelah seharian bersih-bersih rumah, Nugi pun tertidur saja di depan TV meskipun hari masih sore. Tak terdengar olehnya suara taksi yang berhenti di depan rumahnya. Seseorang turun dari sana, kemudian melangkah masuk ke rumah Nugi. Dilihatnya Nugi yang sedang terlelap di sofa. Orang itu pun tertawa geli, kemudian perlahan diciumnya laki-laki itu.
“Hai, Nugi, suamiku.” panggilnya sambil tertawa.
“Mia? Kukira kamu baru akan pulang nanti malam.”
“Aku ambil flight lain yang lebih awal, sudah tak sabar ketemu kamu.”
Nugi pun memeluk Mia, istrinya yang sudah dinikahinya setahun terakhir ini.
“I miss you so much.”
“I miss you, too, so much.”
-END-
11 comments:
Awww so sweet :D
iya, hehehe, lagi pengen bikin yg sweet sweet :D
thank you :)
suka bgt! :D
sama! suka juga! :D
Aiiiih.. ternyata sudah jadi suami istri.. manisnyaaa :)
Ga galau. Haha... Manisnya..
@idea dan @priscil
iyaaa emang lagi pengen yg manis2
sekaligus harapan terpendam #eh
Wawwww....
Romantis dan manis ni....
Like This! :)
Suka :)
Makasih banyak buat semua yg udah komen suka ^^
iya, saya juga suka :D
Post a Comment