Featured Post

[Review] Game of Thrones (season 6)

Setelah setahun, GoT kembali di season 6. Sebenarnya gw juga ga begitu nunggu2 sih, karena lagi asik ngikutin serial yg lain (The Flash...

Saturday, January 21, 2012

Senyum Untukmu yang Lucu

Aku menyaksikan tayangan TV dengan serius. Terjadi lagi pembunuhan di wilayah ini. Ini sudah yang kelima kalinya dalam tiga bulan terakhir. Semua korbannya ditikam dengan pisau belati oleh si pelaku. Aku pun memikirkan Cassie, gadis lucu yang hilir mudik mencatat pesanan di kafe ini.

“Hai, Peter.” sapanya seperti biasa dengan senyumnya yang lebar.

“Hai, Cass. Kamu liat berita yang tadi kan?”

“Berita yang mana? Yang pembunuhan itu lagikah?”

“Iya, yang itu. Pokoknya, mulai malam ini dan seterusnya, aku antar kamu pulang sampai rumah.”

“Ah, aku tak mau merepotkanmu, Peter.”

“Aku berkeras. Aku tidak mau melihat namamu muncul di berita sebagai korban. Aku tak bisa membiarkan sesuatu yang buruk terjadi padamu, Cass.”

Kembali, Cassie dan wajahnya yang lucu itu tersenyum lebar mendengar ucapanku.

~

Begitulah, setiap malamnya aku akan mendatangi kafe tempat Cassie bekerja, dan menunggu sampai jam kerjanya berakhir, kemudian berjalan mengantarnya pulang. Sejauh ini, tidak ada masalah yang kami temui. Pembunuh itu pun belum beraksi kembali.

Sampai kemudian sekitar tiga minggu setelahnya, satu orang lagi korban jatuh. Begitu melihat beritanya di TV, aku langsung menghubungi Cassie untuk memastikan keadaannya. Syukurlah, dia baik-baik saja. Menurut berita, pembunuhan itu terjadi selepas tengah malam, kemungkinan setelah aku mengantarkan Cassie ke rumahnya. Untunglah. Jika terjadi sebelumnya, mungkin kami akan berpapasan dengan pembunuh itu.

~

Beberapa hari kemudian, aku mesti keluar kota sehingga tidak bisa mengantarkan Cassie pulang seperti biasanya.

“Hai, Cass. Maaf hari ini aku tidak bisa mengantarmu. Aku sedang di luar kota.”

“Oh, tidak masalah, Peter. Nanti aku bisa pulang bareng teman-temanku yang lain.”

“Baiklah, kamu hati-hati ya.”

“Iya.” jawabnya sambil tersenyum, aku tahu.

Tak disangka, urusanku di luar kota berjalan lebih cepat dari yang diperkirakan. Aku pun bisa mengejar waktu untuk kembali dan mengantar Cassie pulang. Tapi begitu aku sampai di kafe, ternyata dia sudah pulang. Kutanya rekan-rekannya yang lain, ternyata dia tidak pulang bersama teman-temannya, melainkan pulang sendiri.

Aku pun kuatir setengah mati. Meskipun pembunuh itu tidak terlalu sering beraksi, tetap saja aku tidak bisa membiarkan celah sedikit pun muncul dan menyebabkan Cassie dalam bahaya. Aku pun berusaha menyusulnya, menyusuri jalur yang biasanya kami lewati.

Aku terkesiap, karena tiba-tiba saja mendengar suara jerit tertahan dari lorong sekitar yang sepi. Pembunuh itu! Pelan-pelan kuhampiri asal suara itu. Kulihat bayangan dua orang yang perlahan semakin terlihat jelas. Yang satu terlihat posisinya agak limbung. Aku berusaha menajamkan penglihatanku untuk melihat wajah orang yang menjadi korban itu.

Ternyata laki-laki, bukan Cassie. Syukurlah, ucapku dalam hati. Tapi aku tetap waspada. Aku sedang memergoki pembunuh yang selama ini sudah banyak memakan korban. Aku harus menghentikannya di sini.

“Hei, pembunuh!” kuteriaki dia.

Dia pun menoleh. Akhirnya kulihat juga wajahnya. Wajah sang pembunuh.

...dan aku tak mampu berkata apa-apa.







Kulihat si pembunuh itu tersenyum padaku, dengan wajahnya yang lucu.

Cassie...

dialah si pembunuh itu.

-END-

2 comments:

findingnem0 said...

Grrrrzzz monster inside ur self, judul unyu aja bisa jadi crita pembunuhan. Great job ;)

minky_monster said...

aku ini hobi bikin anomali,
waktu orang2 galau aku bikin yg sweet,
waktu orang2 pada unyu,
aku bikin yg horor :D

Post a Comment