Featured Post

[Review] Game of Thrones (season 6)

Setelah setahun, GoT kembali di season 6. Sebenarnya gw juga ga begitu nunggu2 sih, karena lagi asik ngikutin serial yg lain (The Flash...

Saturday, January 14, 2012

Pegasus, Antarkan Aku Padanya

0.

Matahari belum juga terbit ketika Damaskus mendadak terbangun dari tidurnya. Penyebabnya adalah suara ringkikan kuda yang terdengar familiar baginya. Pemuda itu segera bergegas pergi ke arah hutan yang letaknya tak jauh dari rumahnya. Diantara pepohonan tinggi yang mengisi hutan itu, dia melihat asal suara tadi. Seekor kuda putih yang tegap, dan bersayap. Seekor Pegasus.

Damaskus memperhatikan mahluk itu dengan heran. Bukan karena keberadaan Pegasus yang tergolong istimewa, tapi karena ketiadaan orang yang menungganginya. Dia datang sendiri. Damaskus menghampiri mahluk yang sudah dikenalnya dengan baik itu, dan mengelus kepalanya.

“Apa yang terjadi? Dimana majikanmu?”

~

1.

Setahun yang lalu, di tempat yang sama, Pegasus itu mendarat dan berhenti di bawah sebuah pohon besar. Kemudian turun dari atasnya, seorang gadis cantik berambut keemasan dan berpakaian serba putih. Setelah mengikatkan kuda pegasusnya ke pohon, dia pun pergi meninggalkannya untuk menjelajahi hutan itu.

Setengah jam kemudian, ketika dia kembali, gadis itu terkejut. Seorang pemuda sedang berbicara, ya betul, berbicara dengan kuda pegasusnya. Pemuda itu, Damaskus, tersenyum dan menyapanya,

“Hai, Malta.”

Malta semakin terperangah. “Darimana kau tahu namaku?”

“Nikos yang memberitahuku.”

Dia bahkan tahu nama kuda pegasusnya!

“Kau bisa bicara dengannya?”

Damaskus mengangguk.

Raut wajah Malta bersinar. Dia takjub, karena selain tak biasanya dia bertemu dengan manusia dalam kunjungannya ke hutan ini, orang ini juga bisa berbicara dengan Nikos, kuda pegasus peliharaannya, salah satu mahluk ajaib yang keberadaannya tidak banyak diketahui orang awam.

“Siapa namamu?”

“Damaskus.”

“Hai, Damaskus. Namaku Maltania, tapi aku biasa dipanggil Malta. Senang berkenalan denganmu.”

Malta mengulurkan tangannya pada Damaskus yang tanpa ragu menyambutnya.

~

2.

Damaskus yang tinggal di tepi hutan itu menyaksikan dari halaman rumahnya ketika seekor kuda putih bersayap terbang menuju ke arah hutan. Rasa ingin tahunya membawanya mengikuti kemana arah kuda itu pergi, dan menemukannya tertambat di sebuah pohon.

Ketika Malta, pemilik kuda pegasus itu muncul, Damaskus terpesona oleh kecantikannya yang melebihi manusia biasa. Dia pun mengerti kalau Malta ini bukan berasal dari bangsa manusia. Ketika dia menanyakan hal itu padanya, gadis itu membenarkan.

“Aku berasal dari bangsa Elf yang tinggal di Negeri Langit.”

“Lalu apa yang kau lakukan di hutan ini?”

“Di negeri kami, tidak ada lahan yang bisa ditanami tanaman atau buah-buahan seperti halnya lahan di permukaan planet ini. Padahal kami membutuhkannya sebagai sumber makanan kami. Karena itulah, ribuan tahun silam, para pendahulu kami menanam benih buah Sian, makanan khusus Elf, di hutan ini. Kemudian setiap minggunya, seorang Elf turun ke hutan ini dan mengumpulkan buah Sian dalam jumlah yang cukup untuk dibawa kembali ke Negeri Langit. Saat ini, akulah yang menjalankan tugas itu.”

Damaskus mendengarkan dengan penuh perhatian. Malta kemudian menjelaskan bahwa dari buah Sian itu, berbagai jenis makanan dapat dibuat untuk kebutuhan para Elf. Menarik sekali. Kemudian Malta balik menanyakan apa yang Damaskus lakukan di hutan ini, karena setelah bertahun-tahun menjalankan tugasnya, baru kali ini dia bertemu dengan seorang manusia. Daerah sekitar hutan ini normalnya tidak berpenghuni.

“Ayahku menyuruhku pergi dari rumah dan tinggal di tempat terpencil ini.”

“Kenapa? Apa yang kau lakukan?”

“Menurutmu kenapa? Karena aku bisa berbicara dengan binatang. Kemampuan ini bukan sesuatu yang wajar bagi manusia seperti kami.”

“Hanya karena itu dia mengusirmu? Kejam sekali.”

“Tidak, dia bukannya kejam. Dia menyuruhku tinggal di hutan ini, karena tidak ada manusia lain di sini, dan terutama, supaya aku bisa melatih kemampuanku. Soalnya, di hutan ini terdapat berbagai macam binatang. Setelah tiga tahun, aku boleh kembali ke rumah. Dan kau tahu apa hal paling menarik yang kudapat?”

“Apa?”

“Hanya beberapa hari tinggal di sini, dua hal yang luar biasa terjadi. Pertama, aku bisa menyaksikan secara langsung seekor kuda pegasus, mahluk ajaib yang hanya kudengar keberadaannya dari kisah-kisah tentang para dewa. Yang kedua, aku bertemu denganmu.”

Wajah Malta memerah. Dia pun tersenyum.

~

3.

Setelah itu, setiap kali Malta turun ke hutan itu setiap minggunya bersama kuda pegasusnya, Damaskus datang menemuinya. Setelah mereka mengumpulkan buah Sian bersama-sama, mereka pun beristirahat di bawah pohon besar itu dan membicarakan banyak hal. Seperti misalnya tentang asal usul kuda pegasus yang sekarang ada di Negeri Langit.

Setelah zaman para dewa berakhir, Pegasus yang merupakan mahluk ajaib milik mereka, bebas berkeliaran di Negeri Dewa tanpa ada yang mengurusi. Bangsa Elf yang saat itu baru berusia ratusan tahun, datang ke sana dan menemukan kuda-kuda pegasus dalam keadaan terlantar, dan memutuskan untuk membawa mereka pulang ke Negeri Langit. Sejak saat itulah, Pegasus menjadi binatang milik bangsa Elf.

Kembali pada Damaskus dan Malta, pertemuan mingguan mereka lambat laun mulai menunjukkan hasil. Mereka semakin dekat dan kenal satu sama lain. Rasa cinta pun tak terelakkan lagi tumbuh di antara mereka. Damaskus akan selalu menunggu hari dimana Malta akan datang ke hutan, dan sebaliknya, Malta pun selalu bersemangat ketika hari itu tiba. Dan Nikos si Pegasus pun menjadi saksi hidup kedekatan mereka.

~

4.

Seperti yang biasa dilakukannya selama hampir setahun ini, Malta meninggalkan Negeri Langit dan mengendarai kuda pegasusnya untuk turun ke hutan tempat Damaskus tinggal. Wajahnya berseri-seri karena kerinduannya selama seminggu terakhir ini akan terbayar. Sayangnya, situasi saat ini tidak terlalu ramah baginya.

Setiap kali Malta melakukan kunjungannya, para Elf selalu memastikan agar cuaca hari itu cukup cerah supaya perjalanan Malta lancar. Anehnya, kali ini, sesuatu yang janggal terjadi. Sesuatu hal yang berada di luar pengetahuan dan kekuasaan mereka. Sebuah komet melintasi bumi hari itu, sesuatu yang hanya terjadi setiap berapa puluh tahun sekali, dan energi yang dipancarkan komet itu menyebabkan alat pengendali cuaca bangsa Elf tidak berfungsi, dan mengacaukan kondisi awan saat itu.

Di tengah perjalanannya dari Negeri Langit ke hutan, Malta mendapati awan hujan yang besar muncul dan menghalangi sinar matahari. Jaraknya ke hutan masih terlalu jauh, dan tidak cukup waktu untuk kembali ke Negeri Langit. Bunga-bunga listrik berpendaran dari awan tersebut, dan beberapa detik kemudian, hujan pun turun dengan lebat disertai dengan petir yang menyambar.

Malta masih berada ratusan meter di atas permukaan tanah, ketika menyadari bahwa mereka tak bisa menghindar. Salah satu terjangan petir menghantamnya dengan telak.

Wajah Damaskus terbayang di benaknya sebelum Malta kehilangan kesadaran akibat tersengat aliran listrik berkekuatan ribuan volt. Petir yang juga menyambar Nikos, menyebabkan keseimbangan mereka goyah, dan Malta pun meluncur jatuh. Tubuhnya terhempas di sebuah padang rumput yang luas, menyusul kuda pegasusnya yang sudah lebih dulu terhempas di sana. Hujan pun terus turun, membasahi padang rumput itu, dimana Malta terbaring di sana dalam keadaan tak sadar.

~

5.

Damaskus menunggu seharian, tapi Malta dan Nikos tak kunjung tiba. Dia memandangi langit yang cerah, mengharapkan kuda pegasus itu muncul seperti biasanya. Ketika hari sudah memasuki malam, dan mereka tak juga datang, dia pun kembali ke rumahnya. Bertanya-tanya kenapa Malta tidak datang.

~

6.

Tengah malamnya, Nikos si Pegasus terbangun. Sambaran petir itu tidak berdampak buruk baginya yang dulunya merupakan kendaraan para dewa. Nikos menghampiri Malta yang terbaring di dekatnya, berusaha membangunkannya dengan mengusapkan kepalanya padanya. Malta masih diam, tak bereaksi sedikit pun.

Menyadari majikannya butuh pertolongan, Nikos pun segera melesat terbang meninggalkan padang rumput itu. Menuju hutan tempat Damaskus tinggal. Hanya dia yang bisa menyelamatkan Malta.

~

7.

“Apa yang terjadi? Dimana majikanmu?”

Damaskus yang mendapati Nikos datang sendirian, bertanya pada kuda pegasus itu. Dia memegang kepala Nikos dengan kedua tangannya dan menatap matanya, berusaha mendengarkan setiap suara yang dikeluarkan binatang itu.

"Malta dalam keadaan kritis. Dia tersambar petir dan sekarang tak sadarkan diri. Kau harus menolongnya, Damaskus."

Damaskus terkejut mendengar kabar yang disampaikan Nikos. Dia berusaha mengendalikan kekuatirannya akan Malta dengan berpikir dengan jernih.

“Tunggu di sini, Nikos.”

Dengan sekuat tenaga, Damaskus berlari di tengah hutan, menuju tempat dimana buah Sian berada. Untunglah setiap minggunya mereka selalu mengumpulkan buah itu bersama-sama, sehingga tidak butuh waktu lama baginya untuk tiba di tempat yang dicarinya. Di sana, di tempat dimana sinar matahari menyinari tempat itu tanpa terhalang oleh pepohonan besar di sekelilingnya, buah Sian yang berwarna keemasan memenuhi tempat itu.

Damaskus mengambil tiga buah dan memasukkannya ke kantong yang dibawanya. Kemudian tanpa membuang waktu, dia bergegas kembali menemui Nikos. Kuda pegasus itu sudah menunggunya, bersiap-siap untuk terbang kapanpun dia muncul. Damaskus menunjukkan kantong berisi buah Sian itu pada Nikos, kemudian menaiki pegasus itu.

“Hai Pegasus, antarkan aku padanya.”

Nikos pun melesat terbang.

~

8.

Damaskus berusaha mengendalikan posisi tubuhnya yang sedang menunggangi kuda pegasus itu. Selain ini merupakan pertama kali baginya, Nikos juga melesat terbang dengan kecepatan maksimalnya, membuat Damaskus harus bersusah payah berpegangan pada punggungnya supaya tidak terjatuh.

Satu jam kemudian mereka pun tiba di padang rumput itu. Begitu Nikos menginjakkan kakinya, Damaskus langsung melompat turun dan menghampiri Malta yang masih terbaring diam di sana. Dengan cemas Damaskus menyentuh wajahnya yang mulai dingin. Masih bernapas. Damaskus menyuruh Nikos duduk agar dia bisa menyandarkan Malta, kemudian dia membuka kantong berisi buah Sian yang dibawanya, mencuil potongan kecil darinya, dan memasukkannya ke mulut Malta.

“Ayo telan, Malta.”

Beberapa menit Damaskus menunggu, Malta masih tak kunjung sadar.

“Bangun, Malta! Buka matamu!”

Damaskus berteriak sambil menggoncangkan bahu Malta. Tak ada perubahan.
Damaskus pun lemas. Dengan putus asa, dia merangkul Malta erat-erat, dan berusaha menahan air matanya yang hampir keluar.

Kemudian dia pun mendengarnya. Suara hembusan napas. Milik Malta.

Damaskus melepaskan pelukannya dan menyandarkan Malta kembali. Perlahan, gadis berambut keemasan itu mulai membuka matanya.

Damaskus sudah tidak mempedulikan air matanya yang sudah membasahi kedua pipinya. Semua kekuatirannya pun lenyap.

“Malta?”

Perlahan Malta tersenyum.

“Syukurlah.” Damaskus pun tersenyum. Lega.

“Damaskus... terimakasih karena sudah membangunkanku.”

Damaskus pun menciumnya.

Dan matahari pun seakan bersinar semakin cerah.

-END-


==========

author's note: I can't believe I wrote this thing! :p

6 comments:

findingnem0 said...

Ini kereeeeen ! Alur nya, tokohnya, detil nya. Smua mengalir. Awesome :)

minky_monster said...

thankyouuu ^^ ini nih yg bikin seret dari kemaren2, ngasih nama aja bingung, jadinya ngambil dari nama negara/ibukota :D

Rachma I. Lestari said...

Suka! Kayak lagi didongengin :3

minky_monster said...

makasih :D
emang ini ceritanya fantasi gitu :)

Rachma I. Lestari said...

Keren dah pokoknya.
Kalo ada cerita lagi bilang yaa ^^

minky_monster said...

masiiih :D
klik hestek #nulisbareng aja

Post a Comment